[Dilema dan Sebuah Janji]

42 7 0
                                    

.
.
.

Sore itu
Matahari sore mulai meredup, menyelimuti taman sekolah dengan warna jingga keemasan. Yuuka, dengan tas yang berisi buku-buku dari perpustakaan, berjalan perlahan menuju bangku taman favoritnya.

Di tangannya, ia menggenggam erat lembar penentuan jenjang karir, yang berisi kolom-kolom untuk mengisi nama SMA yang ingin ia masuki.

"Daftar pilihan sekolah,"

Gumamnya sambil tersenyum tipis.

"Tapi, aku masih bimbang..."

Ia memilih duduk di bawah pohon besar, mencoba menenangkan pikirannya. Lembar penentuan jenjang karir diletakkan di atas pangkuannya. Yuuka mulai menenteng pensil, menulis data diri dengan tekun. Namun, tangannya berhenti ketika ia sampai pada kolom "Nama SMA".

Mata Yuuka tertuju pada nama Akademi Pahlawan UA yang tertulis di kolom pertama. Ia menggerutkan kening, ragu-ragu.

"Akademi Pahlawan UA..."
gumamnya.
"Aku ingin masuk ke sana... Tapi..."

Tiba-tiba, sebuah suara berat terdengar di belakangnya.

"Kau sedang memikirkan sesuatu?"

Yuuka tersentak, berbalik dan melihat Anak Laki-laki dengan rambut Nila mengembang berdiri di belakangnya. Ia masih mengenakan seragam sekolah, meneteng buku dengan ekspresi serius.

"Eh, maaf. Aku tidak sengaja..." Yuuka terbata-bata.

"Kau... "
Yuuka menatap laki-laki itu lalu mengerjap beberapa kali, ia teringat sosok yang tempo waktu kemarin menolong nya.

Shinso menatap Yuuka dengan tatapan tajam. "Aku Hitoshi Shinso. Kau siapa?"

"Aku Yuuka Saigyouji," jawab Yuuka. "Terima kasih sudah menolongku waktu itu... Di ayunan..."

Shinso mengerutkan kening, "Ayunan? Oh, itu. Kau tidak apa-apa kan?"

Yuuka mengangguk, "Iya, aku baik-baik saja. Terima kasih lagi."

Shinso mengangguk, "Sama-sama. Kau kenapa terlihat begitu serius?"

Yuuka menghela napas, menunjukkan lembar penentuan jenjang karir yang ia pegang. "Ini... Ini lembar penentuan jenjang karir. Aku masih bimbang mau masuk SMA mana," jawabnya.

Shinsou menunduk, melihat lembar itu dengan seksama. "Oh, jadi ini. Kenapa tidak langsung dimasukkan ke wali kelas?" tanyanya.

Yuuka menggeleng, "Aku masih bimbang... Aku ingin masuk ke Akademi Pahlawan UA, tapi..." Ia terdiam, menunduk. "Ibu tak mengizinkan aku untuk masuk ke Akademi Pahlawan."

Shinso mengerutkan kening, "Kenapa?"

"Ibu takut aku akan terluka... Ibu bilang, menjadi Pro-Hero itu berbahaya," jawab Yuuka, suaranya terdengar lirih.

Shinso menghela napas, "Aku mengerti. Memang menjadi Pro-Hero itu bukan pekerjaan yang mudah. Risiko cedera dan kecelakaan memang lebih tinggi. Tapi, itu juga pekerjaan yang mulia. Kau bisa melindungi orang-orang dan membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik."

Ia terdiam, matanya berkaca-kaca. "Aku... Aku ingin menjadi pahlawan, tapi aku juga takut membuat Ibu khawatir."

Shinso berjalan mendekat, duduk di sebelah Yuuka.
"Kau memiliki nilai yang sangat bagus. Sangat disayangkan jika kau hanya masuk ke sekolah umum biasa. Kau memiliki potensi untuk menjadi pahlawan." katanya.

Yuuka tercengang, "Kau melihat nilaiku?"

Shinso mengangguk.

Yuuka terdiam, hatinya bercampur aduk. "Tapi... Aku takut..."

From Thesis to Hero Academia : [OC x BNHA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang