10

312 37 3
                                    

Dua tahun kemudian.

Zhan baru saja selesai melaksanakan operasi seorang pasien. Tangan dingin dan ketelitiannya dalam menyelesaikan operasi diharapkan dapat memperpanjang harapan selamat pasiennya.

Biasanya ia akan merasa lega dan tenang setelah operasi selesai.
Sayang sekali hari ini Zhan merasa buruk. Dari tadi ia menahan rasa mual yang cukup kuat, sampai-sampai ia bergegas menuju ke kamar kecil untuk menuntaskan rasa mualnya yang berlebihan.

Ia segera menelepon pihak administrasi staf rumah sakit dan meminta izin untuk pulang. Dr. Xuan yang melihatnya berjalan dengan agak limbung pun sempat menawarkan diri untuk mengantarkannya pulang.

“Dr. Xiao, Anda yakin bisa menyetir sendirian?” tanyanya dengan khawatir.

“Bi-bisaaa… Aku tidak apa-apa kok,” jawab Zhan dengan tidak meyakinkan.

“Ugh- huk- maaf aku ke kamar mandi dulu,” lanjutnya. Yang bisa didengar dari luar adalah bunyi ‘Huek’ beberapa kali.

Zhan keluar kamar mandi dengan wajah yang pucat dan sedikit lemas. Dr. Xuan berkeras agar setidaknya ia tidak pulang sendirian.

"Dr. Xiao, aku akan menelepon suami And—"

"Jangan, maksudku... tidak bakal diangkat. Telepon ayahku saja," kata Zhan dengan lemas.

Yibo sedang tugas di lapangan untuk beberapa hari ke depan. Zhan tidak mau mengganggunya hanya karena sedikit mual seperti ini, terlebih ia tahu risiko pekerjaan Yibo.

Dr. Xuan menelepon ayah Zhan dan setelahnya membantu untuk mendudukkan Zhan di sofa. Mereka menunggu Zhan dijemput sambil sedikit berbicara.

"Sejak kapan Anda mulai mual seperti ini?" Tanya Dr. Xuan.

"Sebenarnya... sudah beberapa hari. Tapi hari ini buruk sekali. Aku menahan diri sekuatnya ketika operasi sedang berjalan, biasanya aku melakukannya dengan tenang."

"Apa Anda... memakan sesuatu yang harusnya tidak boleh dimakan?"

"Tidak. Aku tidak punya alergi, tidak punya pantangan. Aku makan seperti biasanya, tapi nafsu makanku akhir-akhir ini memburuk."

"Baiklah kalau begitu. Sepertinya Anda akan baik-baik saja," pungkas Dr. Xuan.

Pintu ruangan Dr. Xuan diketuk. Terlihat sesosok pria tua yang wajahnya menampilkan raut khawatir. Terlihat sekilas kemiripan dengan Zhan. Matanya terfokus pada sosok yang lebih muda sedang duduk dengan wajah pucat.

"Selamat siang, Tuan Xiao," sapa Dr. Xuan sembari berdiri dari sofa.

"Ah, selamat siang."

"Mohon maaf telah mengganggu, tapi Dr. Xiao sepertinya sedang tidak enak badan dan perlu istirahat di rumah," lanjut Dr. Xuan.

"Baik, terimakasih dokter. Zhan, ayo kita pulang," kata Tuan Xiao.

"Iya Pa," jawab Zhan dengan lemas.

Sepanjang perjalanan, Zhan tidak banyak bicara. Tubuhnya terlalu sibuk menahan mual yang begitu mengganggu. Sebelumnya ia hanya mual di pagi hari saja, tapi lama kelamaan mual itu bertahan sampai siang hari seperti ini.

"Pa, aku mau di rumah. Di apartemen aku sendirian," kata Zhan.

Ayahnya yang sedang fokus menyetir sedikit meliriknya. "Kenapa sendirian? Ke mana suamimu?"

"Mm... sedang baku hantam dengan gembong narkoba," jawab Zhan asal-asalan tapi benar.

Ia ingat beberapa minggu yang lalu Yibo pulang dengan lebam di lengan dan pipinya. Lalu sebelum itu juga ada beberapa luka ringan yang perlu diplester.

Oh My Heart!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang