Waktu sudah menunjukkan tengah malam tapi tak urung membuat keluarga Lee pergi ke alam mimpi. Semuanya sibuk berlalu-lalang mempersiapkan persyaratan MPLS si bungsu yang baru saja dimintanya tadi pukul 21.00.
Jujur saja, Haechan benar-benar lupa karena ia kira persyaratannya dibawa lusa, ternyata besok. Awalnya sih pasti diomelin dulu, tapi pada akhirnya semuanya berkumpul di ruang tengah untuk memecahkan teka-teki aneh.
Dari mulai buah cium matahari alias jeruk sunkist yang untungnya sisa satu di pantry, sampai nyari kedelai semen yang ternyata setelah Doyoung cari tau di internet adalah tempe. Untungnya ada Mart yang buka 24 jam. Menjadikan keriweuhan si bocil teratasi walau sambil misuh dikit.
Dalangnya udah tidur duluan, abang-abangnya yang maksa. Takut besoknya tepar karena acaranya dari jam 6 pagi sampai 4 sore.
Tolong ingatkan Haechan untuk berterima kasih besok pagi.
"SELAMAT PAGI SPADAAA!!!!"
Totebag biru menarik perhatian Haechan ketika ia menghampiri meja makan. Mengusap sudut matanya dengan muka terharu yang dibuat-buat, bocah berseragam putih abu itu berterimakasih atas dedikasi abang-abangnya semalam.
Pasti merepotkan pikirnya, iyalah wkwk
"Huhu.. adek terharu sekali. Kapan-kapan adek tlaktir kalian deh," kata Haechan santai dan langsung mendudukkan diri di kursi samping Jaehyun.
"Sok-sok-an tlaktir. Pake uang siapa, cil?" tanya Yuta di seberangnya.
"Uang bang jo, lah!" jawabnya tanpa ragu.
Johnny sebagai tumbal cuma senyum kecut doang dengernya. Udah biasa jadi ya udahlah, asal adik-adiknya senang pun ia rela membeli penthouse.
Tapi untuk dirinya, ya!
"Makannya dihabiskan dek. Gini-gini bubu tau kamu suka skip sayur ya."
Disuruh begitu Haechan langsung melahap tumis sawi yang sudah Doyoung masak dan menatap Taeyong lamat seolah mengatakan, "IYA INI DIMAKAN!"
"Lagian kamu tuh kenapa susah banget makan sayur sih?" tanya Jungwoo penasaran, mewakili yang lain.
"Ngga enak aja. Rasanya aneh, kayak rumput, pahit!"
"Emang kamu pernah makan rumput?"
Diluar prediksi, Haechan mengangguk menjawab pertanyaan Mark. Membuat semuanya mengernyit bingung, kapan?
Mengangkat tangan sebagai tanda 'sebentar' karena masih mengunyah, tangan kecilnya ia arahkan menunjuk Yuta. Membuat si mahasiswa Teknik Mesin itu menunjuk dirinya sendiri memastikan.
Dirinya mengajak Haechan makan rumput?
"Waktu bang Yuta minum matcha katanya itu rasa rumput. Jadi, adek coba yang di taman belakang, rasanya kayak brokoli. Eh, kayaknya malah lebih enak rumput deh? Brokoli pait banget, ewh!"
Speechless mereka dengernya.
Punya adik polos sekali, jadi ngga rela buat ngelepasin ke dunia luar. Padahal, baru kemarin mereka ajarin Haechan cara berjalan, sekarang anak itu sudah masuk SMA.
Huft, time flies so fast:(
"Ngga semua sayur begitu dek. Contohnya yang lagi kamu makan rasanya ngga kayak rumput, kan?"
Haechan mengangguk mengiyakan ucapan Jaehyun biar cepat. Dia juga tau dari Jeno kalo sawi itu manis, makanya pengecualian saja untuk sayur yang satu itu.
Tapi kan mau bagaimana lagi kalau sudah tidak suka?:(
"Lo Haechan, kan?" tanya orang asing yang tiba-tiba datang ketika dirinya sedang menunggu Jeno mengambil botol minum ke panitia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bukan Matahari Bila Tak Menyinari | Lee Haechan NCT 127
Fanfiction[LOCAL STORY] "Banyak yang bilang jadi bungsu itu enak, apa iya?" -Lee Haechan. Hanya berisi daily life seorang bungsu dan 7 saudara lainnya. #brothership #brotherhood #no_bxb