2

782 79 3
                                    

Tatapan gelap Kim yang sedalam lautan membuat jantung Jeon   berdetak ribut. Pemuda manis itu  tau jika Kim bukanlah manusia pada umumnya. Dia berbahaya dan  punya insting serigala. Jeon  bertanya-tanya, apakah dia bisa merasakan hidup sebagai manusia? Atau mungkin...dia merasa hidup sebagai makhluk lain?

Jeon langsung memutus pandangan mereka pertamakali,  pemuda manis itu menunduk.

"-dan disamping Kim ada seorang pembunuh yang kami anggap sebagai superhero adik perempuannya, namanya Alan. Dia membunuh orang yang memperkosa adiknya. Meski dia superhero, tapi kembali  lagi, membunuh adalah tindakan yang tidak benar. Makanya pria malang itu disini" Jelas Rico.

Alan tersenyum dan melambai pada Jeon, dan pemuda manis itupun menyapa Alan.

"Halo Alan, aku Jeon, sipir yang bertugas malam ini. Sabarlah sedikit, begitu kau keluar darisini, kau benar-benar akan disambut sebagai pahlawan" Jeon memamerkan gigi kelincinya, mata birunya sampai menyipit.

"Terimakasi banyak Pak Jeon! Semoga pekerjaan anda lancar!" Alan mengacungkan jempolnya. Mata biru Jeon lantas bergulir, pada Kim yang tetap duduk di sudut sambil menatap Jeon tanpa berkedip. Jeon jelas melihat Kim yan sedang memasang wajah terkejut. Tapi, pemuda manis itu langsung memalingkan wajahnya. Rasa ngeri diperutnya menjalar tiap kali mata biru pemuda manis itu bertabrakan dengan manik gelap sang pembunuh Kopenhagen.

....................................

Kim tetap duduk di sudut, dengan mata kosong yang menatap sel tahanan seberang yang kembali menyiksa salah satu tahanan di dalamnya.

Tahanan malang itu dipukuli sampai nafasnya berbunyi 'ngik, ngik, ngik'. Tapi para pelaku pemukulan tetap memukulinya sambil tertawa-tawa hebat.

Sementara, Alan memejamkan mata dan menutup telinganya.  Dia jauh merasa lebih bersyukur bersama dengan Kim. Karena Kim sepanjang hari mirip seperti serigala gunung yang angker. Setidaknya, tidak menyentuh Alan sama sekali.

Sel tahanan di seberang mereka tidak pernah menyapa Kim maupun Alan, karena mereka hanya takut dengan Kim. Satu kali tatapan tajam dari Kim, para penghuni sel tahanan di seberang akan langsung menunduk dan diam. Karena, mereka tau apa yang pernah Kim perbuat hingga masuk dan diasingkan di sel tahanan yang gelap dan lembap ini.

Beberapa saat kemudian, suara pukulan-pukulan itu terhenti. Sepertinya si korban sudah pingsan atau apa. Maka, Alan memberanikan diri untuk membuka matanya dan membuka telinganya kembali, hanya untuk mendapati seorang tahanan di sel seberang telah pingsan.

Alan lantas menatap ke arah Kim.

"Hei, apa dia sudah mati?" Alan menyeletuk. Namun, kembali seperti biasa, hanya hening yang didapatkan Alan sebagai respon.

Sedetik kemudian, suara langkah kaki setengah berlari terdengar, ternyata Jeon dan Dennis datang dengan seorang perawat di belakangnya. Nampaknya, Jeon sudah melihat semuanya dari CCTV.

Alan berdiri dari duduknya dan menempelkan dirinya di jeruji besi untuk melihat bagaimana kondisi pria korban pemukulan itu.  Sementara diam-diam Kim memperhatikan Jeon dari sudut.

Jeon membuka jeruji besi itu,  kemudian membiarkan seorang perawat masuk dan mengobati luka-luka yang didapat oleh pria malang itu. Jeon berdiri di ambang pintu jeruji besi sambil menatap tahanan satu persatu.

"Kenapa kalian melakukan itu?" tanya Jeon.

"Dia adalah pelaku pembunuhan dan pemerkosaan. Menurut kami, pelaku pelecehan seksual adalah yang paling menjijikan. Jadi dia mendapatkan karmanya juga disini" jawab salah satu tahanan, membuat Jeon menahan nafasnya sejenak. Selain hukum rimba, ternyata hukum penjara juga berlaku bagi orang yang melakukan kejahatan yang dianggap menjijikan oleh narapidana yang lain.

CRIME WITH VICLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang