4. Jejak Merah

28K 1.1K 222
                                    

"Kita di sini bukan liburan," Razib bersandar di pintu utama, menatap Rani yang memakai piyama atasnya untuk menutupi tubuh.

Gaun tidur Rani semuanya tipis, jelas tidak untuk di pakai Rani keluar rumah dengan bebas. Mana ada CCTV yang pastinya di balik sana ada yang memantau pergerakan mereka.

"Gue udah nyerah, yang penting ga kelaparan terjebak di pulau ini." Rani berlari menuju tepi pantai lalu berjongkok, melihat ikan kecil sedang berenang.

Razib berjalan santai mendekati si ceroboh Rani. Dia harus memantaunya agar tidak di repotkan.

Di depan monitor Kety dan Vivian bertepuk tangan senang.

"Kan lucu, jadi kayak honeymoon." senang Kety. "Razib jadi ga sibuk sampe lupa punya istri," celotehnya.

Kety dan Vivian memutuskan tidak ikut ke kantor para suami, jelas mereka ingin memantau kedua anaknya untuk beberapa hari ke depan.

"Razib lihat ke CCTV, aktifin suaranya. Kedengeran ga ya?" Kety dengan kerennya mengotak ngatik dan suara gemuruh pantai pun terdengar.

"Kita butuh pakaian, terkhusus daleman! Tolong kirim!"

"Mami sama mama kamu ga bodoh, Razib. Kalian mau kaburkan kalau kami antarkan celana dalam?" kekeh Vivian geli dan cekikikan dengan Kety.

***

"Gue bosen!" rengek Rani sambil tiarap dan menggeliat bagai ulat, terus bergerak bolak-balik di karpet luas berbulu yang ada di kamar.

Razib tengah memilih buku yang berjajar di rak sebelah kiri. Ada 5 novel dewasa dan sisanya buku soal kehamilan, tips cepat hamil dan sebagainya.

Razib mengusap wajahnya, mencoba sabar dengan semua yang sudah disiapkan para orang tua.

"Gue bosen, astaga gue BOSEN!" Rani berbalik sambil menendang angin.

"Berisik!" kesal Razib sambil menyimpan buku, dia urung membaca. Tanpa perlu belajar dari buku itu dia sudah paham dan juga punya insting sebagai pria.

"Mau tiga malam kita di sini, gue ga betah! Mau beli tas, sepatu, astaga! Pasti banyak keluaran terbaru!" rengeknya masih menendang dan meninju angin.

"Jajan tas, Zib! Gue mau jajan tas sama sepatu," rengeknya. "Ke mall.. Terus makan sama geng gue," rengeknya lagi.

"Yaudah, misi mau di percepat? Cium aja gue di tendang, gimana kalau lebih," dumelnya sambil mencari kesibukan lain.

"Pura-pura hamil aja gimana?" usul Rani dengan senang saat ide itu muncul.

"Coba aja, paling kita nanti di kurung lagi dan lama di sini. Mereka ga akan menyerah sebelum bukti ini garis dua," Razib menemukan banyak alat test kehamilan.

Rani kembali lesu di atas karpet bulu itu.

Razib berjongkok di samping Rani, meraih jemarinya. "Bangun, kita masak." ajaknya.

Rani merengek tidak mau. Dia tidak suka memasak.

***

Rani duduk hanya melihat Razib mengiris bahan lalu memasaknya. Ternyata lumayan ganteng ya. Rani baru sadar.

"Ulang tahun kita tinggal sebulan lagi, sedih gue ga bisa rayain bareng geng gue." keluh Rani sambil terus mengikuti gerak Razib.

"Apa lo ga ada niat kerja?"

"Engga, orang udah jadi istri. Lo yang biayain, udah enak kenapa harus nyusahin diri," jawabnya enteng.

"Sebagai suami, gue dapet apa?" Razib mulai menggoreng semua bahan.

Terjebak Di Pulau (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang