chapter 14

960 126 9
                                    

  Masih pagi tapi sudah terjadi keributan di salah satu ruang rawat di rumah sakit.

  Siapa lagi kalau bukan Zaki pelakunya sedangkan hanya ada Yoga yang menemaninya.

  Bahkan dokter Angga masih belum datang hingga yang menangani kini hanya perawat saja.

   Subuh tadi Yoga di kejutkan dengan infus yang sudah terlepas bahkan demam anak itu kembali naik tadi disertai sesak nafas padahal adiknya itu tidak mempunyai riwayat sesak.

   Sedari tadi remaja itu terus merengek menolak perawat yang hendak memasangkan infus dan nasal canula untuk nya.

"Abang lepas" lirihnya

  Sebenarnya Yoga tidak tega melihat adiknya yang di tahan banyak perawat seperti ini.

"Bentar hm, katanya mau sembuh, nanti abang janji apapun yang Zaki mau abang turuti, sekarang Zaki tenang dulu biar gak sakit" sedari tadi Yoga berusaha mengalihkan perhatian Zaki agar tidak terfokus pada perawat yang sedang memasang infus.

  Setelah beberapa saat akhirnya selesai, kini Zaki sudah kembali tenang dengan nasal canula yang menghiasi hidungnya, matanya masih sembab bahkan jari remaja itu hampir tidak terlihat karena perban yang melilit tangannya agar infusnya tidak kembali terlepas.

  Sarapan pagi masih satu jam lagi, membuat Yoga mengupas kan buah untuk adiknya itu.

"Bang Yoga mau duduk" matanya melirik Yoga yang tengah menontong buah pisang dan juga apel.

  Yoga yang mendengar gumaman lirih itu seketika meletakkan pisaunya dan mambantu adiknya menaikkan sedikit tempat tidur itu.

"Enak duduknya?" Ujarnya melihat Zaki yang masih tampak lemas.

"Tangannya ilang" Zaki memperhatikan perban yang melilit semua jarinya itu.

"Bagaimana bisa sih infus sampe lepas gitu Ki" Yoga sebenarnya tidak habis pikir, selincah apa adiknya itu ketika tidur.

"Gak tau, tadi selangnya terlilit tangan satunya pas mau Zaki tarik langsung lepas" jelasnya dengan pelan menerima suapan buah yang tadi abangnya siapkan.

"Lain kali lebih hati-hati kalau gak mau di tusuk jarum lagi" ujarnya.





   Saat ini semua kelima remaja yang mengenakan seragam sekolah itu sedang berkumpul bersama di kantin menikmati makanan yang mereka pesan....

"Ehh ada kabar kagak dari Yoga" ujar Haris membuat mereka berpikir kecuali satu orang yang masih fokus dengan makanannya.

"Tadi pagi gue nelpon tuh anak, katanya demamnya masih naik turun" jelasnya Revan.

"Tuh anak sakitnya udah kayak orang mau sekarat aja heran gue" karena jujur Haris beru pertama kali mengalami panik karena orang sakit, biasanya semua keluarganya paling cuma demam udah gak sampe kayak zaki semalam.

"Tapi yang paling lucu pas om gue mau masukin obat lewat infus tuj ekspresi Zaki bener bener kayak bocah banget bang, inget gue tadi malem gimana tuh anak terus menghindar sambil ngomong kalau tangannya sakit jangan di tusuk lagi padahal yang mau di tusuk itu infusnya, sumpah segitu takutnya ya tuh anak liat jarum" Bima rasanya ingin tertawa tadi malam tapi takut tuh anak makin nangis entar.

"Masih mending bim, lu gak liat gimana Nolan bekep kepala tuh anak agar gak liat tuh suntikan" Haris juga ikut tertawa sedangkan Nolan sudah memandangnya sinis, dia juga jadi korban gigitan Zaki.

"Mau kesana setelah pulang sekolah atau nunggu sore aja" gumam Marven menatap mereka semua secara bergantian.

"Sore aja bang kita istirahat satu dua jam, tidur dulu besok libur juga kita nginep bareng bareng" ujar Nolan, memang mereka besok libur karena guru akan mengadakan rapat dadakan.

"Nah betul tuh kita nginep bareng bareng nanti" Haris dengan semangat menyetujui ajakan Nolan karena dirinya ingin merasakan menginap di rumah sakit.

  Yoga yang tengah fokus dengan hpnya langsung mengalihkan perhatiannya pada Zaki yang sepertinya sedang mengigau.

  Anak itu kembali tertidur tak lama setelah sarapan juga setelah menjalani pemeriksaan pagi tadi.

"I ibu ibu" lirihnya sedari tadi.

  Yoga mengusap pelan dahi adiknya yang mengkerut.

"Lu kangen banget ya sama ibu lu" gumam yoga.

  Dia tau sebenarnya Zaki masihlah anak anak yang ingin merasakan kasih sayang dari orang tuanya tapi keadaan memaksanya untuk dewasa, membantu neneknya setiap hari sepulang sekolah di pasar ataupun mencari rumput untuk kambing mereka.

  Yoga juga sebenarnya sudah mencoba menghubungi tantenya namun sejak kemarin tidak bisa di hubungi sama sekali.
 

   Dirinya hanya bisa menatap Zaki dengan sendu, di saat seperti ini pasti anak itu sangat ingin dukungan dan perhatian seorang ibu.

 


"Dok kapan adik saya bisa pulang" ya setelah melihat Zaki yang sudah kembali tenang Yoga memutuskan untuk menemui dokter Angga sekaligus bertanya tentang hasil lab yang keluar, dirinya lupa menanyakan hal itu dan mungkin juga dokter Angga juga lupa.h

"Kalau di lihat dari hasil laboratorium, semuanya baik baik saja hanya saja untuk kondisinya masih terlalu rawan untuk pulang, tifus itu bukan main main, adik kamu masih butuh perawatan ekstra, kalau adik kamu mau bekerja sama mungkin 3 atau 4 hari kedepan sudah membaik tapi jika tidak mungkin sampe satu minggu dan itupun masih harus istirahat lagi di rumah, dan usahakan jangan banyak pikiran" penjelasan dokter Angga membuat Yoga terdiam.









Ayo jangan lupa vote sama komen oke

Kos kosan bujangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang