10

737 66 2
                                    


"Yohan! Tolong bantu kami! Kumohon temukan Jeon!" seorang wanita paruh baya menangis sambil memohon ke arah Yohan.

Beberapa saat yang lalu, Lusy, Rebeca dan Miller—ayah Jeon sampai di apartemen Yohan.

Beberapa jam yang lalu, Yohan ditelpon oleh Lusy untuk menanyakan kabar Jeon karena nomor Jeon tidak aktif. Dan setelah pergulatan batin, akhirnya Yohan memberitahu semua yang terjadi. Untuk itulah keluarga Jeon langsung bertandang ke Kopenhagen untuk ke kantor polisi kemudian  menemui Yohan.

Dan mereka sedang duduk di ruang tamu Yohan dengan wajah tegang bercampur sedih. Siapa yang tidak akan sedih jika salah satu anggota keluarga kesayangan menghilang?

"Aku akan berusaha mencarinya bersama dengan kepolisian. Tenang saja bibi dan paman" jawab Yohan dengan wajah kalutnya.

"Terimakasi Yohan, dan ini....." Rebeca meletakan sebuah koper di atas meja, membukanya dan memperlihatkan bergepok-gepok uang disana.

".....sesuai yang kami dengar dari kepolisian dan darimu, katanya komplotan itu meminta tebusan untuk membawa Jeon kembali.  Kami juga dengar dari kepolisian jika Jeon terseret kasus chatting di sebuah website ilegal dan dia terlihat terlibat dengan komplotan kriminal. Tapi kami yakin bukan Jeon yang melakukannya! Buktinya sekarang, komplotan itu meminta tebusan pada kepolisian dan pada kami. Jika Jeon benar-benar bekerja sama dengan komplotan itu, untuk apa komplotan itu meminta tebusan? Bukankah ini lebih mirip ke kasus penculikan. Aku yakin Jeon dijebak! Apalagi kata polisi di website itu bisa mengubah nama user website sesuka hatinya. Itu artinya pelaku bisa menggunakan nama apapun yang dia suka bukan? Bukti chatting di website itu tidaklah kuat untuk membuktikan Jeon sebagai penjahat. Dia bukan penjahat!" Jelas Miller.

"Ya, aku mengerti tuan Miller. Para kepolisian juga berpikir seperti itu. Dan aku juga sudah menyiapkan uang  untuk tebusan itu. Aku akan melakukan apapun untuk menemukan Jeon" jelas Yohan.

Lusy menggeleng.

"Tidak Yohan, kau tidak usah mengeluarkan uang juga!" ujar Lusy dengan suara bergetarnya.

"Tidak apa-apa bibi, aku hanya ingin Jeon kembali" tegas Yohan.

Mereka lantas mengobrolkan tentang tahanan yang kabur, kemudian menghilangnya Jeon secara tiba-tiba. Setelah itu, keluarga Jeon pamit untuk pulang ke Helsinge.

Setelah mengantar keluarga itu sampai di pintu, Yohan melambaikan tangannya dan akhirnya menutup pintu.

Yohan menyenderkan tubuhnya di daun pintu, lelaki tinggi itu kemudian merogoh ponsel di sakunya. Membuat sebuah panggilan.

Tut.....

Tut......

Tut......

Yohan memejamkan matanya sembari menunggu telponnya di jawab.

"Halo? Kenapa Yohan?" suara berat seorang lelaki akhirnya terdengar dari sambungan telpon.

"Willy, aku minta bantuanmu. Kekasihku diculik oleh komplotan khkiller. Kurasa para polisi tidak akan bisa menyelesaikan kasus ini. Jadi bisakah kau membantuku?" jelas Yohan.

"Ya tentu saja, komplotan kami akan senang sekali membantu. Kau telah menolong kami banyak sekali sehingga kami tidak pernah diendus polisi. Jadi, kurasa inilah saatnya kami balas budi padamu Yohan?" suara berat itu terkekeh di akhir kalimatnya.

........................................

Hari ini, Jeon tidak berdiam diri di rumah kakek Benjamin.  Menurut informasi dari Kim, kakek Benjamin dan Viraj sedang melakukan suatu tugas rahasia keluar kota—dan Jeon sama sekali tidak ingin tau apa itu.

CRIME WITH VICLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang