#03: Stalker

69 13 0
                                    

Tling!

Suara lonceng berdenting saat pintu toserba dibuka dari luar.

"Eh? Orangnya tidak ada."

Dari area belakang toko Ray mendengar suara anak kecil yang tidak asing itu, suara milik Niel.

"Tunggu sebentar, segera datang!" seru Ray sembari dengan cepat menuju tempat penyimpanan dan menaruh alat pel yang baru saja dia gunakan.

"Ada perlu apa?" tanya Ray langsung setelah kembali ke depan. Dari yang Niel ucapkan tadi dia langsung tahu kalau Niel datang untuk mencarinya bukan untuk membeli sesuatu.

"Kakak meminta bantuan Ray untuk membenarkan pipa air di rumah. Apa Ray bisa?" ucap Niel mengutarakan maksud kedatangannya sepagi ini.

"Emm, bisa sih. Ayo ke rumahmu," sahut Ray langsung tanpa mau banyak pikir.

Niel membawanya ke sebuah rumah yang ada di area jalan belakang toserba milik Ben.

Seorang wanita muda terlihat tengah menjemur pakaian di samping rumah itu.

"Kakak! Ray datang loh!" seru Niel riang sembari melambaikan tangannya pada wanita itu.

"Oh? Terima kasih sudah mau datang, perkenalkan aku Jill kakaknya Niel. Mohon bantuannya ya?" Wanita bernama Jill itu menghentikan kegiatannya dan berjalan mendekati Ray sembari mengusap tangannya yang basah pada rok yang dipakainya untuk kemudian dia sodorkan pada Ray sebagai tanda perkenalan.

Ray menyambut tangan itu untuk berjabat, terasa dingin dan agak keriput menyentuh telapak tangannya sendiri.

"Raymond, panggil saja Ray," sahut Ray memperkenalkan diri lalu jabat tangan mereka terlepas setelahnya.

"Pakpol sedang apa di sini?" Sayup terdengar suara Niel yang entah sejak kapan sudah menjauh dari dekat Ray dan Jill.

"Sssttt! Jangan ganggu aku. Pergi sana!" Terdengar suara lain yang setengah berbisik.

Itu membuat perhatian Ray juga Jill teralihkan pada sisi kiri dari arah Ray tepatnya pada Niel yang berdiri di dekat tiang listrik di sana.

Terlihat ada orang lain yang berdiri di balik tiang listrik itu. Entah kenapa Ray merasa mengenali orang itu. Terlihat mencolok dengan rambut pirangnya dan seragam polisinya.

"Niel?! Kau sedang bicara dengan siapa?" tegur Jill membuat Niel juga orang di balik tiang itu refleks menoleh padanya.

"Sudah kuduga," gumam Ray saat wajah orang itu terlihat jelas, dia adalah Elrik.

Jill terlihat kaget saat melihat Elrik. "Kenapa ada polisi di sini sepagi ini?" celetuknya dengan wajah khawatir.

Mendengar itu membuat pikiran Ray jadi lebih terbuka lagi. Bisa saja Elrik ada di sana untuk tujuan lain bukan karena menguntit dirinya.

"Tapi kalau dia benar-benar menguntit berati dia sudah tahu aku kerja di toserba dan mengikuti aku sejak dari sana," batin Ray tiba-tiba terpikir tentang itu.

"Apa ada masalah sebelumnya?" tanya Ray pada Jill penasaran jika alasan Elrik di sini adalah hal lain.

"Yah, begitulah. Akhir-akhir ini ada beberapa kasus pembunuhan di daerah ini dan sampai sekarang pelakunya belum ditemukan. Kalau ada polisi mengintai di sini kemungkinan pelaku dicurigai bersembunyi di daerah sini juga," jelas Jill.

"Ini gara-gara kau, dasar bocah!" Terdengar Elrik kembali menegur Niel.

"Namaku Niel! Bukan bocah!" sahut Niel tidak terima.

"Ehem!" Elrik berdeham sekali lalu keluar dari persembunyiannya yang sangat mencolok itu untuk mendekati Ray juga Jill.

"Ada yang bisa kami bantu Tuan?" tanya Jill dengan sopan.

Maso-Kiss [Yaoi/BL, Smut]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang