#04: Melo

49 8 0
                                    

Setelah selesai membantu Jill mengganti pipa air yang rusak dan ikut sarapan bersama kakak-beradik itu Ray kembali ke toserba.

Satu hal baru yang dia ketahui tentang tetangganya itu bahwa mereka hanya tinggal berdua dan Jill yang bertanggung jawab penuh akan Niel.

Jill juga menceritakan tentang keluarga mereka padanya bahwa dia dan Niel adalah saudara satu kandung beda ayah.

Ibu mereka meninggal setelah melahirkan Niel dan ayah mereka meninggal gantung diri di kamarnya dua tahun lalu.

"Nah, setiap orang pasti punya cerita kelam tersendiri dalam hidup mereka. Kehidupan yang lebih baik hanya bisa didapat dengan usaha keras di jalan yang benar," gumam Ray yang menjadikan cerita Jill itu sebagai bahan instrospeksi diri dan mengambil pembelajaran juga dari sana agar dia bisa hidup dengan lebih baik ke depannya.

Setidaknya itu yang dia harapkan, tapi dia langsung merasa ragu saat melihat Elrik sudah berdiri di balik tembok toserba.

Sepertinya dia belum tahu apakah Ray sudah kembali ke toserba itu atau belum jadi dia bersembunyi di sana.

Namun, jelas Ray langsung mengetahuinya saat dia berjalan melewati samping toserba itu saat kembali dari jalan belakang.

Ray mengeluarkan kunci inggris besar dari kotak peralatan yang dia bawa lalu dia todongkan ke arah Elrik yang belum menyadari kehadirannya.

"Senggang sekali rupanya kau, maling pajak," tegur Ray dengan nada bicaranya yang dingin.

Elrik tersentak dan menoleh dengan cepat ke arah Ray. Namun, gerakannya terhambat saat pipinya mengenai kunci inggris yang ditodongkan oleh Ray.

"Eh? Darling, kebetulan ya kita bertemu di sini. Kau baru kembali? Mau aku bantu membawa itu?" ucap Elrik dengan senyum kakunya.

"No, thank you!" sahut Ray cepat lalu memukulkan kunci inggris itu pada perut Elrik sampai di empunya meringis.

"Enyahlah!" seru Ray saat menyadari Elrik mengikutinya.

"Darling, aku punya peringatan kecil untukmu," ucap Elrik dengan nada serius.

Ray menyandarkan kunci inggrisnya pada bahu dan berbalik saat mendengar itu.

"Kau akan benar-benar aku hajar jika mengatakan omong kosong dengan wajah serius itu lagi," sahutnya datar, tapi sarat akan ancaman.

"Sebaiknya kau tidak terlalu sering berurusan dengan wanita itu," ucap Elrik.

Alis kanan Ray terangkat merasa bingung.

"Tentu saja aku tidak ingin kau dekat-dekat dengan orang lain juga--"

"Cih!" Ray berdecak malas saat mendengar lanjutan ucapan Elrik lalu berbalik tidak mau lagi mendengarkan.

"Darliiing! Dengarkan aku dulu!" Elrik mencoba menahannya, tapi dengan refleks yang bagus dia menangkis tangan Elrik dengan memukulkan kunci inggrisnya.

"Ahk! Pukul aku lebih keras lagi ... ralaaat! Maksudku dengarkan aku sebentar lagi, Darliiing!" rengek Elrik dengan wajahnya yang mulai memerah.

Ray benar-benar tidak habis pikir dengan manusia yang dia hadapi satu ini.

"Komandan! Apa yang Anda lakukan di sini?! Kami mencari Anda ke mana-mana sejak pagi!" Suara itu terdengar dari belakang Ray.

Dua anggota polisi terlihat berjalan cepat ke arah mereka dengan napas yang agak ngos-ngosan.

Elrik berdecak malas melihat itu.

Ray agak kaget saat mendengar Elrik dipanggil komandan, tapi tanpa mau memedulikannya dia lebih memilih beranjak dari tempatnya untuk masuk ke toserba.

Maso-Kiss [Yaoi/BL, Smut]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang