#09: Ditakdirkan Bersama

67 10 6
                                    

Beberapa menit setelah eksekusi umum para teroris itu usai, mayat mereka sengaja digantung untuk seharian dan akan diturunkan sore nanti.

Saat orang-orang yang berkerumun mulai meninggalkan lapangan itu Ray masih setia di tempatnya.

Terlihat David di antara barisan polisi yang ada menurunkan Niel yang masih terlihat bingung.

Niel berlari ke arah tubuh kakaknya berada dan menatapnya dari bawah.

Ray mengepalkan tangannya erat melihat itu. Bahkan untuk seukuran mantan narapidana yang pernah hidup dalam gelapnya dunia bawah hal seperti itu cukup untuk meraut perasaannya.

Dari baris polisi Elrik dengan tangan kirinya yang menggunakan penyangga siku terlihat beranjak dari tempatnya sembari menatap ke arah Ray.

Melihat itu Ray hendak membuang muka, tapi tertahan saat tiba-tiba Elrik justru tersungkur saat baru sekali melangkah.

"Komandan, Anda melupakan tongkat Anda!" seru seorang polisi sembari menyodorkan sebuah tongkat siku pada Elrik setelah membantunya bangkit.

Itu cukup membuat Ray terbelalak dan menggeleng heran akan kelakuan manusia satu itu.

"Katakan lebih awal! Kau sengaja membuatku jatuh ya?!" Elrik justru memarahi polisi itu sembari mengambil alih tongkatnya.

Polisi itu hanya tersenyum kaku mendapat itu. Protes pun pasti tidak ada gunanya.

Setelahnya Elrik berjalan ke arah Ray dengan tongkatnya. Ray baru sadar kalau selain tangan kirinya ternyata kaki kanan Elrik juga terluka, terbalut perban cokelat muda sepertinya terkilir.

"Waktu itu sepertinya terlihat baik-baik saja," gumam Ray sembari mengingat kejadian baku tembak seminggu lalu.

Mungkin dia saja yang tidak menyadarinya, dan Elrik juga tidak menunjukkannya saat itu.

"Hai Darling, bagaimana kabarmu?" sapa Elrik sembari menyandarkan tubuhnya pada besi pembatas di depan Ray setelah sampai di sana.

Mata Ray beralih pada tubuh Jill dengan Niel yang kini terlihat memeluk erat kaki kakaknya yang menggantung itu dengan ekspresi kosong.

"Kau pasti sudah tahu semua ini sejak lama kan?" celetuk Ray merujuk pada kasus Jill.

Elrik mendesah pelan sembari ikut menatap tubuh itu untuk sesaat lalu kembali menatap Ray, saat itu juga Ray mengalihkan pandangan kepadanya.

"Itu kenapa aku bilang jangan terlalu sering berurusan dengan wanita itu jauh-jauh hari," jawab Elrik dengan suara tenang, tapi tetap terdengar serius.

Dada Ray terasa mencelus saat mendengar itu. Membuatnya ingat kejadian di hari pertamanya bertemu dengan Jill.

"Ada yang membuatku penasaran soal hari itu. Aku mau kau menjawabnya dengan jujur," ucap Ray kembali bersuara setelah terdiam beberapa saat.

"Tergantung," sahut Elrik santai membuat Ray agak kesal juga mendengarnya.

Namun, dia akan menyingkirkan dulu egonya untuk menuntaskan rasa penasarannya yang tiba-tiba saja muncul itu.

"Waktu itu kau ada di dekat rumah Jill bukan benar-benar karena menguntitku kan? Kau ada di sana untuk mengawasinya," tanya Ray akhirnya.

Tidak terlihat ada ekspresi yang cukup berarti dari wajah Elrik, dan dia tidak menyangkal.

"Hm, benar, tapi berkat itu aku jadi tahu di mana Darling tinggal," sahut Elrik dengan ekspresi mesumnya yang mulai terpasang.

Ray memutar bola matanya malas lalu kembali menatap ke arah depannya. "Bagaimana dengan Niel setelah ini?" tanyanya lagi.

"Saudaranya yang ada di luar kota mau mengurusnya. Kau bisa  menemuinya untuk terakhir kalinya kalau mau, sebelum dia dijemput nanti," jawab Elrik.

Maso-Kiss [Yaoi/BL, Smut]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang