i'm fine

2 0 0
                                    

Hari-hari berlalu, dan Shera merasa ada sedikit perubahan dalam dirinya. Meskipun hatinya masih terasa hancur dan kesepian, Keyra terus berada di sisinya, memberikan dukungan yang Shera butuhkan. Dengan bantuan sahabatnya, perlahan Shera mulai keluar dari kamar yang gelap dan kembali menjalani kehidupan sehari-hari. Namun, meskipun ada sedikit semangat untuk bangkit, ia tidak bisa melupakan kenyataan yang telah mengubah hidupnya.

Suatu pagi, Shera terbangun dengan perasaan yang tidak bisa ia jelaskan. Ada keheningan di rumah itu, sebuah keheningan yang menekan dan penuh kesedihan. Ibunya sudah mulai mengurus perceraian, dan ayahnya, meskipun tidak menunjukkan penyesalan, mulai sibuk dengan kehidupannya sendiri. Shera memutuskan untuk berjalan keluar rumah, berharap udara pagi bisa sedikit memberi ketenangan.

Namun, ketika ia sampai di depan rumah, ia melihat ayahnya sedang tertawa riang bersama wanita baru yang kini menjadi pasangan hidupnya. Di sisi lain, ibunya juga tidak jauh berbeda, tampak bahagia dengan pria baru yang kini menggantikan ayah Shera dalam kehidupannya. Mereka berdua, meskipun dulu bertengkar hebat, kini terlihat seperti telah menemukan kebahagiaan baru.

Shera berhenti sejenak, berdiri di sana, menyaksikan kedua orang tuanya yang tampaknya sudah melupakan masa lalu mereka. Di matanya, mereka terlihat bahagia, tidak ada lagi kerutan kesedihan yang menghantui wajah mereka. Tapi kebahagiaan itu justru membuat Shera merasa lebih kesepian. Ia merasa terabaikan, seperti tidak pernah ada ruang lagi untuknya dalam kehidupan mereka.

"Jadi ini akhirnya?" Shera bergumam pada dirinya sendiri, air mata perlahan muncul di sudut matanya. "Mereka sudah lupain gue."

Ayahnya, yang kini tampak jauh lebih muda dan lebih hidup bersama wanita baru itu, melambai dengan senyum lebar. "Shera! Ayo, gabung yuk! Kita makan bareng!" teriak ayahnya dengan nada riang. Tetapi Shera hanya berdiri di sana, tidak bergerak. Ia tahu, meskipun mereka mengundangnya untuk bergabung, itu tidak akan pernah sama lagi.

Ibunya juga menoleh dan tersenyum, tetapi senyuman itu terasa jauh, seperti tidak untuknya lagi. "Aku sudah bisa bahagia tanpa kamu," pikir Shera. Rasanya begitu asing melihat ibu dan ayahnya yang begitu santai dengan kehidupan baru mereka, tanpa beban atau kesedihan yang dulu pernah mereka rasakan.

Shera akhirnya berbalik, berjalan pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Semua yang ia lihat itu hanya mengingatkannya pada betapa rapuh dan hancurnya hubungan keluarganya. Ia merasa tidak punya tempat lagi. "Keluarga gue udah nggak ada lagi. Mereka bahagia, tanpa gue."

Shera kembali ke rumah Keyra dengan hati yang hancur. Dalam perasaan yang lebih sepi dari sebelumnya, ia duduk di depan jendela kamarnya yang terbuka, menatap langit sore yang kelabu. Meskipun kini ia mulai merasa lebih kuat, perasaan kosong di dalam dadanya tak pernah bisa hilang. Kehilangan keluarganya adalah luka yang terlalu dalam untuk sembuh dalam waktu dekat.

"Apa gue masih punya tempat di dunia ini?" Shera bertanya pada dirinya sendiri dengan suara yang penuh keraguan. "Gue nggak punya siapa-siapa lagi."

Keyra, yang sudah tahu betapa Shera masih merasa kosong, datang dan duduk di sebelahnya. "Shera, gue tahu lo merasa kehilangan," kata Keyra dengan suara lembut. "Tapi lo nggak sendirian. Gue ada buat lo, dan lo punya banyak orang yang peduli sama lo. Gue tahu, itu nggak akan gampang, tapi lo harus ingat lo berharga."

Shera menatap Keyra dengan mata yang masih penuh air mata. "Tapi gue nggak punya keluarga lagi, Key. Lo nggak ngerti rasanya," Shera berkata dengan suara yang tertahan. "Mereka sudah bahagia tanpa gue."

Keyra menggenggam tangan Shera, memberikan kenyamanan yang Shera butuhkan. "Shera, gue ngerti banget kalau lo merasa kesepian. Tapi gue juga tahu, lo nggak sendirian. Lo punya gue, dan lo punya kesempatan untuk memulai hidup baru. Mungkin ini awal yang sulit, tapi gue yakin lo bisa melewatinya."

So Why You Love Me?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang