-%-
Di Restoran Setelah Latihan
Setelah Shera memutuskan untuk makan bersama, mereka berempat akhirnya pergi ke sebuah restoran kecil di dekat taman. Mahesa dan Ezekiel berjalan di depan, sementara Shera dan Keyra mengikuti di belakang. Keyra tidak bisa menahan diri untuk berbisik pada Shera.
"Lo sadar kan, Shera, mereka berdua itu lagi berusaha dapetin perhatian lo?" goda Keyra dengan nada jahil.
Shera hanya tertawa kecil, masih setengah tidak percaya. "Yaelah, Key. Mungkin mereka cuma bersaing biar kelihatan keren aja. Lo kebanyakan drama deh."
Tapi Keyra menggeleng dengan penuh keyakinan. "Oh, please, Shera! Gue udah lihat kayak gini berulang kali di drama-drama. Ini jelas lebih dari sekadar pamer trik skateboard!"
Sesampainya di restoran, mereka memilih meja di sudut yang tenang. Mahesa dengan sigap menarik kursi untuk Shera, tapi sebelum dia bisa menyuruh Shera duduk, Ezekiel sudah lebih dulu mendekat.
"Here you go, princess," ujar Ezekiel sambil menarik kursi untuk Shera dengan gaya bak pangeran. Mahesa hanya bisa menatap dengan jengkel, tapi menahan diri agar tidak meledak di depan Shera.
Keyra menahan tawa di balik tangannya, menyadari ketegangan di antara keduanya. Shera hanya tersenyum, tidak ingin membuat situasi semakin canggung. "Makasih, Mahesa, Kiel," ujarnya sambil duduk dengan senyum manis yang membuat kedua pria itu melunak sejenak.
Saat mereka menunggu pesanan datang, suasana mulai terasa tegang lagi. Ezekiel yang terkenal pandai berbicara mulai menggoda Shera dengan candaan-candaan yang penuh percaya diri.
"Shera, kalau lo ikut gue, gue janji bakalan ngajak lo ke tempat-tempat yang seru dan nggak biasa. Gimana kalau akhir pekan ini kita jalan-jalan ke pantai?" Ezekiel menawarkan dengan senyum yang penuh arti.
Mahesa langsung menyela sebelum Shera sempat menjawab. "Shera, pantai itu mainstream. Gue tahu tempat hiking yang lebih keren dan tenang. Lo bisa ngerasain udara segar dan pemandangan yang indah di sana."
Shera hanya bisa menatap keduanya dengan tatapan bingung. Di satu sisi, dia senang karena mendapatkan perhatian lebih, tapi di sisi lain, dia tidak ingin memilih di antara mereka.
Keyra yang duduk di samping Shera hanya bisa mengangkat alis sambil berbisik, "Gue bilang apa, Shera? Mereka jelas-jelas lagi adu kuat buat menarik perhatian lo."
Shera hanya bisa menggeleng lemah. "Gue bener-bener nggak ngerti kenapa mereka jadi kayak gini, Key."
Pesanan akhirnya tiba, dan mereka mulai makan. Tapi suasana tidak benar-benar tenang. Mahesa dan Ezekiel terus bersaing dalam percakapan, mencoba membuat Shera terkesan dengan cerita dan candaan mereka.
"Shera, lo tahu nggak, waktu kecil gue pernah ngerjain Mahesa sampai dia jatuh dari skateboard? Dia sampai nangis waktu itu," kata Ezekiel sambil tertawa keras.
Mahesa mengangkat alis, tidak ingin kalah. "Itu kan dulu, Kiel. Tapi lo lupa cerita waktu lo jatuh di depan cewek-cewek pas pamer salto, kan? Gue inget banget ekspresi lo waktu itu!" balas Mahesa dengan senyum penuh kemenangan.
Keyra tidak tahan lagi dan tertawa terbahak-bahak. "Gila, ini kayak nonton pertunjukan komedi gratis!"
Shera ikut tertawa meski dalam hatinya merasa canggung. Ia tidak ingin membuat Mahesa atau Ezekiel merasa tersisih, tapi tidak bisa memungkiri kalau suasana mulai membuatnya sedikit tertekan.
Setelah makan malam, mereka keluar dari restoran. Mahesa dan Ezekiel lagi-lagi bersaing untuk menawarkan tumpangan pulang pada Shera.
KAMU SEDANG MEMBACA
So Why You Love Me?
Jugendliteraturdi mana skateboard beradu dengan perasaan, cinta meluncur lebih cepat dari skateboard di lapangan, dan hati bisa crash lebih keras daripada jatuh dari papan! 🛹 manusia memiliki hati dan perasaan, meski wujud mereka berbeda-beda. Namun, sering kali...