3: Tama Tidak Sendiri

32 3 0
                                    

"Tama!" Teriak seseorang.

Tama mendongakkan kepalanya menampilkan dua orang siswa yang menghampirinya.

"Lo ngapain disini? Lo gemeteran begini."

"Lo sakit?!"

Mereka berdua adalah Juan dan Leon. Teman-temannya Tama. Keduanya begitu khawatir melihat kondisi Tama yang kacau.

"Minum dulu nih." Juan menyodorkan botol minumnya.

"Lo kalo mau bolos ngajak dong! Kan kita temen lo." Leon mengusap-usap punggung Tama menenangkan.

Kedua temannya itu tahu tentang kejadian tadi. Sebab itu mereka langsung mencari Tama dan menenangkannya. Mereka tahu bagaimana Tama.

"Lo berdua gak boleh bolos. Jangan ikutin gue." Akhirnya Tama mengeluarkan kata-katanya.

"Dih. Lo mau enak-enak sendiri?" Timpal Leon.

"Gak enak bolos. Nanti kena marah." Tama mengusap wajahnya kasar.

"Gak peduli. Gue mau bolos." Juan duduk disamping Tama.

"Gue juga." Leon juga duduk disamping Tama.

Kini Tama berada diantara Leon dan Juan. Tama menatap malas ke mereka berdua.

Teng Nong Neng Nong Neng...

Ponsel Tama berdering. Menampilkan nama Gandy dilayarnya. Tama mengusap kembali wajahnya, lalu mengangkat telponnya.

"KAK TAMA!!" Teriak Gandy yang masuk sampai ketelinga Tama.

"Kenapa?"

"Kak Tama bolos? Kok tadi abang liat dikelas gak ada kak Tama. Kak Tama kemana?" Tama dihujam beberapa pertanyaan dari adiknya itu.

"Iya bolos. Sekali aja."

"Nanti kak Tama kena marah Ayah Bunda..." lirih Gandy yang terdengar sedih.

"Kak Tama gak bolos juga bakal kena marah Ayah Bunda, gak kenapa-kenapa abang..." Tama berusaha menenangkan adiknya.

"Abang gak suka li-"

"KAK TAMA!!!" Kali ponsel Gandy direbut oleh saudara kembarnya. Pram.

"Kenapa adek?" Tama menjauhkan ponselnya dari telinganya.

"Kak Tama maafin adek ya? Adek salah. Adek gak seharusnya ngomong gitu ke kak Tama. Kak Tama udah belain adek. Adek jahat ngomong gitu..." Pram mengerucutkan bibirnya merasa bersalah.

"Adek gak salah. Tadi emang harusnya kakak gak ngehajar mereka habis-habisan. Maafin kak Tama kalau terlihat menyeramkan ya?" Tama tersenyum kecil.

"Adek maafin kak Tama kalau kak Tama maafin adek." rengekan Pram membuat Tama melebarkan senyumannya.

"Iya adek... Kak Tama maafin adek,"

"Maafin Gandy juga!" Teriak Gandy yang berusaha merebut ponselnya dari Pram.

"Iya... kak Tama maafin adek sama abang." Final, Tama kembali lega.

"Kak Tama dimana? Adek sama Abang mau nyusul kak Tama," Gandy berhasil merebut ponselnya dan berbicara pada Tama.

"Mau ngapain? Kan udah masuk, pasti sebentar lagi gurunya masuk."

"Mau peluk kak Tama, mau dipeluk kak Tama." Ucapan Gandy mampu membuat Tama berkaca-kaca.

"Sekarang pelajaran apa, abang?" Tama berusaha menetralkan pandangannya.

Keluarga PraharaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang