#08: Pagi Yang Merah

52 12 2
                                    

Ray agak tersentak mendapatkan itu, bibir pucat Elrik terasa dingin membuatnya ingin menyalurkan kehangatannya di sana.

Saat Elrik mulai mengecup bibirnya Ray mengikutinya dengan perlahan.

Ciuman Elrik perlahan, tapi pasti mulai terasa intens dalam mulut Ray.

Suara kecipak pelan dari bibir mereka yang beradu mendominasi suasana di sekitar yang cukup tenang.

Lidah Elrik sesekali menari, menjilati bibir Ray dengan lembut memberikan sensasi menggelitik dalam dada Ray.

Semakin lama ciuman Elrik semakin lemah. Tangannya yang menahan pipi Ray perlahan merosot dan beberapa saat kemudian ciumannya lepas begitu saja dengan tubuhnya yang kehilangan tenaga.

Benang saliva menjuntai saat kepala tertunduk perlahan.

"Hey!" pekik Ray kaget saat tiba-tiba Elrik kehilangan kesadarannya.

Ray mengusap bibirnya yang basah. "Sial," umpatnya saat ditinggal pingsan sendirian oleh Elrik setelah ciuman mereka yang intens itu.

Ray memundurkan tubuhnya perlahan untuk mencapai tembok di belakang yang berjarak tidak jauh lalu menyandarkan punggungnya.

"Hari-hari penuh dengan kejutan," gumamnya sembari mengingat yang baru saja dia alami.

Tujuan awalnya hanya akan menjemput Niel, tapi dia malah berakhir menjadi asisten polisi militer dadakan bahkan ikut turun dalam pertempuran.

Dalam diamnya Ray mengulum bibirnya sesaat, bekas ciuman Elrik masih tertinggal di sana membuatnya merasa aneh.

"Sial ...."

Setelah itu tidak lama terdengar suara langkah berderap, jemputan sudah datang.

Rekan-rekan Elrik yang bingung tentang kehadiran Ray membawa serta dirinya ke kantor untuk sedikit ditanyai sedangkan Elrik langsung dilarikan ke rumah sakit terdekat.

Siapa dia? Kenapa bisa bersama komandan mereka? Bagaimana kronologis kejadian sampai Elrik bisa terluka cukup parah? Dan banyak lagi.

Ray hanya menjawab ala kadarnya seperti yang sudah terjadi tadi.

Beruntung dia bisa langsung pulang setelah memberikan keterangan.

Skuter Ben pun ikut diamankan ke kantor sehingga dia bisa langsung pulang.

Langit senja yang merah berhias beberapa gumpalan awan gelap menemani perjalanan pulang Ray.

Beruntung baginya rute dari kantor polisi ke toserba tidak rumit meski agak jauh.

Sebelum kembali ke toserba Ray sengaja lewat jalan belakang untuk mampir ke rumah Niel.

Namun, rumah itu terlihat gelap seperti tidak ada orang di dalamnya.

"Apa dia dititipkan ke rumah lain?" gumam Ray. Tidak bisa dipungkiri kalau perasaannya agak gelisah memikirkan itu.

Di tengah pikirannya yang melayang suara gemuruh terdengar pelan dari balik awan gelap yang entah sejak kapan sudah semakin tebal menutupi sorotan cahaya matahari sore ini.

Tidak mau kehujanan di sana Ray memutuskan untuk kembali.

Tidak lama setelah dia mengembalikan skuter Ben ke garasi kecil dekat tangga luar menuju lantai dua bangunan toserba gerimis mulai turun.

Sebelum benar-benar kembali ke balik meja kasir Ray ingin membersihkan dirinya terlebih dahulu lalu dia naik ke lantai dua tempat dia tinggal sekarang.

Ruangan di sana cukup luas dengan ukuran 5×5 m² disertai dapur kecil dan kamar mandi dalam dengan ukuran 1,5×2 m² berfasilitas shower, bak mandi, dan tentunya toilet.

Maso-Kiss [Yaoi/BL, Smut]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang