Dan menutup pintu kamarnya keras-keras. Sementara, Kim hanya menatap pintu kamar Jeon dengan pandangan datar.
Jeon's POV
Aku duduk di tepi ranjang sambil menatap nyalang ke website latar merah yang ada di layar komputerku. Aku yakin ini pasti sebuah website ilegal. Ditambah lagi, Kim yang diam seperti itu membuatku takut dan gelisah. Apa yang sebenarnya direncanakan oleh bajingan itu?
Aku meletakan laptop di atas nakas, kemudian merebahkan diriku di atas kasur.
Aku merasa kebingungan, takut dan cemas bukan main. Ini pertamakalinya aku merasa setidak nyaman begini di hidupku. Aku lahir dari keluarga biasa-biasa saja, tumbuh di lingkungan biasa, sekolah di lingkungan biasa, dan bekerja di bagian hal umum juga. Tidak ada yang istimewa, bahkan aku merasa sangat kesepian karena telah lama merantau. Tapi, tiba-tiba ada tahanan kabur yang masuk ke apartemenku, total menjungkirkan balikan duniaku ke sisi yang lebih buruk. Aku kesal sekali, ditambah aku tidak bisa berbuat apapun dan tidak bisa bercerita kepada siapapun membuatku ingin meledak.
Apa yang sebaiknya harus aku lakukan? Apa aku membunuhnya saja? Tapi jika Kim diketahui hilang oleh komplotannya, komplotannya itu pasti mencurigaiku dan malah keluargaku yang dalam bahaya. Atau.....apakah aku kabur saja dari apartemenku sendiri? Tapi, jika membiarkan Kim sendiri disini, pasti pemilik apartemen akan memeriksa apartemennya dan menemukan Kim lalu melaporkannya ke polisi. Tidak. Hal itu bisa membunuh keluargaku.
Aku termenung di dalam kebingungan itu, namun tiba-tiba sebuah ingatan samar-samar terlintas di dalam benakku, sepertinya aku pernah menemui Kim di suatu tempat, tapi dimana? Sial, aku tidak bisa mengingatnya. Padahal, tidak banyak orang yang memiliki mata gelap menyeramkan seperti itu, seharusnya aku mengingatnya. Tapi dimana ya?
Jeon's POV end.
Dari pada memusingkan itu semua, Jeon lantas memilih untuk tidur. Karena seharian dia merasa lelah, maka, pemuda manis itu cepat terlelap.
Jeon membuka matanya dan menemukan dirinya di sebuah ruangan besar dengan anak-anak yang bermain. Tapi Jeon tidak tau siapa anak-anak itu.
"Jeon, kau disini dulu ya, ibu mau bicara dulu dengan bibi Rebeca" Jeon melihat ibunya yang tersenyum padanya, maka anak itu hanya mengangguk saja.
Anak manis itu kemudian melihat ke segala penjuru ruangan dan tiba-tiba saja mata birunya bertemu dengan mata gelap. Ya, pemilik mata gelap itu duduk di sudut ruangan, tubuhnya kurus kering, kulitnya pucat. Dia satu-satunya anak yang tidak bermain, bahkan terlihat dijauhi oleh anak-anak lain. Jeon melangkahkan kakinya untuk mendekati anak itu....
"Hah!"
Tubuh Jeon dibanjiri oleh keringat, nafasnya naik turun, kemudian dia baru menyadari bahwa yang terjadi tadi adalah hanyalah sebuah mimpi.
..............................
"Sudah berapa tahun Kim tidak bersama kita?" Boby menatap Roderick dengan pandangan sedih, begitu juga dengan teman-teman yang lain.
Roderick—berserta beberapa orang disisinya adalah komplotan pembunuh bayaran, dan Kim bekerja dengan mereka sebelum tertangkap polisi.
"Mungkin sudah lima tahun lebih, sebenarnya hukumannya masih lama. Tapi kalian tenang saja, seperti kataku beberapa hari lalu, Kim sudah berhasil melarikan diri dari penjara karena sebuah kebakaran" jelas Roderick.
"Andai saja dulu setelah misi Kim tidak ke bar untuk minum-minum, dia pasti masih bersama kita. Kenapa Kim malah ditangkap di bar itu sih" Terry menundukan kepalanya.
"Kita bukannya akan segera menjemput Kim? Kata Roderick, Kim katanya sedang bersembunyi di sebuah apartemen milik sipirnya sendiri kan? Apalagi Kim sudah memberi ancaman pada sipir itu, pasti Kim sudah aman untuk sementara waktu ini" Boby menatap kawannya satu persatu.

KAMU SEDANG MEMBACA
CRIME WITH VICLE
RomanceAwalnya, Jeon adalah seorang sipir penjara. Namun, seorang tahanan bermata gelap membuat Jeon melakukan sesuatu yang sangat berbeda dari kehidupan normalnya......