Suasana ruang kelas menegang. Tidak ada suara bising ataupun obrolan sedikitpun. Didepan kelas menampilkan Bu Putri guru Bahasa Inggris.
"Baik semuanya hari ini kita ulangan." Titah Bu Putri dengan gaya khasnya. Seram.
"Haa!" Jawab spontan semua siswa.
"Kenapa?" Tanya Bu Putri dengan mata tajamnya.
Semua siswa diam. Bu Putri keliling membagikan kertas ulangan sambil menyuruh siswa memasukkan bukunya ke dalam tas.
Bu Putri merupakan salah satu guru yang ditakuti oleh siswa. Selain galak, bu Putri juga tidak ada kata toleransi.
"Tumben muka lo sumringah gitu?" Tanya Pram yang melihat abangnya terlihat senang.
"Gue abis belajar semalem. Yakin ini mah nilai gue paling gede, bisa ngalahin lo malah." Cengir Gandy.
Pram yang mendengar itu hanya tersenyum sambil geleng-geleng kepala mendengarnya.
"Waktu kalian sampai pukul sepuluh. Selesai gak selesai kumpulkan!" Titah Bu Putri.
Semua murid langsung mengerjakan dengan serius. Pram melihat Gandy, abangnya itu sedari tadi tersenyum melihat soal-soal ulangannya.
"Sepuluh menit lagi kumpulkan!" Waktu berjalan dengan cepat hingga para siswa mulai kelabakan.
"Saya sudah Bu!" Gandy mengangkat tangannya dengan senyum sumringah.
"Kumpulkan sini, tumben kamu cepat." Bu Putri mengernyitkan alisnya.
Gandy mengumpulkan kertas ulangannya dengan gaya yang tengil. Wajah seluruh kelas terlihat bingung melihat tingkah tengil Gandy.
"Waktu habis. Kumpulkan!" Bu Putri mengetuk papan tulis menggunakan sepidol.
Semua murid berlarian mengumpulka kertas ulangannya. Beberapa murid terlihat sangat frustasi.
"Baiklah. Saya akan koreksi langsung ulangannya." Bu Putri mengambil kertas ulangan dan mulai memeriksanya.
"Kalah lo sama gue, dek," Gandy menatap adiknya dengan sombong.
"Liat aja nanti, bang," Ucap Pram tidak mau kalah.
Waktu terus berjalan. Bu Putri mencoret kertas ulangan dan menilainya.
"Saya akan bagikan kertas ulangan dan saya bacakan nilainya."
"Jangan Buu!" Ucap siswa serentak.
"Biarin aja. Biar kalau nilai kalian jelek bisa belajar lebih giat lagi." Bu Putri mengetukkan sepidol ke papan tulis meredakan kebisingan. "Tapi ini ada peningkatan yang sangat luar biasa." Sambung Bu Putri.
Bu Putri mulai melangkahkan kaki didepan. "Untuk yang mendapat nilai seratus ada Pram."
Pram mengernyitkan dahinya ke Gandy, ia berjalan mengambil kertas ulangannya.
"Selalu bertahan. Hebat kamu, Pram." Pram mengangguk dan tersenyum mendengar itu.
"Selanjutnya nilai seratus lagi," Bu Putri menjeda kalimatnya. "Gandy Amertya." Sontak seluruh kelas langsung menoleh kearah sang pemilik nama.
Gandy terkejut, ia tahu kalau ia bisa mengerjakan semuanya. Tapi ia benar-benar tidak menyangka kalau hal ini bakal terjadi. Gandy berjalan mengambil kertas ulangannya dengan sumringah bangga.
"Bagus sekali Gandy, Ibu suka kalau kamu ada kemajuan seperti ini." Gandy berterima kasih kepada Bu Putri lalu berjalan kembali ke bangkunya.
"Halah! Paling nyontek!" Celetuk salah satu siswa laki-laki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga Prahara
General FictionKeluarga bukanlah rumah yang nyaman bagi kami. Keluarga tidak memeluk ketakutan kami, tidak menguatkan hati kami, tapi meruntuhkan diri dan hati kami. Tentang si sulung yang terus menanggung semua derita, si tengah yang selalu berusaha kuat, dan si...