Capek

336 60 3
                                    

Kalo lagi suntuk di hari libur gini biasanya Haechan main ke rumah Jeno atau ajak abang-abangnya keluar.

Berhubung hari ini keluarga Jeno sedang berkunjung ke rumah orang tua ayahnya dan abang-abangnya yang sok sibuk itu beneran lagi sibuk-sibuknya. Jadi, dengan segenap jiwa raga yang sudah Haechan pikirkan selama dua jam setelah sarapan, ia akan keliling cluster dan berkunjung ke lapangan yang di sediakan disana.

"Bang, adek mau olahraga dulu ya," pamitnya pada Jungwoo yang sedang menyiapkan smoothie.

Tidak menjawab, Jungwoo lebih dulu memindai bungsunya dari atas sampai bawah. Memang terlihat seperti akan berolahraga sih dari kostum yang dipakai. Tapi..

"Udah siang dek, panas."

Iya, soalnya udah jam 11.

Ini adiknya sedang dalam rangka apa?
Maksudnya, ya dia juga suka jika Haechan-nya ingin olahraga. Tapi kan sejak kapan? Tumben sekali.

"Mau pagi atau siang juga tetep panas, abang. Udah ya pamit dulu, tolong bilangin ke yang lain."

Jungwoo cuma pasrah ngangguk-ngangguk aja, "Eh, jangan jauh-jauh dek!"

Sambil mengambil pisang di pantry, Haechan berlalu pergi mengacungkan jempolnya, "Cuma sekitaran cluster aja kok, bye bye!"

Terhitung baru 15 menit Haechan berlari sejak dirinya keluar dari rumah sudah ngos-ngosan. Malu banget kalo semisal mbak crush ngajak running date tapi baru segini doang udah kayak ikan menggelepar di daratan.

Lho, memangnya sejak kapan si bungsu punya mbak crush?

Hhahhh....

Tentu kita tau siapa pelaku yang menghembuskan nafas seperti habis melihat tagihan bulanan.

Sebenarnya tidak terlalu panas sekarang. Karena matahari seperti malu-malu untuk muncul, mungkin hari minggu juga bikin mataharinya meliburkan diri. Eh, maksudnya agak mendung. Jadi lumayan juga ngga terlalu bikin Haechan kepayahan karena keadaan. 

Setelah mendapatkan tempat duduk yang kosong, matanya ia edarkan melihat setiap sudut taman hijau di cluster-nya yang ternyata cukup ramai, diisi beberapa orang yang mungkin berfikiran seperti dirinya, ingin olahraga di waktu weekend.

"Bang Haechan?"

Haechan yang tengah melamun sedikit terkejut ketika mendapati anak kecil yang tiba-tiba saja muncul kemudian ikut duduk di sampingnya.

"Ryo? Lagi apa disini? Sama siapa? Kok sendirian?"

Anak kecil yang dipanggil Ryo itu cengengesan setelah mendapat pertanyaan bertubi-tubi dari abang favoritnya kemudian menggeleng, "Ryo ngga sendirian. Ryo sama chichi, haha, sama abang."

[Japan Language]
Chichi = ayah
Haha = ibu

Haechan mengalihkan pandangannya ketika Ryo menunjuk pasangan yang sedang duduk dan bercanda di salah satu sudut yang tidak jauh darinya, tersenyum.

"Abangmu mana? Kasian ntar cari-cari Ryo."

Belum sempat mulut kecil si bocil menjawab, tiba-tiba suara teriakan dari belakang mengalihkan keduanya.

"RYO!"

"BANG RIKU!!!!"

"Kamu nih abang tinggal bentar buat ambil bola malah ilang. Abang aduin ke haha ya!" ucap Riku -abang Ryo- sambil menjewer sedikit telinga adiknya, bercanda.

Dilain sisi Haechan cuma mesem-mesem menahan diri untuk tidak tertawa. Ia jadi kepikiran, apakah ia juga se-bokem Ryo jika sedang bersama abang-abangnya?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 13 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bukan Matahari Bila Tak Menyinari | Lee Haechan NCT 127Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang