Willy's POV
Aku dan kawan-kawan sedang mempersiapkan peralatan dan keperluan untuk berangkat ke Pennsylvania.
"Kapten, jangan bengong begitu. Kau harus memantau persiapan kami juga kan? " Ujar Baron-tangan kananku.
"Aku sedang lelah Baron, beberapa saat lagi aku akan memeriksanya" Jawabku sambil menghisap rokokku dan menghembuskan asapnya ke udara.
Sementara, Baron hanya menggeleng pelan dan meninggalkanku.
Bukan tanpa maksud aku sedang tidak mood untuk bergerak, itu dikarenakan aku sedang memikirkan seseorang.
Seseorang yang sudah kutolak sembilan kali.
sem-bi-lan ka-li
Aku menghela nafas pelan.
Roderick-pria yang aku tolak sembilan kali itu adalah pria baik. Bahkan.....jika boleh jujur aku juga menyukainya. Namun masalahnya, Roderick dan aku adalah sama-sama kapten pembunuh bayaran. Aku tidak bisa berpacaran dengan kapten komplotan sainganku. Apa yang dikatakan anak buah dan ayahku nanti? Aku bisa saja digoreng oleh mereka.
Aku telah mengemban tanggung jawab berat di kedua bahuku, aku tidak bisa bergerak seenaknya, baik itu untuk pribadiku sendiri apalagi komplotanku.
Dan aku sekarang tidak menyangka akan bertemu lelaki hangat itu lagi. Padahal, aku sudah bersusah payah untuk tidak bersinggungan lagi dengan komplotan Roderick, bahkan aku juga menghindari agar zona operasiku tidak berdekatan atau sama dengan komplotan Roderick agar aku dapat memendam perasaanku, dan mencegahnya membludak jika melihat senyuman lembut Roderick dan mendengar merdu tawanya. Jika aku tidak cepat-cepat menghindari lelaki itu, maka aku takut tidak akan bisa menangguhkan perasaan itu.
Dari delapan milyar manusia di bumi, mengapa aku harus jatuh padanya?
Willy's POV end.
Willy dan komplotannya sedang berada di markas Kopenhagen, dalam hitungan beberapa waktu mereka akan bertandang ke Pennnsylvania, bertarung untuk membawa Jeon kembali. Dan juga.....bertarung untuk perasaannya sendiri bagi Willy.
"Willy, apakah si penghianat khkiller sudah sempat menghubungi lagi?" Baron melemparkan pertanyaan.
"Belum ada, tapi katanya besok dia akan menghubungi kita lagi. Santai saja Baron, lagipula kita sudah tau tempat khkiller melarikan diri, nanti kita akan cari informasinya lagi disana" jawab Willy dengan wajah datar.
......................
Sudah dua jam Jeon terjebak di dalam lubang jahanam ini. Sementara, pemuda itu masih bingung apakah dia akan berteriak minta tolong atau tidak. Apakah dia harus berteriak kemudian memikirkan alasan lain mengapa dia terjebak disana? Tapi, walaupun memikirkan alasan lain, pastilah komplotan itu tidak akan memercayainya, anggota komplotan itu pintar semua.
Maka, satu-satunya yang Jeon lakukan saat ini adalah menatap api yang keluar dari korek gas di tangannya. Jantungnya berdebar-debar kencang, berdoa mati-matian agar gas nya tidak habis. Sementara, air mata di pipinya telah mengering, tenggorokannya terasa kering dan tercekik karena habis menangis.
"Siapapun itu tolong selamatkan aku, dan jangan biarkan komplotan itu membunuh keluargaku atau aku" bisik Jeon dalam lubang itu. Pemuda manis itu lantas mendongak ke atas, dan menemukan langit malam yang penuh bintang kelap-kelip. Angin sepoi-sepoi menggoyangkan daun semak-semak disamping lubang, menyebabkan daun-daun kecilnya jatuh di atas wajah Jeon yang pucat. Suasana begitu sepi, hanya suara burung hantu yang terdengar dari kejauhan.
"Apakah hari ini aku akan mati?" bisik Jeon entah pada siapa.
"Tidak" suara berat tiba-tiba menyahut seketika membuat Jeon ketakutan. Apakah dirinya sedang berhalusinasi?

KAMU SEDANG MEMBACA
CRIME WITH VICLE
RomanceAwalnya, Jeon adalah seorang sipir penjara. Namun, seorang tahanan bermata gelap membuat Jeon melakukan sesuatu yang sangat berbeda dari kehidupan normalnya......