8. Yang Kedua Kali

32.7K 1K 7
                                    

Rani terlihat fokus mengoleskan obat luka di bekas cakarannya yang ada di bahu kiri. Keduanya bersila di atas kasur berantakan itu, saling berhadapan.

Razib juga anteng walau sesekali meringis perih. Dia menatap Rani yang memakai piyama bekas dipakainya. Entah kenapa dia tidak terganggu sekarang. Justru suka melihatnya seolah menegaskan Rani memang sudah miliknya.

"Belahannya tajam banget," komentar Razib sambil menyentuh kerah piyama yang hampir mempertontonkan isinya.

Jelas piyamanya jadi besar di Rani.

Rani memukul pelan lengannya sambil membenarkannya. "Jelalatan ya! Udah berani ya!" omelnya dengan terus mengoleskan obat.

"Pegang aja udah berani," kekeh Razib lalu mengulum senyum sambil menatap wajah kesal Rani geli.

"Gue ga tahu sebanyak ini gue cakar lo." Rani terlihat serius saat perlahan memutar Razib agar menyamping, dia akan mengoleskan obat di punggung.

"Ga papa, kenangan." balas Razib sekenanya.

Rani mendengus, terus fokus hingga Razib memunggunginya. "Astaga! Tengkuk lo merah banget," komentarnya dan langsung mengobatinya.

"Lo sakit, kalau engga ga mungkin seganas itu," Razib terdengar tidak masalah.

"Perih?" tanya Rani saat tengah mengobati cakaran yang terparah.

"Iyalah, pake tanya."

Rani mendengus, ingin menekan obat itu tapi kasihan. Pasti sakit. Rani pun memilih fokus hingga semua berhasil dia obati.

"Selesai."

Razib kembali menghadap Rani, mengecup keningnya hingga menimbulkan suara nyaring. Rani hampir terjengkang kaget.

"Ck! Lo ishh!" kesal Rani dengan memukulnya sekali.

"Makasih udah ukir tubuh gue, ke depannya jejak merah aja yang banyak," lalu terbahak sambil turun dari kasur dan menangkis lemparan bantal dari Rani.

Razib ingin ke kamar mandi dulu.

"Lo ga punya malu!" jerit Rani sambil menutup wajahnya malu sendiri.

Hanya suara tawa Razib yang terdengar. Mood Razib lebih baik dari hari biasanya. Dia jadi ingin sekali kembali bekerja.

"Ulang tahun tinggal beberapa hari lagi," gumam Razib. "Rani pasti lupa," kekehnya sangat yakin.

Rani akan ingat ulang tahun kalau Razib dapat hadiah dari keluarga, rekan kerja dan teman. Kado yang pasti ada dua, satu untuknya dan satu untuk Rani. Dari siapa pun itu.

***

Seharian ini keduanya hanya tidur, makan, berenang lalu makan siang, tidur siang dan bangun untuk makan malam.

Keduanya terlihat mengisi energi setelah menghabiskan malam pertama setelah 2 tahun menikah.

Lebih banyak malas-malasan, tidur dan tidur. Walau tidur mereka pisah. Rani kembali ke sofa nyamannya dan Razib di kasur atau kadang di karpet bulu karena ketiduran.

Dan besoknya mereka kembali segar. Mulai berolah raga bersama, hanya lari berkeliling pulau kecil itu lalu kembali ke rumah.

Keduanya mandi masing-masing, bersiap makan siang dan sorenya mereka kembali berenang.

"Selalu adem.. Agak asin airnya tapi hangat, mesinnya keren. Tanpa dibersihin udah bersih," Rani tengah menikmati suasana.

Cuaca tidak mendung namun tidak panas juga. Pas untuk bersantai menuju sore.

Terjebak Di Pulau (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang