1

181 11 2
                                    

“TOLONG SEMUA MINGGIR!”

Riuh suara langkah kaki yang terburu-buru disertai kedipan monitor mengisi keheningan RS. Bei An sore itu. Beberapa perawat yang mendorong ranjang milik seorang pasien yang terluka parah bersama tiga orang berseragam polisi yang terluka ringan menuju ke ruang penanganan intensif. Banyak dokter dan perawat menyusul mereka dengan terburu-buru untuk memeriksa keadaan pasien itu.

Walaupun begitu, tidak dengan dr. Xiao. Ia tetap pulang karena tidak ada jadwal operasi hari ini. Seorang dokter ahli jantung yang reputasinya terkenal pulang ke Bei An untuk menemani kedua orangtuanya.

Setelah menutup ruangan, ia beranjak untuk pulang sembari mengecek ponselnya. Tapi tiba-tiba...

BRUK!!

“AAARGH TANGANKU…”

dr. Xiao menabrak seorang pria dengan seragam polisi. Ia tidak apa-apa tapi orang itu mengerang kesakitan sambil memegangi tangan kirinya yang berdarah. Mata dan bibirnya terlihat lebam dan bengkak di satu sisi. Darahnya mengotori kemeja birunya yang baru dibeli minggu lalu.

“Kau- ah, ayo ke ruanganku,” ujar dr. Xiao agak panik. Ia membopong lengan pria muda itu yang tidak terluka untuk kembali ke ruangannya. Pria itu duduk dengan lemas dan napasnya tersengal-sengal karena menahan sakit di tangannya. Matanya hanya bisa mengikuti gerakan dr. Xiao yang menutup pintu dan mengambil kotak obat pribadinya.

“Tahan sebentar, aku akan mengobatimu,” kata dr. Xiao mencoba menenangkan pria itu. dr. Xiao mencoba membersihkan lukanya dengan kapas dan alkohol tapi pria itu berjengit ngilu.

“Kau… bisa mengobati luka sungguhan?” tanya pria itu sambil meringis penuh penderitaan.

“Ah? T-tentu saja. Jangan khawatir, ini hanya sebentar saja.”

“Tidak perlu disuntik kan?” tanya pria itu lagi.

“Tentu saja tidak, kan ini hanya luka luar. Tapi lukamu cukup panjang, bekasnya mungkin tidak cepat hilang.”

“Ah, yang penting tidak mati saja sudah untung.”

Keheningan menyelimuti mereka berdua. Sang dokter sibuk dengan perbannya, sementara sang polisi sibuk menahan agar tidak teriak saat lukanya dirawat.

“Luka di tanganmu sudah kuobati. Tinggal lebam di wajahmu. Tahan sedikit lagi,” kata dr. Xiao.

Ia memajukan tubuh dan mendekatkan dirinya pada sang polisi. Dengan sabar ia mengoleskan obat luka pada titik-titik yang menetes. Ia terus fokus pada perawatannya terhadap pasien meskipun hanya luka ringan.

Dr. Xiao tidak tahu meskipun ia adalah seorang ahli jantung, tapi jantung pasiennya kini berdegup tidak normal.

Sang polisi, dengan tanda nama bertuliskan Wang Yi Bo, menahan dirinya sekuat tenaga agar jantungnya tidak berlari-lari dan berdetak terlalu keras. Lukanya yang tadi perih mendadak sirna saat wajah sabar dokter di hadapannya ini sedikit tersenyum.

Rambutnya yang disisir rapi, garis ekor matanya yang sempurna di balik bingkai kacamatanya, aroma yang menguar dari tubuhnya begitu wangi menyegarkan.
Kontras dengan dirinya yang sedang terpana, dalam kondisi kucel, bau asap dan debu, dan jangan lupakan babak belur parah.

“Sudah selesai ya,” kata dokter itu dengan senyuman manis. Tanpa sadar, pipi Wang Yibo merona merah.

“Oh, y-ya, terimakasih,” jawabnya singkat.

“Tunggu dulu!” sergah sang dokter. Ia menempelkan punggung tangannya ke dahi Wang Yibo.

Gawat. Ini gawat, batin Yibo panik.

“Kau, kelihatannya demam. Apa kau infeksi? Akan kupanggilkan—“

“Tidak, tidak usah. Aku tidak mau merepotkanmu. Aku cuma ingin memastikan kondisi anggotaku.”

“Kau yakin baik-baik saja?”
Ada sedikit nada khawatir yang terselip di sana. Entah mengapa Wang Yibo tiba-tiba memiliki akal bulus untuk mengerjai dokter ini.

“S-sebenarnya… lukaku jadi semakin perih setelah diobati… jadii—“

Wajah sang dokter berubah dari khawatir menjadi menahan sedikit kesal. “Tahanlah sebentar—“

“Tapi ini sakit…”

“Iya, itu tidak akan lama, sebentar lagi juga— ah, sudahlah. Pokoknya tahan saja,” tukas dr. Xiao kesal. Ia segera membereskan kotak obatnya dan bersiap untuk pulang.

“Baiklah—“

“Baik, bisa keluar dari ruanganku? Aku mau pulang.”

Wajah polisi itu berubah dari memelas menjadi cemberut. Dr. Xiao memicingkan mata, seakan berkata, kau mengataiku ‘menyebalkan’ secara tidak langsung?
Wang Yibo akhirnya terdepak dari ruangan sang dokter dan ditinggalkan pulang. Ia sempat melihat papan nama dokter manis itu sejenak sebelum beranjak.

SEAN XIAO, Ahli Jantung dan Paru-Paru.

“Yah… dia dokter jantung tapi jantungku jadi aneh kalau di dekatnya,” gumam Yibo. Ia meninggalkan lorong itu dan menuju ruang perawatan intensif untuk menjenguk rekannya.

Oh My Heart!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang