Klang! Klang! Klang!
Suara bising itu terdengar dari dalam tempat Ray tinggal.
Bersama Cody, salah satu karyawannya, pada akhirnya Vina harus mengantarkan Ray pulang karena kondisinya yang sudah mabuk parah.
"Ada seseorang di dalam, jangan-jangan rumahmu sedang dirampok," ucap Vina sembari membuka pintu dengan sedikit berhati-hati.
Ruangan di dalam terlihat terang dan saat mereka masuk lebih jauh pemandangan yang terlihat berhasil membuat Vina juga Cody terperanjat dibuatnya.
Bukan pencuri yang mereka lihat, melainkan Elrik yang tengah memukuli lilitan rantai pada kaki ranjang yang mengekang kakinya dengan pisau dapur.
"Kapan kau pulang?" Teguran Vina itu mengagetkan Elrik yang sedari tadi tidak sadar kalau ada yang memasuki rumahnya.
Matanya terbelalak saat melihat Ray di antara dua orang yang berdiri di belakangnya kini. Terlihat nyaris tidak sadar dengan kostum maid yang masih melekat pada tubuhnya. Elrik langsung paham kalau Ray tengah mabuk parah saat ini.
"Tadi sore," jawal Elrik santai sembari bangkit dari posisi duduknya untuk beralih duduk di atas ranjangnya.
"Dia sudah tahu kau pemilik asli rumah ini? Apa tidak masalah aku meninggalkannya di sini bersama kau dalam keadaan seperti ini?" tanya Vina menyelidik.
"Tidak masalah, aku tidak keberatan merawatnya." Elrik mengangguk dengan ekspresi khidmat.
"Bukan itu maksudku, aku khawatir pada Ray bukan mengkhawatirkan kau!" seru Vina meluruskan.
Ekspresi tenang Elrik luntur berganti gurat kesal yang perlahan melintang di sorot matanya. "Kau pikir aku maniak atau orang fanatik, hah?!" sahutnya ketus.
Vina menggeleng pelan sembari berkata, "Tidak ... kau dua-duanya."
Jelas itu semakin menyakiti hati kecil Elrik. "Aku tidak akan menyerangnya! Kau pikir aku serius saat bertingkah seperti orang masokhis fanatik di depannya? Rebahkan dia di sini, aku tidak akan menyerangnya," sembur Elrik sembari bangkit dari duduknya dan mengambil tongkat untuk membantunya berdiri.
Vina mendesah pelan lalu memberikan arahan pada Cody untuk membaringkan tubuh Ray yang sudah hampir pingsan itu.
"Kenapa kau membiarkannya sampai seperti ini? Tidak profesional sekali jadi manager," celetuk Elrik menyindir.
"Aku tidak mau mendengar itu dari komandan polisi yang memanfaatkan otoritasnya untuk menguntit warga sipil," sahut Vina santai sembari menaruh paper bag berisi pakaian dan barang pribadi Ray.
"Ayo kembali, urusan kita sudah selesai di sini," lanjutnya pada Cody.
Cody hanya mengangguk dan mereka pun beranjak dari sana.
"Tunggu, tolong kunci toserba. Kuncinya pasti ada bersama barangnya kan? Aku tidak bisa turun," celetuk Elrik menghentikan langkah Vina.
Vina berdecak malas, tapi tanpa memberikan jawaban dia tetap mengambil kunci toserba dan melanjutkan langkahnya untuk keluar bersama Cody.
Keheningan menyapa setelah dua orang itu benar-benar pergi. Mata Elrik menatap tubuh Ray yang terlihat seksi dengan kostum maid rok pendek dan stoking jaring hitam yang dikenakannya.
Elrik membawa tubuhnya untuk duduk di sisi ranjang pada dekat kaki Ray lalu hanya dengan tangan kanannya dia mencoba melepaskan sepatu boots hitam berhak pendek yang melengkapi kostum Ray malam ini.
"Nghhhh ...."
Buak! Lenguhan itu terdengar diikuti sebuah tendangan asal dari kaki kanan Ray saat sepatunya berhasil Elrik lepaskan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maso-Kiss [Yaoi/BL, Smut]
Romansa"Tolong sekotak kondom dan dirimu malam ini, Darling."-- "Ini toserba bukan brothel. Enyah dari sini atau aku tusuk pantatmu dengan linggis!"- "Aah! Kata-katamu yang tajam itu selalu membuat dadaku berdenyut ngilu, tapi aku suka! Ayo Darling sakiti...