Part 39

3.3K 737 43
                                    



Dughh ~

Arav baru saja menutup pintu mobilnya, dia membawa dua kantong besar berisi bahan masakan yang akan mereka masak sebentar lagi.

tadi di perjalanan mereka mampir ke supermarket terlebih dahulu karena arav tak tahu apakah ada stok bahan bahan makanan di dapurnya.

"sini gue bantu bawain" ucap chika menawarkan diri

"gausah gapapa gue aja yang bawa" tolak arav sambil tersenyum

chika hanya mengangguk patuh saja, mereka berdua berjalan menuju ke pintu utama rumah arav.

"tolong bukain chik, gak dikunci kok" ucap arav meminta chika membukakan pintu rumahnya

chika pun mendorong pintu berwarna putih itu, setelahnya terbukalah pintu rumah arav.

"yuk" ajak arav pada chika yang tampak kagum dengan rumahnya

"permisi" ucap chika pelan

arav yang mendengar itu sontak menyunggingkan senyumnya, dia menunggu chika yang tengah menutup kembali pintu besar itu.

"duduk dulu gih, gue mau naro ini di dapur" ucap arav saat mereka tiba di ruang tamu

chika menurut, dia mendudukan dirinya di sofa empuk itu sementara arav pergi ke dapurnya.
chika mengamati interior rumah arav yang terlihat sangat mewah, didominasi oleh warna putih dan juga hitam.

terdapat banyak koleksi sertifikat penghargaan milik arav dan juga papanya, juga deretan trofi yang sengaja dipajang disana.

chika tersenyum kala melihat foto arav bersama papanya, di foto itu arav tampak tersenyum begitu cerah.

"bener bener kaya orang bener" gumam chika sambil mengingat kelakuan arav dulu

tak lama arav pun kembali, dia membawa dua gelas minuman untuknya dan untuk chika.

"cakep ya gue" ucap arav kala sadar kemana arah pandang chika

"dikit" jawab chika yang membuat arav terkekeh

dia mendudukan dirinya disamping chika, meletakan gelasnya di meja lalu ikut menatap foto itu setelahnya.

"semua penghargaan ini sengaja di letakin disini biar papa bisa flexing sama tamu tamunya, kalo lagi berkunjung kerumah" ucap arav

"padahal semuanya palsu"

"kecuali milik papa"

arav menghela nafasnya sambil tersenyum hambar, dia lalu menoleh pada chika.

"kalo lo jadi gue, lo malu gak chik?" tanya arav

chika mengerutkan keningnya sebentar, dia lalu menggeleng.

"malu kenapa?" tanyanya bingung

"ya malu, karena hidup gue penuh dengan kepalsuan" jawab arav

"orang ngiranya ini, padahal aslinya itu"

"ya gue tau sih, ini semua juga demi masa depan gue sendiri nantinya"

"cuma kadang gue insecure, ngerasa gak percaya sama kemampuan gue sendiri"

"kaya, gue sebenarnya bukan apa apa dan bukan siapa siapa tanpa papa"

chika tersenyum lalu menepuk bahu arav, dia mengusapnya pelan.

"setiap orang punya jalan hidup yang beda beda" ucap chika

"jalan lo mungkin udah bagus karena privilage dari papa lo, tapi tantangannya nanti gimana lo bisa nerusin jalan itu untuk tetap bagus kedepannya"

V I PTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang