Hari ini, nampaknya khkiller tidak ada kegiatan di luar sehingga semua anggotanya hanya berada di rumah Benjamin, seperti sekumpulan serigala yang terdampar—memang benar kan mereka sebenarnya sedang terdampar dan melarikan diri dari polisi yang memburu mereka.
Kemudian, semua orang di rumah itu berkumpul di ruang tamu dan bermain kartu bersama termasuk dengan Viraj dan Benjamin. Namun, diam-diam Boby menyenggol perut Roderick pelan.
"Apa?" Roderick menaikan sebelah alisnya.
Boby lantas duduk mendekat kemudian berbisik kepada ketua khkiller tim itu.
"Kim dan Jeon kenapa? Kenapa dari kemarin mereka seperti sedang menyimpan sesuatu, Jeon selalu menghindari Kim tanpa sebab, dan Kim nampak menyesal. Aku tidak pernah melihat hal ini sebelumnya di kelompok kita" bisik Boby dengan nada heran. Sementara, mendengar hal itu, Roderick tersenyum tipis.
"Aku tidak tau, tapi lihat saja nanti" Roderick memberikan jawaban yang membuat boby tambah bingung.
Sementara disisi lain, Fiolet sedang memandang bengis ke arah Jeon yang duduk di sofa, sementara Kim duduk di sofa di seberangnya dan tidak henti-hentinya menatap Jeon. Ingin sekali Fiolet mencongkel mata gelap Kim, sementara Fiolet ingin meremukan kepala Jeon. Menurut wanita itu, semenjak Jeon ada di kelompok mereka, Kim sedikit demi sedikit berubah menjadi lebih lemah.
Ya, kepedulian yang diberikan Kim kepada Jeon adalah kelemahan yang dimaksud Fiolet.
Namun perlu diketahui, kekuatan kepedulian itu mampu membuka kekuatan yang lebih besar dalam diri. Dan Fiolet sepertinya tidak paham itu.
Sementara disisi lainnya, Kim tetap menatap Jeon dengan mata gelapnya yang teduh walau dia tau jika Jeon tidak akan menoleh padanya.
Kim's POV
Aku tidak tau sejak kapan aku menyadari perasaan ini. Tapi kuharap perasaan ini tidak akan lenyap tergerus waktu walaupun seandainya tidak mendapat balasan, seandainya alam semesta ternyata tidak mentadirkannya untukku. Aku hanya ingin menyimpan perasaan ini hingga aku membusuk nanti.
Tapi tunggu dulu, seperti kata Roderick, kita usahakan dulu.
Ya, aku memutuskan untuk mengusahakan Jeon.
Aku mengaguminya entah sejak kapan, tapi tau-tau aku sudah terjebur basah ke dalam perasaan itu.
Dan gawatnya, perasaan ini tumbuh membludak semakin besar hingga relung paru-paruku terasa nyeri ketika Jeon menoleh atau menatap kepadaku. Dia sungguh tidak tau betapa besar pengaruh keberadaannya untukku.
Aku dari kecil memang tumbuh sambil tertatih-tatih, tidak ada yang kuperjuangkan kecuali sesuap nasi. Aku hanyalah kriminal nelangsa yang mencoba untuk melanjutkan hidup. Namun di tengah-tengah perjalanan ini tidak kusangka aku bertemu dengan sebuah batu Nilam biru yang membuatku terkesima sehingga aku menginginkannya begitu kuat.
Ini pertamakalinya aku menginginkan sesuatu hingga hatiku nyeri.
Mungkin pertemuan pertamakali di pantiasuhan saat aku kecil adalah pertama kali aku mengaguminya. Namun, karena gelapnya hidup yang aku lalui di panti asuhan, aku tidak menyadari jika aku memang mengagumi mata birunya sejak itu. Tidak, bukan matanya saja. Tapi rupanya, senyumnya, gerakan tubuhnya. Semua aku suka, dan aku memohon kepada alam semesta agar berbaik hati padaku sekali ini saja. Ya, walaupun aku tau jika aku hanyalah kriminal yang pernah masuk penjara, melarikan diri kemudian jatuh cinta dengan sipirnya sendiri.
Dan gawatnya lagi, aku mungkin sedang membuatnya kesal. Entah karena perkataanku atau perkataan Fiolet waktu itu. Kupikir, pasti dia marah dengan perkataan Fiolet yang selalu menyalahkan Jeon—aku paham dia pasti marah. Fiolet tentu saja tidak mau meminta maaf, tapi aku akan berusaha membuat perasaan Jeon lebih baik.
Kemudian, satu sampai dua dua hal yang aku putuskan hari ini adalah.....aku akan mengaguminya. Selalu akan menganguminya dari sudut manapun secara diam-diam. Karena, aku sudah paham jika Jeon pastilah tidak mau berpasangan dengan orang kriminal macam aku. Apalagi, aku dan kelompokku sudah menggunakan Jeon untuk alat balas dendam kepada Rebeca—wanita kejam pengurus pantiasuhan yang sayangnya adalah bibi Jeon.
Aku yakin Jeon tidak akan sudi menerima perasaanku apalagi menjadikanku pasangannya setelah semua yang aku lakukan kepadanya. Aku menghancukan hidupnya. Nyatanya saja, Jeon bahkan tidak mau dekat denganku. Mungkin, ini adalah hukuman dari alam semesta setelah aku melakukan banyak pembunuhan. Tapi aku bersyukur, alam semesta sedikit bermurah hati untuk memberikanku kesempatan untuk bisa melihat orang yang aku kagumi dari dekat. Ya, jika tidak bisa memilikinya, semesta memberikanku waktu untuk mengaguminya kan? Sedikit kecewa, tapi aku tetap senang karena berkat Jeon aku bisa merasakan rasa berdebar yang menyenangkan ini. Dia memberikanku alasan untuk melanjutkan hidup dengan lebih baik. Hanya bisa mengagumi tidak seburuk itu kan?
Dan satu hal lagi, aku Ingin sekali bilang padanya, bahwa keputusan untuk menjadikan Jeon tawanan adalah bukan keputusanku sendiri, melainkan atas keputusan semua anggota khkiller. Dalam lubuk hati yang paling dalam, aku sangat menyesal karena baru memahami perasaan ini sekarang. Jika aku memahami perasaan ini sebelumnya apakah Jeon tidak akan menjadi tawanan?
Yah sudah terlambat untuk menyesali semuanya.
Yang terpenting sekarang aku tidak hanya sedang melanjutkan hidup dengan kehampaan dan kegelapan seperti sebelum-sebelumnya. Sekarang aku juga hidup untuk diam-diam mengagumi keberadaan dari indahnya seorang Jeon Jefford.
Kim's POV end.
Beberapa saat kemudian, beberapa anggota khkiller satu persatu meninggalkan ruang tamu karena sepertinya mengantuk akibat begadang minum-minum kemarin malam. Jeon juga bangkit dari tempat duduknya, kemarin malam dia tidak ikut minum-minum tapi dia hanya tidak ingin melihat Kim lebih lama.
Kemudian, tersisalah Roderick dan Kim di ruangan itu.
"Dia tetap tidak mau berbicara denganku" gumam Kim sambil menghela nafas nelangsa. Kepalanya menunduk, mata gelapnya mengamati lantai putih yang terlihat lebih menarik baginya.
"Minta maaflah" Roderick menyenggol lengan bawahannya.
"Minta maaf?" Kim menoleh ke arah atasannya sambil menelengkan kepalanya ke samping.
"Aku tau kasus ketika kau dan Fiolet yang bertengkar di ruangan itu. Fiolet menceritakan kemarin saat dia mabuk" Roderick menyentil dahi Kim, pemuda bermata gelap itu sedikit meringis. Namun, disaat bersamaan merasa nyaman karena Roderick lah yang bersamanya di saat senang maupun sedih. Sudah banyak badai dan taman bunga yang dilewatinya bersama Roderick. Kim menganggap lelaki itu seperti kakaknya sendiri.
"Tapi Ro, Jeon kan sakit hati dengan perkataan Fiolet yang selalu menyalahkan Jeon? Aku hanya ingin menghibur Jeon dari sikap Fiolet, kenapa malah jadi aku yang meminta maaf?" jawab Kim sambil mengedip-ngedipkan matanya.
Plak!
"Dasar bodoh! Kau pikir, Fiolet yang membuat Jeon marah?" Roderick memutar bola matanya ke atas.
"-coba pikir lagi baik baik apa yang membuat Jeon marah" Roderick lantas bangkit dari duduknya dan meninggalkan Kim begitu saja.
Sementara, Kim hanya menghela nafas kasar dan menatap punggung lebar Roderick yang menjauhi pandangannya.
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
CRIME WITH VICLE
RomanceAwalnya, Jeon adalah seorang sipir penjara. Namun, seorang tahanan bermata gelap membuat Jeon melakukan sesuatu yang sangat berbeda dari kehidupan normalnya......