14

555 44 0
                                    

Kim belum mengerti apa yang dikatakan Roderick padanya beberapa jam yang lalu.

Sore ini, para anggota khkiller keluar lagi dari kamarnya masing-masing.

Boby keluar ke taman merenggangkan tubuhnya, melakukan gerakan-gerakan pelemasan otot.

Terry melipir ke dapur untuk mengambil pisang.

Roderick membersihkan mobil van mereka.

Fiolet menonton televisi di ruang tamu.

Liam membuat kopi di dapur.

Haruki sedang merebahkan tubuhnya di atas rumput.

Tanpa kakek Benjamin, komplotan pembunuh seperti mereka pasti sedang bersembunyi di tempat kumuh atau kolong jembatan. Kakek Benjamin memahami darimana mereka berasal, kakek itu memahami luka mereka. Kendati mereka adalah kelompok penjahat, tapi mereka adalah malaikat untuk masing-masing anggotanya karena mereka berasal dari luka yang sama; masa kecil yang berantakan dan penuh kegelapan.

Sementara, Kim duduk di teras sambil merokok. Mata gelapnya  mengamatinya semuanya sampai-

Deg

Kim melihat Jeon keluar dari rumah dan mengucek matanya, sepertinya baru bangun tidur. Di lain kesempatan, Kim merasa bersyukur Jeon menjadi  tawanan di komplotannya, karena komplotannya tidak akan kejam pada tawanannya kecuali mereka memberontak secara fisik. Khkiller tidak akan menyakiti tawanan kecuali memang diperlukan.

Kim lantas mencabut rokoknya, kemudian menyulut ujung benda itu ke lantai agar bara apinya padam. Barulah lelaki itu berdiri dan berjalan menuju Jeon. Namun, ketika Jeon menyadari Kim sedang mendekat ke arahnya, pemuda manis itu langsung meringsut mundur dan berbalik kembali masuk ke dalam rumah. Jeon masih memasang ekspresi marah, dan itu menyentil hati Kim yang gundah gulana.

"O-o, please try again" suara Roderick mengalun dari belakang kepalanya, Kim langsung menoleh dan mata gelapnya bersibobrok dengan mata cokelat Roderick yang berbinar.

"Diam kau" bisik Kim penuh racun dan meninggalkan Roderick yang tersenyum jenaka.

...............

Viraj bilang tadi ada masalah dengan panel tenaga surya—alat yang menghasilkan listrik dari sinar matahari. Semua anggota yang mendengar itu hanya mengangguk pelan. Namun, hanya Kim yang dihinggapi kegelisahan.

Jeon yang sedari tadi mengurung diri di kamar  pastilah tidak  tau informasi ini, dan hanya Kim yang tau jika Jeon takut gelap. Maka, setelah Viraj mengatakan itu, Kim langsung mengambil beberapa buah lilin di dalam mobil van dan bergerak ke arah kamar Jeon. Diam-diam, pemuda bermata gelap itu mendorong lima batan lilin melalui bawah pintu.

Dia lantas pergi darisana.

Hari sudah gelap. Kim tidak mendengar suara tangisan atau teriakan dari dalam kamar Jeon, dia lantas pergi mengecek pemuda manis itu.

Kim berdiri di depan kamar Jeon dan melihat dari bawah pintu ada cahaya oranye remang-remang. Lalu Kim baru menyadari jika dia lupa menyelipkan korek api juga ke bawah pintu. Namun, pemuda bermata gelap itu kembali mengingat jika dia juga pernah memberikan sebuah korek api ketika pertamakali tau jika Jeon takut gelap, malam ketika dia berhasil memeluk Jeon untuk pertamakalinya. Malam ketika Jeon memohon untuk jangan pergi meninggalkannya.

Kim langsung memasang senyum lebar, hatinya mendadak hangat. Kehangatan itu merebak ke seluruh penjuru tubuhnya....

......ternyata Jeon masih menyimpan korek api yang diberikannya. Hanya mengetahui hal itu saja sudah membuat Kim berbahagia dalam diam.

CRIME WITH VICLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang