#06: Merrilleo

53 13 0
                                    

Suara lonceng pada pintu toserba berdenting. Ray bahkan baru saja akan mulai mengepel lantai, papan tanda buka pun belum dia pasang.

"Maaf, kami belum buka--" ucapannya terhenti saat melihat yang datang adalah Jill.

Jill tersenyum sembari mendekatinya. "Maaf datang sepagi ini aku minta bantuan untuk nanti sore. Bisa kah kau meluangkan waktu?" ucapnya mengutarakan maksud kedatangannya.

"Bisa saja, apa yang harus saya lakukan?" sahut Ray yang menghentikan kegiatannya sejenak.

"Hari ini kelas Niel ada kegiatan tamasya dan dia akan pulang saat sore nanti, aku tidak bisa menjemputnya karena harus bekerja jadi aku berpikir mungkin kau bisa menjemputnya untukku," jelas Jill.

Ray mengangguk paham. "Baiklah, jam berapa tepatnya?" tanyanya.

"Sekitar jam tiga. Kau tahu SD negeri di dekat stasiun kan?" jawab Jill.

Dengan ekspresi mengingat Ray melirik ke kiri atas. Dia tidak yakin, tapi pasti dia bisa menemukannya dan sampai tepat waktu jika datang lebih awal.

"Nah, akan saya cari nanti. Hehehe, saya belum pergi sampai sejauh itu, tapi tidak perlu khawatir saya pasti akan menjemputnya tanpa tersesat saat kembali nanti hehehe," sahutnya mencoba untuk tidak membuat Jill khawatir karena keterbatasannya yang belum terlalu mengenal lingkungan ini.

Jill tertawa kecil saat mendengar itu. "Baiklah aku percaya padamu, ini aku bayar di muka ya," ucapnya sembari menyodorkan sebuah amplop cokelat berisi uang.

"Oh, iya terima kasih." Ray menerima amplop itu.

"Tidak-tidak, terima kasih," ucap Jill dengan senyum manisnya membalas ucapan terima kasih Ray.

Rasanya seperti ada yang meletup di dalam perut Ray saat mendapatkan itu. Harus dia akui Jill gadis yang manis dan menawan dengan caranya sendiri, ditambah sikapnya yang lembut itu membuatnya tidak bisa membohongi diri kalau dia terkesima dibuatnya.

"Kalau begitu aku pulang dulu, Niel pasti mencariku," ucap Jill pamit lalu berbalik dan meninggalkan toserba beserta Ray yang masih terdiam.

Saat lamunan Ray buyar matanya yang beredar menangkap sosok yang berhasil membuatnya serasa terkena serangan jantung.

"Uaaa!" serunya kaget melihat Elrik menempel pada kaca jendela sebelah kanan pintu depan ekspresi kusutnya.

Dengan langsung Ray menuju pintu untuk menguncinya lagi sebelum Elrik bisa masuk, tapi dia terlambat saat dengan cepat mendorong pintu itu dan menahannya dengan kaki kirinya.

"Darling, kenapa kau terlihat begitu akrab dengannya?! Beraninya kau berselingkuh di belakangku," ucap Elrik sembari tersenyum mencoba masuk.

"Jangan melantur pagi-pagi begini, kenapa juga aku harus berselingkuh darimu, kau pikir kau siapa?! Kalaupun bisa aku lebih memilih Jill daripada kau!" sahut Ray yang juga berusaha untuk mendorong pintu beserta Elrik agar keluar.

"Apa bagusnya dia?! Hanya wanita yang membosankan, tidak seperti aku yang mau menerima semua perlakuanmu--"

"Jangan bercanda! Jill sejuta kali lebih baik. Dia cantik, lembut, tidak aneh, dan pastinya perempuan!" sela Ray tidak tahan lagi mendengar ucapan Elrik yang terdengar melantur di telinganya.

"Aku memang tidak cantik, tapi aku kan tamp ... akh!" Ucapan Elrik terpotong ringisnya sendiri saat Ray membekap mulutnya dengan kuat.

"Angh!! Darl-wing pwagi-pagwi berswe-manghat ... ugh!" Lagi-lagi ucapannya yang tidak jelas itu terpotong saat Ray menendang selangkangannya.

Elrik berhenti mendorong dan beralih menekan adiknya dengan kedua tangannya sembari membungkuk.

"Emmh ... ampun, pukul aku atau tendang aku di mana saja asal jangan yang satu ini Darling." Elrik terjatuh dan berlutut di ambang pintu.

Maso-Kiss [Yaoi/BL, Smut]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang