(Part yang di tulis miring adalah
POV dari buku diary Sisilia)
Update~
Update~Yuhuuuuuu...
-----
25 November 2018
Langit selalu tampak mengagumkan di mata seseorang yang merindukan ketenangan. Entah itu pagi, siang, sore, atau malam. Sama-sama kelihatan menawan. Aku sangat menyukai langit. Meski ia selalu bisa berubah-ubah setiap waktunya. Adakalanya ia juga tidak bisa ditebak datang bersama cuaca yang mana.
Sejauh ini, kurasa hanya langit yang meskipun mudah berubah, tetap bisa diterima. Justru terkadang perubahannya semakin membuat banyak orang jatuh cinta. Tak sedikit pula yang malah menanti perubahan itu.
Sedikit informasi, malam ini langit tidak terlalu cerah. Namun ia masih sanggup memberikan kenyamanan untuk bumi tercintanya. Angin dingin yang bertiup, ikut serta dalam menambah kesyahduan. Selain itu, atmosfer yang tercipta saat ini sedikit berbeda. Sunyi, sepi, hening. Tidak terdengar suara hewan-hewan malam yang senantiasa menjadi musik latar pengantar tidur.
Temaram. Cahaya bulan hari ini tampak sedikit redup dari biasanya. Ratusan bintang yang selalu bertaburan di angkasa juga hilang. Tak terlihat satupun di sini. Entah sembunyi di mana mereka semua malam ini. Atau mungkin saja para bintang sedang terpusat menyinari kegelapan di belahan bumi yang lain.
Dalam kesunyian malam ini, aku kembali bersama curahan hati. Buku yang tadinya tersimpan manis di dalam laci, kini sudah berbaris rapi bersama pena hitam di atas meja. Inilah waktunya. Meluruhkan seluruh rasa lewat sebuah pena. Mengungkapkan semua yang tidak bisa dikatakan lewat tutur kata. Melampiaskan segala hal yang hanya bisa aku tahan selama bertatap muka dengan manusianya.
Aku benci situasi di mana aku semakin terlihat kecil. Diacuhkan. Tak dihargai. Seperti barang yang sengaja ditaruh di sudut ruangan karena tidak begitu berguna. Bahkan, jika sekiranya barang itu mengganggu, akan langsung diasingkan di gudang. Bersama barang-barang lain yang sudah tidak berarti dan siap dibuang kapanpun oleh sang tuan rumah.
Aku masih terus bertanya-tanya, tentang alasan kenapa seorang ibu yang menjadi bagian dari diriku terlihat begitu membenci keberadaan diri ini. Kira-kira apa salahku. Apa mungkin dulu aku pernah melakukan kenakalan yang tidak bisa dimaafkan. Hadirku di tengah-tengah keluarga ini seperti sebuah kesalahan.
Hari ini hatiku kembali retak. Rasa sakit dan sesak menyeruak, memenuhi setiap ruang dalam relung hati. Mengingat bagaimana pagi tadi aku mendapat teguran dari sepupuku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Semesta dan Sisinya [✔️]
Teen FictionBerisi tentang cerita yang tertulis di dalam diary seorang Sisilia Rona Renjana. Dimana kisah ini pertama kali ditulis olehnya pada 2018 di buku dengan sampul coklat yang selalu dia bawa kemana-mana. Dia menceritakan tentang kehidupan dan hari-hari...