#14: Perjanjian

58 6 5
                                    

"Kau!!" Ray menarik kedua sisi kerah baju Elrik dengan tatapan tajamnya.

"Tenang dulu Darling, kita bahkan tidak pernah berkenalan dengan benar. Kau tidak pernah membiarkanku ada di dekatmu untuk sekadar menanyakan nama kan?" sahut Elrik berusaha menenangkan Ray.

Itu benar-benar berhasil membuat ekspresi Ray berubah. Dia baru ingat soal itu dan mungkin Elrik tidak atau belum sempat mencari tahu namanya.

Ray mengatur napasnya untuk meredakan emosi negatifnya dan melepaskan cengkeramannya dari kerah baju Elrik.

"Ray," celetuk Ray menyebutkan nama panggilannya.

"Ray? Hanya itu? Nama lengkapnya siapa?" tanya Elrik tidak puas.

"Kenapa aku harus memberi tahu kau? Aku tidak tertarik melakukannya," jawab Ray menunjukkan ekspresi malas.

Elrik berdecak sekali, memiringkan kepalanya ke kanan sedikit dengan ekspresi cemberut yang samar. "Darling kan sudah tahu nama lengkap milikku, tidak adil dong kalau aku tidak tahu nama lengkapnya Darling!" serunya setengah merengek.

Ray mendesah pelan lalu membalas, "Cari tahu sendiri sana. Sudahlah, sekarang bagaimana ini? Lagi pula mau ke mana kau dengan merusak ini, hm?"

"Aku bisa kembali ke barak, tapi mengingat Darling tidak marah karena kejadian semalam aku tidak akan ke mana-mana," jawab Elrik dengan senyum cerahnya.

Mata Ray memicing, yang dia dengar Elrik bukan tipe orang yang akan betah tinggal di rumah meski dalam keadaan cedera seperti saat ini.

"Kalau tiba-tiba kau hilang aku yang akan kena masalah dengan ayahmu. Ada jaminan kau tidak akan kabur?" Ray benar-benar terlihat tidak percaya dengan ucapan Elrik.

Namun, respons pertama Elrik adalah sebuah gelengan dengan senyumnya yang tidak luntur lalu berkata, "Selama bersamamu aku akan tinggal selama mungkin di sini, Ray."

Pertama kalinya Ray mendengar Elrik memanggil namanya dan pertama kalinya dia merasa namanya terdengar enak untuk didengar saat dipanggil orang lain.

"Ehem!" Satu deham pelan Ray lakukan untuk melegakan tenggorokannya sebelum kembali berucap, "Kau akan dalam masalah jika melanggar ucapanmu sendiri."

"Hm!" Elrik mengangguk-angguk dengan semangat.

Ray mendesah pelan lalu mengusap wajahnya sekali untuk menyegarkan dirinya lalu bangkit menegakkan tubuhnya. "Biar aku lepaskan sekalian," ucapnya kemudian beranjak untuk mengambil kunci kekang pada kaki Elrik.

Elrik hanya mengangguk dan menunggu. Matanya memperhatikan Ray yang pergi keluar, mungkin kunci itu Ray simpan di toserba agar tidak ditemukan olehnya dalam ruangan ini.

Sebuah senyum kecil tersemat di bibir Elrik. Dia tidak pernah merasa ingin selalu berada di rumah seperti ini.

Dan ucapannya tadi bukanlah sebuah kebohongan, dia benar-benar ingin selalu bersama Ray memanfaatkan cutinya kali ini.

Sembari menunggu Ray, Elrik mengambil kotak P3K yang dibawakan ayahnya dalam tas besar berisi pakaiannya lalu kembali duduk di tepi ranjang untuk melepaskan perban pada tangan kirinya yang tidak dia pakaikan penyangga siku sejak bangun tidur tadi.

Klek! Suara pintu terbuka tidak lama setelahnya. Ray sudah kembali dan langsung mendekati Elrik dengan ekspresi kaget. "Apa yang kau lakukan?!"

"Sepertinya sudah waktunya ganti perban. Dokter bilang harus selalu diganti minimal sehari sekali agar tetap steril dan tidak jadi infeksi," ucap Elrik apa adanya.

Ray terlihat bisa memahami situasi dengan cepat saat melihat ada kotak P3K di sisi kanan Elrik. Dia melepaskan kekang pada kaki kiri Elrik, mencuci tangannya di bak cuci piring sebentar, lalu duduk di samping Elrik untuk membantu mengganti perban.

Maso-Kiss [Yaoi/BL, Smut]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang