-%-
"Key, gue mau main dulu ya, bye!" Shera melambaikan tangan dengan antusias sebelum meluncur dengan skateboardnya menuju lapangan.
"Hati-hati, Shera! Jangan sampai nabrak tiang listrik, nanti lo malah nyala kayak lampu neon!" teriak Keyra sambil tertawa lepas.
Shera hanya menjulurkan lidah sebelum meluncur lebih cepat. Skateboardnya yang dihiasi coretan dan inisial "S" itu berdesing di aspal. Baru seminggu bermain skateboard, gerakannya masih canggung, tapi semangatnya luar biasa. Skateboard itu adalah hadiah dari Keyra—sahabat baiknya. Meskipun ibunya melarang Shera bermain karena takut anaknya terjerumus pergaulan yang terlalu "bebas", Shera tetap ingin menghargai hadiah dari Keyra.
"Hadiah itu harus dihargai, kan?" pikir Shera sambil berusaha menjaga keseimbangan.
Mahesa, seorang cowok yang selalu terlihat tenang dan sedikit cuek, melangkah santai di trotoar taman kota sambil memakai headphone besar yang melingkar di lehernya. Musik adalah pelariannya dari keramaian dunia. Ia memang tak pernah memusingkan hal-hal kecil di sekitarnya, asalkan skateboard kesayangannya selalu menemani.
Suatu sore yang cerah, Mahesa mengayuh skateboardnya dengan penuh percaya diri. Angin yang menerpa wajahnya terasa segar. Namun, di sudut taman yang ramai, pandangannya tertuju pada sosok gadis yang tampak kaku berdiri di atas skateboard—sepertinya baru belajar.
Shera, gadis itu, mencoba menyeimbangkan dirinya, tapi terlihat jelas betapa canggungnya dia. Saat itulah, tanpa sengaja, skateboard Shera meluncur tak terkendali, mengarah langsung ke jalur Mahesa. Mata Mahesa terbelalak, namun dengan reflek yang cepat, ia melompat dari skateboard-nya dan meraih tangan Shera sebelum benturan terjadi.
BRUK!
Keduanya jatuh berguling di atas rumput. Shera tersentak, memandang Mahesa yang berada tepat di sebelahnya dengan mata penuh keterkejutan.
"Woohoo! " Shera tertawa lepas, meskipun sikunya sedikit lecet.
mahesa duduk berjongkok di depannya. membantu membersihkan celananya yang terkena debu. "Sakit? Sorry, gue nggak sengaja," katanya dengan wajah agak panik.
Shera menggeleng sambil tersenyum. "Nggak kok, nggak papa."
Cowok itu memperkenalkan diri, " syukurlah , Lo pemain baru ya? Gue baru lihat muka lo di sini."
Shera mengangguk pelan. "Iya, masih belajar nih. Tadi lo liat sendiri kan gue nabrak lo, hehehe."
"gue Mahesa tapi panggil aja Hesa."
"gue sherania , shera aja"ucapnya sambil berdiri
"kalau lo nggak mau jatuh lagi, gue bisa ajarin " tawar Mahesa sambil memutar-mutar rodanya.
Shera menatapnya dengan mata membulat, kaget tapi sekaligus bersemangat. "Beneran? nggak keberatan?"
Mahesa hanya mengangkat bahu. "Tentu. Lagipula, lo kayaknya butuh lebih dari sekadar keberanian kalau mau beneran bisa."sambil mulai membolak-balik skateboard mengagumi coretannya. "Ini lo yang gambar sendiri? Keren sih, tapi kayaknya lo lebih cocok jadi artis mural daripada pemain skateboard," godanya.
Shera tertawa sambil mencuri pandang wajah Mahesa.kali ini pikirannya tak sekadar berbisik ia tenggelam dalam detil wajahnya. Ada sesuatu yang misterius di balik alis tebalnya, seolah-olah menyimpan rahasia yang tak terucap. Mata itu... jernih dan tenang, seperti embun pagi di dedaunan. Bibirnya sedikit melengkung.
KAMU SEDANG MEMBACA
So Why You Love Me?
Teen Fictiondi mana skateboard beradu dengan perasaan, cinta meluncur lebih cepat dari skateboard di lapangan, dan hati bisa crash lebih keras daripada jatuh dari papan! 🛹 manusia memiliki hati dan perasaan, meski wujud mereka berbeda-beda. Namun, sering kali...