05. MONSTER PEMAKAN JIWA MANUSIA

465 75 8
                                    

Festival yang akan diadakan pada malam hari tampaknya sebentar lagi akan dimulai. Dilihat dari penari desa tersebut sedang bersiap-siap untuk menampilkan tarian di depan semua orang.

Dirinya duduk berhadapan dengan cermin. Melihat wajahnya yang terpantul di sana. Wajah yang sudah dipolesin dengan make up tipis serta warna lipstik yang berwarna merah.

"Apa kau siap?" Nenek tua yang mendadaninya pun bertanya. Jinjin memegang kedua bahu sang penari, mensejejerkan wajahnya dengan [Name].

[Name] belum memberikan respon. Matanya menatap lurus kecermin. Kedua matanya yang tidak menunjukkan jiwa semangat, memberikan reaksi kecewa dari Jinjin karena gadis itu tidak memberikan respon apapun.

"Kau selalu seperti ini setiap festival"

[Name] tersenyum, tertawa pelan "Aku hanya lapar. Maka dari itu aku tidak semangat"

Jinjin tertawa, lelucon yang bagus. Kemudian ekspresinya berubah menjadi murung. "Apa kau benar-benar akan melakukannya?"

[Name] tampak berhenti ketika pertanyaan itu dilontarkan untuknya. Hembusan nafas panjang sehingga dua bahunya mulai turun. Tubuhnya beranjak berdiri dari kursi, berjalan melewati nenek tua tersebut, ia pergi menuju pintu keluar.

"Aku harus melakukannya" Gadis itu membuka pintu dan berjalan keluar, meninggalkan Jinjin yang menghela nafas.

Nenek tua itu berjalan menuju meja kayu yang sudah terlihat lumayan rapuh. Ia membuka laci mejanya, mengambil sebuah buku yang terlihat sudah dimakan umur. Buku yang bertuliskan 'Penari yang ditakdirkan untuk sang dewa matahari'

Tangan yang sudah berkeriput itu pun mulai membuka buku tua itu. Dihalaman pertama dirinya sudah melihat sebuah gambar seorang wanita yang mengenakan pakaian penari. Selendang yang melilit dua sisi lengannya. Kain tipis menutupi setengah wajahnya, serta berbagai perhiasan cantik menghiasi tubuhnya.

"Kau menuruti pria hina itu demi menyelamatkan kami yang tidak ada hubungannya denganmu" nenek itu bergumam. Kedua alisnya berkerut, air mata yang menunjukkan kehadirannya sehingga membasahi buku usang tersebut.

"Kau memilih mengorbankan sisa hidupmu untuk terus menari ditanah ini setapak demi setapak, demi kami supaya jiwa kami tidak ditumbalkan pria itu"

"Kau bagaikan dewi penyelamat bagi kami, [Name]"

***

"Woahh, tempat ini benar-benar luar biasa!!" Chopper menatap kagum. Matanya yang bersinar itu melihat sekeliling.

Chopper, Usop dan Luffy bersorak dengan semangat. Mereka bertiga mengunjungi beberapa stand makanan yang memberikan makanan gratis kepada mereka bertiga.

"Apa mereka tidak akan rugi karena memberikan kami makanan secara gratis?" Usop mengatakannya dengan makanan yang dipenuhi makanan.

"Siapa yang peduli. Yang terpenting aku dapat memakan banyak sekali makanan yang lezat!" Luffy tampak sangat merdeka.

"Mereka kalau soal makanan sangat bersemangat" Sanji menatap ketiga temannya dengan tatapan datar. Tangannya memegang seputung rokok dan menghembus asap rokok ke udara.

Matanya melirik kearah lain, melihat keberadaan wanita cantik berpakaian minim sedang menatapnya dan menggodanya dengan mengedipkan sebelah mata. Membuat Sanji terpanah dan menjadi gila.

"Wanita cantik sedang menggodaku~"

Sisa kru menatapnya dengan datar. Brook tampak cukup iri, tapi tidak lama ia bersorak kegirangan karena ada wanita lainnya yang juga menggodanya.

ᴏᴅᴜʀᴏ ᴏɴ'ɴᴀɴᴏᴋᴏ // ᴏɴᴇ ᴘɪᴇᴄᴇ x ʀᴇᴀᴅᴇʀTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang