Setelah berkeliling rumah beberapa kali, akhirnya Jeon mendapatkan sebuah spot yang sekiranya bisa untuk dia melarikan diri. Jeon merasa senang, dan berdoa agar usaha melarikan diri malam ini dilancarkan.
Karena sekarang masih siang, Jeon tidak bisa melakukan aksinya sekarang. Dia bisa-bisa ketahuan dan paling parahnya dia bisa dibunuh. Aksi pelarian diri ini memiliki resiko tinggi. Tapi bagaimanapun Jeon harus bertaruh atau dia akan mati sia-sia disini.
Jeon berdiri tepat di jendela. Dia melihat halaman yang luas serta bunga warna-warni yang ditanam dekat tembok. Siapa yang menyangka jika tempat sebagus ini ternyata adalah sarang pembunuh bayaran?
Sesuatu yang cantik dan menarik mungkin saja ada racunnya, jadi hati-hati saja. Jika kau gampang terpesona, kau akan gampang 'dimakan' juga.
Jeon merenung. Dia tiba-tiba mengingat tentang lilin yang berada di bawah pintu, kemudian ayam goreng tanpa saus yang tiba-tiba datang. Seperti ada seseorang yang sedang memperhatikannya. Jeon merasa nyaman. Namun dia tidak boleh terlena begitu saja.
"Entah siapa yang mengirimkannya aku tidak peduli. Yang terpentin sekarang aku harus keluar" bisik Jeon.
Tiba-tiba, pemuda manis itu terasa haus. Dia sebenarnya malas keluar karena dia akan bertemu dengan Kim. Entah mengapa lelaki itu sekarang berotasi disekitarnya seperti bulan yang mengelilingi bumi. Membuatnya kesal karena sampai detik ini, gambaran Kim berciuman dengan Fiolet bukanlah sesuatu yang baik bagi otak dan hatinya. Apalagi, Kim tau jika dirinya sedang marah, tapi hanya ingin minta maaf lewat kata-kata? Enak saja. Apakah Kim benar-benar memahami kesalahannya sendiri?
"Tunggu" tiba-tiba Jeon tersentak atas pikirannya sendiri.
"Mengapa aku harus sekesal ini? Lagipula aku bukan siapa-siapanya Kim? Kenapa pula aku harus marah? Bodoh" Jeon menjambak rambutnya sendiri.
"Hah, lebih baik aku ambil air saja daripada mati dehidrasi" Jeon berdecak kesal kemudian berjalan menuju pintu, dia menuju ruang tamu karena di sebelah ruang tamu ada dapur.
Ketika melewati ruang tamu, Jeon merasa tidak nyaman karena dipandang oleh anggota khkiller yang bersantai disana, termasuk dengan Kim. Yang membuat Jeon paling tidak nyaman adalah tatapan Fiolet yang seolah membolongi tubuhnya. Jeon melengos ke arah dapur dan menemukan boby sedang menggoreng telur.
"Hai" sapa Boby, menurut Jeon setelah Roderick, Boby adalah anggota yang paling normal menurut Jeon.
"Hai juga" balas Jeon. Pemuda manis itu lantas berjalan ke arah rak yang ada paling atas, Jeon tidak ingin minuman dingin di kulkas. Dia lebih suka air suhu ruangan. Namun, pemuda manis itu nampak kesusahan untuk meraih botol air yang berada di rak. Boby melihat hal itu, tersenyum tipis kemudian mendekati Jeon.
Plak!
Namun, baru saja Boby akan meraih air yang ada di rak, tangannya tiba-tiba ditepis oleh...........Kim Vicle.
"Mundur" desis Kim pada Boby yang mengerjap-ngerjapkan matanya. Tidak menyangka dengan aksi Kim yang tiba-tiba. Sementara, Jeon menegang, seperti ada aura hitam yang keluar dari Kim.
Kim lantas mengambil botol air itu, menyodorkannya pada Jeon, namun mata gelap Kim menatap tajam pada Boby yang sedang shock.
Menyadari atmosfer yang buruk, Jeon segera keluar dari dapur karena nampaknya dapur bisa meledak karena aura Kim yang pekat dan dominan. Jeon bisa merasakan jika Kim sedang marah.
'Mungkin mereka sempat bertengkar sebelumnya, aku harus cepat-cepat pergi. Dalam satu kelompok kan memang biasa jika ada salah satu anggotanya yang tidak suka dengan anggota yang lain' batin Jeon yang merasa ngeri dengan Kim yang muncul tiba-tiba membawa emosi marah.

KAMU SEDANG MEMBACA
CRIME WITH VICLE
RomanceAwalnya, Jeon adalah seorang sipir penjara. Namun, seorang tahanan bermata gelap membuat Jeon melakukan sesuatu yang sangat berbeda dari kehidupan normalnya......