"Satu minggu lebih 3 hari," Rani meringkuk di sofa. "Makan, mandi, ngemil, main games, renang terus ke pantai ngebolang semenit, terus aja gitu," keluhnya.
"Gue butuhnya mall, tas, sepatu, pakaian, oh astaga!" tambahnya kian mengeluh.
"Tambahin lagi, ciuman, kitakan makin sering." Razib mengulum senyum mendengar dengusan Rani sebagai respon.
"Dan gue iket ya tangan lo! Udah berani grepe-grepe!" omelnya.
"Wih, suka yang diiket-iket ternyata, menyala Rani!" lalu tertawa geli.
"Pergi lo! Pergi sana!" Rani menendang paha Razib yang memang duduk di ujung sofa sedangkan Rani rebahan di sampingnya.
"Ck! Ga sopan!" tegur Razib.
Rani pun berhenti dan berdecih. Dia memilih memeluk boneka kuromi sambil rebahan menyamping menghadap laut.
"Di luar lagi bagus, mau pergi cari ikan hias?"
Rani menggeleng. "Lagi mager, bener-bener kangen mall." keluhnya.
"Nanti kita bareng belanja,"
Rani sontak menatap Razib. "Tumben banget, ogah ya! Lo pasti banyak ngeluh nanti, belanjanya gue itu lama!" sewotnya.
Terlihat sekali Rani tengah badmood.
"Hm, lo mau makanan pedes?" Razib merasa kasihan, seharian ini Rani tidak kunjung makan. Katanya masih belum lapar.
"Belum mau makan."
***
Razib mendekati Rani, berenang pelan lalu diam di sampingnya. Langit begitu indah, air terbias senja berkilauan.
"Ini healing, Zib. Indah banget," Rani terpesona sampai tak berkedip. Menatap burung-burung bebas itu. Udara sejuk, cuaca sungguh sedang bagus hari ini.
Razib bergerak memeluk Rani dari belakang. Rani jelas menoleh.
"Ngapain kayak gini?" bisik Rani lalu melirik CCTV. "Oh, biar mereka seneng?" lanjutnya.
Razib menggeleng. "Biar ga ada geli-gelian lagi, bisa kalau terbiasa. Makanya diem, nikmatin aja pemandangannya." jawabnya.
Rani pun kembali menatap ke depan. Keduanya diam menikmati semua itu cukup lama.
"Malam ini, lo siap?"
Rani berdebar seketika lalu memilih menggeleng. Dia jujur saja.
Razib tertawa kecil. "Terus kapan siapnya? Engga mulu, bilang aja ga mau pulangkan?!" lalu menggigit lengannya.
"Aw! Sakit!" Rani menjambak pelan rambut Razib sampai gigitannya lepas.
"Lo kok jadi ngebet? Jangan bilang cuma karena khawatir sama kerjaan?" tuduhnya.
"Gue sadar aja, udah ada istri yang ga buluk-buluk amat sayang kalau diabaiin. Gue juga nyesel udah biarin lo—"
"Udah cukup!" Rani membekap mulut Razib. "Jangan bikin gue merinding, telen lagi kata-katanya. Nanti kalau siap gue kasih tahu." janjinya.
Rani mendadak gugup dan tidak ingin membahas karena dia jujur belum siap.
"Wah, bagus langitnya." Rani mengalihkan pembicaraan sambil menjauh dan berenang kecil, pindah ke pojok kolam.
Razib menatapnya geli, bisa banget pengalihan topiknya. Dia kembali mendekat, menarik Rani ke posisi semula.
"Ga usah kabur, gue ga gigit."
"Bohong banget!" dumel Rani.
Para orang tua melihat video kiriman dari penjaga CCTV yang memperlihatkan tingkah keduanya jelas senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Terjebak Di Pulau (TAMAT)
RomansaRazib dan Rani tumbuh bersama, lahir di tanggal yang sama. setelah besar mereka dinikahkan. namun para orang tua tetap belum puas. Razib terlalu fokus pada pekerjaan dan Rani terlalu fokus main. Jika bertemu keduanya hanya akan bertengkar. Melihat...