Ray berjalan mendekati Elrik yang terduduk di pinggir ranjang.
Plak!
"Ah!" pekik Elrik saat satu tamparan kuat mengenai pipi kirinya.
Tamparan itu datang dari Ray yang kini menatap telapak tangan kanannya sendiri dan wajah Elrik dengan pipi yang memerah karena tamparannya itu secara bergantian.
"Ini bukan mimpi," gumamnya.
Mulut Elrik terbuka dengan ekspresi kaget saat mendengar itu. "Di mana-mana kita menampar atau mencubit diri sendiri untuk memastikan apakah kita sedang bermimpi atau tidak," celetuknya dengan menahan tawanya.
"Hahaha, ternyata Darling aneh juga ya," lanjutnya dengan tawa geli yang tidak mampu dia tahan lagi sembari mengusap bekas tamparan Ray dengan tangan kanannya.
"Aku tidak mau mendengar itu dari orang sepertimu yang selalu terangsang karena kekerasan!" sahut Ray tidak terima dikatai aneh.
Elrik tersenyum lebar sembari mengangguk-angguk beberapa kali. "Tidak semua kekerasan membuatku terangsang. Hanya kekerasan darimu yang bisa membuatku bergairah. Ah, lihat adikku jadi bangun," ucapnya lalu menyentuh area depan selangkangannya sendiri dengan tangan kanannya.
Plak!
Ray langsung menampar pipi kiri Elrik saat mendengar itu. Kali ini tamparannya sangat kuat sampai membuat tubuh Elrik terempas dan terjatuh ke sisi kanannya di atas kasur.
"Oh Darling, bisakah kita menunggu sampai lukaku sedikit membaik? Apakah ini justru membuatmu lebih bergairah saat bermain dengan orang yang sedang cedera? Sebenarnya Darling memang pihak S? Pendisiplinan? Abasiofilia? Fetisisme ...?"
Saat Elrik sedang sibuk mengoceh sendiri Ray yang muak mengambil tali yang tadi digunakan untuk mengikat tubuh Elrik lalu menggunakannya untuk menyumpal mulut Elrik.
"Da-wiing?! Kita akan mewakukan sekawang? Mmmhhh! Sadwis sekawi!!" seru Elrik tidak jelas karena mulutnya yang tersumpal tali.
Dengan kuat Ray mengikat tali itu membuat kulit Elrik tertarik dan empunya justru semakin kegirangan, napasnya semakin berat menderu dari lubang hidungnya yang kembang-kempis di wajah memerahnya.
"Dasar masokhis gila!" seru Ray sembari mendorong tubuh Elrik yang sempat bangkit itu sampai kembali terjatuh ke belakang lalu menjauhkan diri.
Jedarrr! Tepat di akhir ucapannya terdengar sebuah guntur yang keras diiringi kilat yang sangat terang.
Suasana dalam ruangan itu langsung berubah hening seketika. Selanjutnya hanya terdengar suara derasnya hujan dari luar sana yang menyusul guntur tadi, menelan suara deru napas mereka yang sama-sama memburu.
Elrik yang hendak bangkit lagi setelah didorong menghentikan gerakannya. Ekspresi cabulnya perlahan luntur dari wajahnya yang juga sudah mulai kehilangan ronanya.
Bruk! Dia justru menjatuhkan lagi tubuhnya sendiri, berbaring dengan posisi miring di atas kasur pada ranjang tempatnya berada.
"Sekarang apa lagi? Kenapa dia?" batin Ray yang merasa bingung dengan sikap berubah-ubah milik Elrik itu.
"Aku lelah, kita lanjutkan lagi besok saja ya? Darling," ucap Elrik sembari menarik selimut yang ada di atas ranjang itu untuk membungkus dirinya sampai menutupi seluruh tubuhnya.
"Sejak kapan aku setuju untuk ikut permainan busukmu itu," sahut Ray sinis lalu berbalik untuk pergi saja dari ruangan itu.
Selain memang harus kembali ke toserba dia merasa tidak perlu ada di dekat Elrik lebih lama lagi.
"Aku harap aku akan dapat bonus untuk merawat orang gila itu," gumamnya sembari keluar.
Hujan di luar ternyata sangat deras, sebelum pergi Ray mengambil payung yang ada di samping rak sepatu dekat pintu keluar lalu memakainya sampai di toserba.
KAMU SEDANG MEMBACA
Maso-Kiss [Yaoi/BL, Smut]
Romance"Tolong sekotak kondom dan dirimu malam ini, Darling."-- "Ini toserba bukan brothel. Enyah dari sini atau aku tusuk pantatmu dengan linggis!"- "Aah! Kata-katamu yang tajam itu selalu membuat dadaku berdenyut ngilu, tapi aku suka! Ayo Darling sakiti...