11

603 57 1
                                    

Khkiller tim sedang berjalan kembali ke arah mobil mereka setelah berhasil menghabisi targetnya. Mereka membuat sang target seolah-olah telah mati bunuh diri.

"Kita makan apa ya nanti?" Liam mengelus-elus dagunya.

"Bagaimana kalau mie kuah?" Haruki menjentikan jarinya.

"Tidak, itu terlalu membosankan. Aku ingin ayam panggang dengan saus pedas" jawab Liam.

"Hei tunggu, bisakah kalian berhenti memikirkan makanan?" Boby menatap tajam ke arah Liam dan Boby secara bergantian.

"Apa?" Liam menaikan sebelah alisnya.

Set!

Tiba-tiba, Kim berlari kencang ke arah mobil, menerobos teman-teman lainnya yang memasang wajah kebingungan.

Sesampainya di dekat mobil, Kim celingak-celinguk ke sekitarnya, kemudian membuka pintu mobilnya—masuk kesana dan bergerak menyusuri setiap inci mobil.

"Kemana Jeon?" bisik Boby pada udara dingin yang menerpa mereka. Sementara, anggota yang lainnya saling pandang.

"Sialan, jangan-jangan dia melarikan diri?" Fiolet menekuk kedua alisnya.

"Kita akan menyebar, cari Jeon" Perintah Roderick dan semua anggota langsung menyebar ke segala arah. Termasuk Kim juga yang kini keluar dari mobil dan memilih untuk berjalan kaki ke arah jalan raya besar.

Wajah lelaki bermata hitam itu begitu pucat. Kim menyusuri setiap tempat dan jalan yang dilaluinya. Mata hitamnya berpedar ke segala penjuru arah. Nafasnya sedikit ngos-ngosan karena dia setengah berlari mengitari  tempat yang sekiranya mungkin dilewati Jeon saat melarikan diri.

Kim lantas menghampiri seorang wanita muda penjaga toko.

"Permisi, apa kau sempat  melihat seorang pemuda bermata biru dan bergigi kelinci, wajahnya kecil dan berkulit putih" tanya Kim dengan kening yang mengkerut.

"Maaf, aku tidak melihatnya" jawab wanita penjaga toko sambil menggeleng pelan.

Menghela nafas dilakukan oleh Kim, dia kembali menyusuri jalanan dengan mata hitam   yang fokus ke segala arah.

Deg.

Dan menemukan seorang pemuda manis yang berdiri di depan toko ikan. Dia memakai jaket kulit yang kebesaran di tubuhnya, mata birunya berbinar-binar melihat ke arah akuarium pajangan di depan toko.

Kim mengeraskan rahangnya, dia lantas berlari ke arah sana.

Set!

Dan mengambil tangan Jeon, seketika membuat pemuda manis itu tersentak kaget.

"Kim, apa yang-"

"KAU PIKIR KAU BISA KABUR SEENAKNYA HAH?!" suara berat dan besar dari Kim  mengalun, membuat beberapa pejalan kaki langsung menoleh ke arahnya dengan pandangan bingung.

Sementara, Jeon menatap tajam ke arah Kim.

"Siapa yang mau kabur? Aku hanya melihat-lihat saja! Aku tidak akan berani kabur karena keluargaku yang akan menjadi taruhannya!" balas Jeon dengan segala penekanan di setiap kalimatnya.

Sementara, Kim menghela nafas berat, kemudian mengusap wajahnya kasar.

"Apa kau khawatir?"  tanya Jeon tiba-tiba, membuat mata hitam Kim terbelalak lebar.

"TIDAK!" Kim membentak Jeon tepat di depan wajah pemuda manis itu, membuat Jeon seketika memejamkan matanya. Melihat itu, Kim mengerjapkan matanya dan menggeleng pelan.

Apa yang baru saja dilakukannya? Kenapa dia malah berteriak ditanya seperti itu?

"Jangan banyak tanya, ayo kembali" ujar Kim, lantas menarik tangan pemuda manis itu.

...........................

Mobil van itu sekarang sedang membelah jalanan yang jauh lebih sepi dari biasanya.

"Konyol sekali. Berjalan-jalan melihat ikan? Bukankah itu cuma alasan saja. Pasti sebenarnya kau akan melarikan diri kan?" tanya Fiolet dengan nada nyolot yang kentara.

"Ya pasti itu alasan saja. Kau tau  tidak jika melarikan diri seperti itu bisa membunuh keluargamu. Kami hampir memanggil anggota kami yang ada di Denmark untuk menghabisi keluargamu" Liam mengeraskan rahangnya.

"Kubilang aku tidak bermaksud melarikan diri! Kalian terlalu lama! Makanya aku ingin berjalan-jalan sebentar. Jika aku memang berencana melarikan diri, bukankah tidak ada waktu untuk melihat-lihat ikan?" bela Jeon.

"Kau memang menyebalkan! Kau tidak pernah didisiplikan!" Fiolet yang duduk di samping kemudi tiba-tiba mengeluarkan pistolnya, kemudian mengarahkannya pada Jeon yang duduk di belakangnya. Jari telunjuk wanita itu sudah bersiap untuk menekan pelatuknya.

"Hei!" Boby melotot.

"Fiolet! Behave!" Roderick berteriak sambil menyetir, kemudian pemuda itu memelankan mobilnya dan berbelok ke samping jalan.

Set!

Dor!

Namun, Kim sudah merebut senjata itu dari tangan Fiolet sebelum mobil berhenti, tembakannya meleset—mengenai sandaran tempat duduk yang berada tepat di samping kepala Jeon. Membuat Jeon tercengang, jika Kim tidak merebut senjatanya dengan cepat, maka mungkin pemuda manis itu sekarang sudah mendapat tembakan.

"APA YG KAU LAKUKAN!"  Kim berteriak murka kepada Fiolet.  Membuatnya semuanya terdiam.

"KENAPA KAU MEMBELA TAWANAN ITU SIH! DIA SUDAH MENYUSAHKAN KITA!" Teriak Fiolet juga hingga urat-urat di pelipisnya dan lehernya keluar.

"KAU BERLEBIHAN! SEHARUSNYA KITA TIDAK MEMBUNUHNNYA! KITA MENUNGGU UANG TEBUSANNYA!" Balas Kim dengan sengit. Sementara Fiolet memasang senyum miring.

"Hei Kim, apa kau sudah lupa? bukankah rencana kita akan membunuhnya walau kita sudah dapat tebusannya? Bukankah merepotkan jika harus mengirim dia ke Denmark atau mengirim dia ke suatu tempat? Resikonya sangat besar! Kita bisa saja ditangkap! Bukankah tujuan kita memang untuk membalas dendam kepada Rebeca itu?" ujar Fiolet dengan cepat. Membuat Jeon seketika membeku.

"SUDAH! DIAM SEMUANYA!" Roderick langsung berteriak. Membuat semuanya kembali duduk dengan tenang. Tidak ada yang bisa menenangkan Roderick jika marah.

Sementara, Roderick memandang Fiolet dengan tatapan tajam, wanita itu langsung menundukan kepalanya. Beberapa menit kemudian, mobil lantas dijalankan kembali oleh Roderick.

Sedangkan, Jeon masih membeku di tempat setelah mendengar ucapan Fiolet. Tubuhnya terasa mati rasa karena pengaruh shock yang diterimanya. Jadi.....walaupun dia tidak melarikan diri, dia akan tetap  dibunuh juga setelah menerima uang tebusan itu? Ternyata.....dirinya tidak akan selamat jika berdiam diri terus seperti ini? Harapan Jeon yang mengira bahwa dirinya akan kembali ke rumah setelah orang tuanya memberi uang tebusan kepada komplotan ini ternyata sudah musnah. Walaupun orang tuanya sudah memberikan tebusan pada komplotan ini, Jeon tetap tidak bisa pulang. Dia akan mati jika tidak melarikan diri. Sekarang, dia diam-diam harus menyusun rencana untuk melarikan diri.







To be continued....

CRIME WITH VICLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang