[Tujuan]

76 12 0
                                    

.
.
.

Matahari pagi menyinari kelas 3-D, menerobos jendela dan menyapa murid-murid yang sibuk berbincang bersama kelompok-kelompok kecil mereka masing-masing. Yuuka dan Miharu duduk berdampingan, keduanya tengah asyik membicarakan masa depan.

"Jadi, Yuuka, kamu sudah memutuskan mau masuk SMA mana?" tanya Miharu, matanya berbinar-binar.

"Jadi, Yuuka, kamu sudah memutuskan mau masuk SMA mana?" tanya Miharu, matanya berbinar-binar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(Sry ga rapi editan nya)

Yuuka menoleh lalu menatapi Miharu, awalnya. Ia hanya menatap datar namun kemudian mata nya berbinar.

"Ahh kamu terlihat semangat ya, Haru."
Ucap Yuuka sambil tersenyum tipis.

Miharu tersenyum lebar, "Tentu saja! Aku sudah memutuskan untuk masuk Akademi Pahlawan Shiketsu. Aku ingin menjadi pahlawan yang kuat dan melindungi orang-orang!"

Yuuka mengangguk, "Wah, keren! Aku yakin kamu pasti bisa. Kamu kan punya bakat yang luar biasa."

"Kamu sendiri gimana, Yuuka? Kamu mau masuk SMA mana?" tanya Miharu penasaran.

Yuuka terdiam sesaat, matanya menatap kosong ke arah jendela. "Aku... aku akan melanjutkan ke SMA Umum biasa," jawabnya pelan.

"Hah? SMA Umum?" Miharu mengerutkan kening, "Kenapa? Bukankah kamu juga punya bakat? Kenapa nggak masuk Akademi Pahlawan?"

"Aku... aku nggak yakin," jawab Yuuka ragu. "Aku lebih suka fokus belajar, dan aku rasa SMA Umum lebih cocok untukku."

Miharu tampak kecewa, "Tapi... kamu punya potensi untuk jadi pahlawan, Yuuka. Kenapa kamu nggak mau mencoba?"

"Aku... aku masih banyak yang harus persiapkan... Dan..."
Yuuka mengerutkan kening, ia ingat betul kalau ibunya tak memperbolehkan dirinya untuk masuk ke akademi pahlawan.

"Haaa begitulah....aku masih bimbang"
Ucap Yuuka sambil menghela nafas lesu.

Miharu mengerutkan kening, "Apa maksudnya? Kamu bimbang tentang apa?"

Yuuka terdiam, matanya menatap kosong ke arah jendela. la tak bisa menceritakan alasan sebenarnya kepada Miharu. la tak ingin membuat Miharu khawatir, dan ia juga tak ingin mengecewakan ibunya.

"Aku... aku hanya belum yakin saja," jawab Yuuka, suaranya terdengar pelan.

"Yuuka... kamu nggak apa-apa kan?" tanya Miharu, khawatir.

Yuuka tersenyum lemah, "Aku... aku baik-baik saja."

.
.
.
.

Sore itu,
Yuuka sedang asik duduk di ayunan taman sekolah. Ia memutuskan untuk lambat pulang ke rumah, kedua kaki nya mengayun mempercepat laju.

Mata nya terlihat menatap kosong kedepan, saat itu suasana sekolah sudah sepi. Mungkin dalam hitungan menit lagi akan di tutup gerbangnya.

Angin sepoi-sepoi menerpa wajah Yuuka, membawa aroma bunga sakura yang masih tersisa di udara. Ia menikmati sore yang tenang, jauh dari hiruk pikuk kelas dan pertanyaan-pertanyaan tentang masa depan yang masih menggantung.

Namun, ketenangan itu sirna seketika. Ayunan yang ia naiki tiba-tiba bergerak lebih cepat akibat ayunan kaki Yuuka yang Tamp sadar semakin tinggi, semakin cepat. Yuuka tersentak, panik melanda hatinya. Ia berusaha menghentikan ayunan, namun gerakannya tak beraturan, malah membuat ayunan semakin liar.

"Aaaa!" teriak Yuuka, matanya terpejam erat. Ia merasakan angin kencang menerpa wajahnya, membuatnya semakin panik.

Tiba-tiba, sebuah tangan kuat meraih rantai dan bahunya. Yuuka membuka mata dan melihat seorang laki-laki dengan rambut nila mengembang dan mata berwarna nila yang sama. Lingkaran hitam di bawah matanya terlihat jelas, membuat wajahnya tampak sedikit pucat.

Laki-laki itu menarik Yuuka dengan cepat, menghentikan ayunan yang hampir saja membuat Yuuka terpelanting entah kemana. Yuuka terhuyung, tubuhnya masih gemetar.

"Hampir saja." Ucap laki-laki itu, suaranya terdengar tenang, namun sedikit dingin.

Yuuka terdiam, matanya masih tertuju pada laki-laki itu. Ia masih gemetar, jantungnya berdebar kencang.

"Terima kasih," ucap Yuuka, suaranya terdengar gemetar.

"Ah Syukurlah" kata laki-laki itu, "Kau tak apa?"

"Aku baik-baik saja" jawab Yuuka, "Terima kasih telah menolongku."

Ia mengangguk, "Sama-sama. Kau harus berhati-hati. Ayunan itu tiba-tiba menjadi liar."

Yuuka mengangguk, "Iya, aku akan berhati-hati."

Laki-laki itu menatap Yuuka sejenak, matanya terlihat tajam dan dingin. "Kau terlihat lelah," katanya, "Kau sebaiknya pulang."

Yuuka mengangguk, "Iya, aku akan pulang sekarang."

Kemudian ia berbalik dan berjalan pergi, meninggalkan Yuuka yang masih terdiam di tempat. Ia menatap punggung Orang tersebut yang menjauh.

"Siapa dia?" gumam Yuuka, "Kenapa dia bisa menolongku?"

Yuuka menggeleng, mencoba mengusir rasa penasarannya. Ia harus pulang. Ia masih punya banyak hal yang harus dipikirkan.

To be continued...

From Thesis to Hero Academia : [OC x BNHA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang