"Anak kita sudah menikah hampir dua tahun. Razib sibuk kerja, Rani sibuk main, waktu ketemu sibuk berantem." Kety menghela nafas panjang.
"Apa menikahkan mereka salah?" Vivian menghela nafas panjang juga.
"Mereka cocok." celetuk Jedan santai sambil meniup kopi panasnya dan menyesapnya sedikit penuh nikmat.
"Dari kecil mereka terbiasa seperti itu, kebiasaan." tambah Jack yang sama, tengah menikmati kopi.
"Nah, gimana caranya biar mereka saling ketergantungan dan sadar betapa mereka saling membutuhkan satu sama lain," seru Vivian.
Keempat orang tua kaya raya yang gabut itu tengah berada di ruang yang kedap suara, mengadakan rapat dadakan demi kelangsungan pernikahan anak mereka.
"Mereka harus sadar, tidak sibuk dengan urusan masing-masing. Kita juga mau cucu!" seru Kety.
"Kita harus bikin gebrakan baru!" seru Vivian semangat. "Menikahkan mereka sudah, misi kita hanya perlu membuat mereka memberikan kita cucu!" lanjutnya.
"Setuju!" seru Kety.
Jack dan Jedan tertawa pelan melihat keduanya yang selalu saja bersemangat merusak hak anak-anak.
Tapi keduanya juga paham. Mereka hanya ingin yang terbaik untuk anaknya. Agar kejadian di mana pacar anaknya memanfaatkan kekayaannya, memporotinya tidak terjadi lagi.
Bisa dibilang. Razib dan Rani sudah setara. Tidak akan ada tuduhan saling memeras dan memanfaatkan harta karena mereka memiliki kekayaan dibidang berbeda dengan jumlah hampir sama.
***
"Aman?" tanya Kety sambil melihat satu layar di depan rumah yang berada di tengah pulau kecil tanpa ada hutan lebat itu.
Tempat yang ada di salah satu pulau pribadinya.
"Apa tidak di pasang banyak CCTVnya?" tanya Vivian.
"Apa kita harus menonton adegan ranjang anak kita?" tanya Kety menggoda besan sekaligus sahabatnya.
"Oh tidak," kekeh Vivian.
Keduanya cekikikan. sepertinya tidak akan puas menyiksa kedua anaknya dengan pemaksaan hak.
Waktu dinikahkan saja Rani menangis tidak terima harus menikah dengan Razib.
"Kalian terlihat bahagia," goda Jack yang baru datang dari kerjanya.
"Lihat, sayang." tunjuk Kety pada layar monitor. "Rumah yang kita bangun di sana sudah selesai, anak kita akan aman di sana." jelasnya.
Jack mengangguk pelan. Dia juga memastikan bangunan dan segala macamnya terjamin. Dia sebenarnya kurang setuju dengan ide dua perempuan itu tapi tidak buruk juga.
Anaknya memang harus segera sadar kalau hidup bukan soal bekerja saja. Apalagi dia sudah punya istri.
"Kapan kita kirim mereka?" tanya Jedan di belakang Jack.
"Secepatnya!"
***
Razib mengernyit merasakan silau matahari. Perasaan semalam dia tidur di kamar, kenapa sekarang di kursi balkon?
Tunggu?! Suara deru apa itu, ombak?
Razib segera meliarkan tatapan dan mendudukan tubuhnya cepat. Ternyata bukan di balkon kamarnya.
"Apa ini?" gumam Razib cukup kesal. Kali ini apa yang direncanakan orang tuanya?
Suara dengkuran halus terdengar, ternyata di sampingnya ada Rani. Jelas ini ulah orang tuanya dan orang tua Rani.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak Di Pulau (TAMAT)
RomanceRazib dan Rani tumbuh bersama, lahir di tanggal yang sama. setelah besar mereka dinikahkan. namun para orang tua tetap belum puas. Razib terlalu fokus pada pekerjaan dan Rani terlalu fokus main. Jika bertemu keduanya hanya akan bertengkar. Melihat...