ONE PIECE RED [3]

149 43 6
                                    

[Name] dan Luffy sedang menunggu Sanji menyiapkan makanan untuk mereka. [Name] terus bertanya dan berulang-ulang bagaimana caranya Sanji bisa membuat makanan seenak itu. Gadis itu bertanya dengan sorot mata yang bersinar.

Sanji hampir pingsan karena diserang seperti itu. Alhasil [Name] diseret oleh Chopper dan lagi-lagi gadis itu dimarahi. [Name] mengangguk saja, dia menurut. Namun Chopper tau itu tidak akan berguna karena pasti gadis itu akan mengulanginya lagi.

"Sanji, bagaimana caranya kau bisa menjadi koki yang hebat?" Gadis itu kembali bertanya.

Chopper menghela nafas panjang dengan tangan yang menepuk jidatnya. Luffy tertawa dan mulai menarik gadis itu di dekatnya, menepuk pelan kepala gadis itu lalu mengusapnya.

"Hahaha! Kan kau sudah tau Sanji itu koki yang hebat, kenapa kau masih penasaran soal itu?"

"Habisnya itu aku masih kagum, masakanmu selalu enak Sanji-kun" ucap [Name] sambil melihat kearah Sanji.

Sanji tampak begitu bahagia akibat mendapatkan pujian dari sang pujaan hati. Melihat senyuman semanis itu mengundang rasa semangat yang membara di dalam hatinya.

"Terima kasih buat pujiannya [Name]-chan!! Aku akan memasakkan apapun untukm!!"

[Name] menatap Sanji dengan kagum, anak itu benar-benar seperti seorang anak kecil yang kagum karena hal sepele.

"Sanji aku juga ingin makanan!" ujar Luffy di sebelah [Name].

Raut wajah Sanji yang sebelumnya tampak bahagia kini mendadak menjadi garang. "Tidak! Kau sudah terlalu banyak makan."

Kedua mata Luffy lantas terbuka lebar tidak terima. Pria bertopi itu kini mengomeli Sanji namun diabaikan. [Name] menahan tubuh Luffy yang terus mengomel, bahkan Luffy nyaris melompat.

"Luffy cukup! Kau kuat sekali!" [Name] sedikit menjerit akibat kesulitan menahan tubuh Luffy.

"[Name] lepaskan aku! Aku harus mendapatkan makanan sekarang juga!"

"Ini sudah sekian kalinya kau makan, Luffy!!"

Kegaduhan diantara mereka berhenti setelah sepotong daging besar muncul di depan Luffy. Luffy tampak begitu girang ketika mendapatkannya, tanpa pikir panjang ia langsung menggigit nya.

Pandangan [Name] melihat ke arah Uta yang berada di langit-langit. Gadis penyanyi itu menjentikkan jarinya dan saat itu munculah sebuah kalung kecil dengan mutiara kecil di sana. [Name] menerima kalung tersebut.

Alisnya berkerut, meminta penjelasan kepada Uta. Uta tidak mengatakan apapun, ia hanya tersenyum di atas sana sehingga [Name] tidak ada pilihan lain selain menggunakannya di lehernya.

Semua penonton tampak begitu bahagia ketika bersama Uta. Dilihat dari caranya Uta memanjakan mereka semua menggunakan kekuatannya, karena kekuatannya ia bisa memberikan semua orang yang ada di sini makanan bahkan barang.

Mereka semua telah menganggap Uta sebagai seorang dewi.

Gadis penari itu duduk di samping Robin. Kedatangannya langsung disuguhi beberapa makanan ringan dari wanita tersebut. [Name] dengan senang hati menerimanya dan memakannya.

Mata biru milik [Name] tampak penasaran dengan segelas wine yang diminum oleh Robin. Selama ini ia belum pernah meneguknya, karena itu dilarang oleh Jinjin.

"Robin, apa itu enak?" [Name] bertanya. Wanita itu mengatakan kalau itu enak sehingga mengundang rasa penasaran gadis tersebut.

"Tapi kau tidak boleh mencobanya, karena Jinjin sudah mengatakannya kepadaku." Robin lanjut bicara sebelum [Name] meminta minuman wanita itu.

ᴏᴅᴜʀᴏ ᴏɴ'ɴᴀɴᴏᴋᴏ // ᴏɴᴇ ᴘɪᴇᴄᴇ x ʀᴇᴀᴅᴇʀTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang