Beberapa saat yang lalu.
Pandangan yang gelap secara perlahan mulai dapat tetlihat. Langit malam menjadi apa yang dilihat ketika kesadarannya telah kembali. Badannya yang terasa lebih pegal dan sedikit sulit untuk digerakkan.
"Ukh.. apa aku sudah kembali?" Gadis berambut orange bergumam, kepalanya terasa sedikit pusing. Pandangannya melihat kearah satu persatu teman-temannya yang ikutan membuka mata mereka.
Melihat teman-temannya sudah sadar sepenuhnya membuat Nami menghela nafas lega.
Brukh!
Sesuatu terjatuh dari arah belakang. Ketika ia menoleh ia melihat tubuh gadis penari yang merupakan [Name] sudah terjatuh tidak sadarkan diri. Hal itu membuatnya bangkit dan menghampirinya dengan cepat, ia juga memanggil nama penari itu dengan panik.
"[Name]!!"
Jeritan Nami membuat yang lainnya menoleh, mereka langsung bergegas menghampirinya. Semuanya mengelilingi Nami dan [Name]. Nami mencoba membangunkan gadis tersebut, tapi hasilnya nihil.
[Name] tidak membuka kedua matanya. Chopper selaku dokter langsung buru-buru mengecek keadaan [Name]. Ketika dicek semuanya normal. Tarikan dan hembusan nafas normal, detak jantung nya juga normal.
"Dia baik-baik saja" ucap Chopper. Semuanya merasa lega, tapi tidak dengan Robin yang memasang ekspresi serius.
Wanita itu duduk disebelah Nami, melihat keadaan [Name] lebih dekat. Kepalanya mendongak untuk melihat kearah langit. "Sekarang jam berapa?"
"Jam 05.40" jawab Franky setelah melihat jam dari dalam tubuh robotnya. Hal itu membuat Robin langsung membulatkan kedua matanya, ia meneguk saliva dengan kasar.
"Kalau [Name] belum sadar juga sampai puk 06.00 maka ia tidak akan bangun lagi untuk selama-lamanya"
"APA?!!"
"Aku yakin sekarang jiwa [Name] ditahan oleh orang lain supaya tidak kembali ketubuhnya" lanjut Robin.
"Tidak apa-apa, kita masih ada waktu"
Semuanya melihat kesumber suara, seorang nenek tua datang menghampiri mereka dengan satu buah tongkat kayu panjang ditangannya.
"Jinjin-san!"
Jinjin duduk didekat [Name] yang tertidur diatas kedua paha Nami. Gadis itu tampak sangat damai ketika menutup kedua matanya.
"Pasti orang itu yang menahannya" Jinjin tampak bergumam, namun itu dapat didengar oleh mereka semua.
"Siapa yang dimaksud?" Zoro bertanya, dua tangannya terlipat.
"Ricard, Tuan besar"
Jinjin menghela nafas panjang, matanya terlihat sendu disaat matanya tertuju kepada [Name]. Tangan keriputnya mengusap rambut blone gadis tersebut, menyelinapkannya dibelakang telinga.
Mulut nenek itu mulai menceritakan semuanya kepada mereka semua. Hal itu menjadi cerita yang berhasil mengejutkan mereka semua. Nami menutup mulutnya menggunakan tangannya, nafasnya seperti tercekik ketika mendengarnya. Matanya mulai turun untuk melihat gadis yang terbaring dikedua pahanya.
"Satu-satunya harapan adalah kapten kalian, Mugiwara-chan" Nenek itu mengatakannya dengan kekehan kecil.
Sebagai kru tentu saja mereka semua percaya sama kapten mereka. Hanya saja perasaan takut tidak bisa mereka bohongin. Jinjin tersenyum lembut, ia tertawa kecil. "Selagi ada anak itu maka semuanya akan baik-baik saja..."
Jinjin menjeda kata-katanya, matanya mulai terangkat untuk melihat kedepan. Semuanya ikut melihat kearah pandang
Jinjin.Dari arah kejauhan mereka melihat sebuah siluet dua orang sedang berjalan menghampiri mereka. Beserta suara seruan yang paling mereka kenal.
KAMU SEDANG MEMBACA
ᴏᴅᴜʀᴏ ᴏɴ'ɴᴀɴᴏᴋᴏ // ᴏɴᴇ ᴘɪᴇᴄᴇ x ʀᴇᴀᴅᴇʀ
FantasyKisah seorang penari cantik yang berasal dari desa kecil. Penari yang memiliki pesona yang tidak bisa ditolak. Tubuhnya bergerak dengan sangat indah ketika musik diputarkan. Siapa yang menyangka kalau tarian indah itu akan bisa menjadi tarian yang...