Cilung

864 87 5
                                    

Berhubung sekarang hari minggu, Haechan dan ketiga kawannya merencanakan untuk pergi gowes bersama biar sendi sehat, tidak masuk kalangan remaja jompo dengan seperangkat koyo dan minyak urut.

Di ketuai oleh Jeno, mereka berangkat bersama ke taman kota. Awalnya terasa menyenangkan dan badan lebih rileks. Tapi, makin kesini kenapa Haechan merasa capek juga, ya?

"Jenjen, udahan dulu yuk, capek," ucap Haechan setelah bersusah mensejajarkan sepedanya dengan Jeno.

Dimintai seperti itu, pemuda bermata sipit langsung melihat temannya yang terengah-engah lelah. Padahal kan baru 7 putaran doang.

7 putaran DOANG CEUNAH?!

"Ya udah ayo, taro dulu sepedanya disana."

Setelah memarkirkan dengan rapih di tempat yang memang sudah disediakan, kini Haechan yang memimpin untuk membeli sarapan. Meskipun bingung, dengan percaya diri ia masuk ke kedai lontong sayur.

"Makan disini empat ya pa--.."

Belum sempat menyelesaikan ucapannya, Jaemin lebih dulu menyela, "Lima pak! Makan disini."

"Lo ngga dikasih makan?" semprot Renjun.

Dengan kaki yang dihentak-hentakkan Jaemin melangkahkan kakinya lebih dulu ke kursi pengunjung, "Laper gue njun, gelo ini teh gegara lu Jenjen!"

Jeno yang merasa tidak melakukan kesalahan menunjukkan dirinya sendiri, "Kok gue?"

"Ya lu ngajaknya cuma tiga putaran taman kota doang, kenapa malah jadi 7? Kaki gue lemes bangett gilaaaa!!!"

Menggendikkan bahu, Jeno menyeruput teh hangatnya, "Kalo capek ya tinggal stop aja Jaem. Gitu aja diambil pusing."

Jaemin berpikir, iya juga ya. Tapi kan dia ngerasa kalah kalo berhenti duluan. Mana Haechan masih semangat banget daritadi, meski dari putaran kelima udah bikin bocil itu ngos-ngosan.

LHO?!

"Haechan ilang Jen?" tanya Jaemin panik ketika tidak menyadari bocah rambut cokelat itu. Hanya ada dia dan sepupunya.

"Mau jajan dulu sama Renjun, ngga tau kemana."

"IHHH!!! KOK NGGA AJAK GUE SIH?!" seolah lupa dengan rasa pegalnya, Jaemin segera bangkit untuk mencari chocoball-nya. Ia merasa seperti dikhianati, kenapa tidak mengajaknya?!

Jeno yang melihat sepupunya berlalu pergi lantas menyimpan kembali ponselnya yang baru saja dibuka dan menghampiri si penjual lontong sayur.

"Nitip bentar ya pak. Saya mau nyusulin temen-temen dulu."

Setelah mendapat anggukan dari penjualnya, matanya mengedar untuk mencari tiga bocah PAUD yang sayangnya temannya sedang adu mulut satu sama lain dan berjalan ke arahnya.

"CILUNG ITU YANG KLEMER KLEMER JAEMIN!"

"ENGGA JUN! CILUNG ITU YANG DIGULUNG!"

Melihat Haechan yang berada ditengah keduanya yang sedang adu mulut membuat Jeno terkekeh. Benar-benar bocah PAUD mereka itu.

"Udah jajannya?" tanyanya seperti abang lalu mengusak surai Haechan dan merapikan poninya yang agak lepek.

"Eung!"

Dikira perdebatan tentang cilung itu sudah selesai, ternyata belum. Jaemin dan Renjun masih saja yakin dengan pendiriannya bahwa versi dirinya masing-masing adalah yang paling benar.

"Menurut Channie, cilung itu yang gimana?" tanya Jaemin sambil mengode untuk memihak dirinya bahwa cilung digulung.

"Ngga tau Jaem, kayaknya emang dua-duanya cilung sih. Cuma beda versi aja."

Bukan Matahari Bila Tak Menyinari | Lee Haechan NCT 127Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang