15

587 44 1
                                    

Pagi harinya.....

Jeon terbangun dengan kepala yang sedikit pusing, entah karena apa. Pemuda manis itu lantas keluar dari kamarnya, dia berencana untuk menghirup udara segar pagi ini. Kapan lagi dia bisa berada di tengah hutan? Di Kopenhagen tidak ada hutan yang seperti ini. Atau....jika dia terbunuh sewaktu-waktu mungkin ini adalah hutan terakhir yang bisa Jeon lihat.

Jeon sampai di ruang tamu dan tidak menemukan siapapun—sepertinya yang lain masih tidur, dia kemudian melangkah ke arah dapur dan menemukan Viraj yang sedang memotong tomat.

"Hai Mr. Jeon!" Ujar pria India itu, Jeon memasang senyum tipis sekilas, menganggukan kepalanya.

"Apa kau sudah lapar? Jika kau sudah keroncongan boleh ambil roti di kulkas, ada selai cokelat dan anggur juga" jelas Viraj.

Jeon merasa aneh, kenapa dia diperlakukan baik sekali? Apakah mereka memberikan tempat tidur nyaman dan makanan yang bagus supaya organ-organnya tetap sehat untuk nanti dijual kepada orang jahat lainnya? Plot itu terus berputar-putar di kepalanya.

"Tidak, terimakasi" jawab Jeon kemudian berlalu dari dapur.

Pemuda manis itu kini keluar dari rumah, memijakan kaki telanjangnya di rumput dia melihat ke sekitaran rumah. Terasa nyaman ketika wajahnya diterpa angin sejuk.

Tanpa Jeon ketahui, ada sepasang mata gelap yang memperhatikannya dari jauh.

Dia adalah Kim yang sedang duduk di teras rumah paling ujung dengan sebatang rokok yang terapit antara bilah bibir tebalnya.

Kim tersenyum tipis ketika melihat Jeon sekarang sedang berjongkok untuk melihat bunga-bunga yang ditanam di dekat tembok. Pemuda manis itu kemudian berjalan ke sebuah semak-semak. Kim terkekeh pelan karena bertanya-tanya apa yang akan dilakukan Jeon dengan semak-semak itu.

"Ah!" Tiba-tiba, Jeon memekik, membuat Kim langsung berdiri dan menyipitkan matanya untuk melihat apa yang terjadi.

"Korek apinya!" pekik pemuda manis itu, tangan pucatnya lantas menggapai semak-semak. Melihat hal itu, Kim langsung panik dan berlari ke arah Jeon.

"Tanganmu! Jangan dimasukan kesana! Nanti terluka! Ada banyak duri!" Teriak Kim, dan Jeon otomatis terkejut dan menarik tangannya dari semak-semak.

"Awh!" Jeon membulatkan mata birunya ketika ibu jarinya benar-benar terluka karena terkena duri semak-semak.

Set!

Tanpa pikir panjang, Kim langsung menyambar tangan Jeon dan mengulum ibu jari pemuda manis itu.

Seketika, jantung Jeon  berdetak tidak karuan. Dia merasakan lidah basah Kim menari-nari di ibu jarinya.  Membuat sengatan geli ke seluruh tubuhnya, membuat saraf-sarafnya berjengit kaget.

Tak!

"Ah!" Kim berteriak  ketika tiba-tiba kepalanya dipukul begitu keras oleh kepalan tangan Jeon. Otomatis Kim melepas jari pemuda manis itu, dan Jeon langsung kabur darisana.

Beberapa saat kemudian, Jeon kembali keluar dari kamarnya, masih tidak ada siapa-siapa, sepertinya anggota lain masih tidur seperti kebo. Sekarang, dia harus menemukan korek api itu! Jangan sampai dia ketakutan lagi ketika mati lampu. Maka, pemuda manis itu mengendap-ngedap kembali ke halaman, ke arah semak-semak untuk mencari korek apinya. Namun, ketika Jeon menggeledah semak-semak itu, tidak ada apa-apa disana.

"Kau mencari ini kan?" suara berat tiba-tiba terdengar dari belakang, membuat Jeon langsung menoleh dan bersitatap dengan sepasang mata gelap.

"Kembalikan!" Jeon mengulurkan tangannya ke depan wajah datar Kim.

CRIME WITH VICLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang