Trauma

618 65 0
                                    

Here you go, double update!

===

Kalian tidak tau ya, kalo bungsu kita sudah punya kamar sendiri?

Sebenarnya sudah lama mereka memiliki kamar masing-masing. Hanya saja untuk Haechan, ia belum ingin. Tentu saja tidak mau sendirian, takut. Maka dengan senang hati, mereka bermain games dan yang menang akan menjadi roomate-nya.

Berakhir dengan Johnny sebagai pemenang.

Seiring berjalannnya waktu, pola pikir bocah kelahiran Juni itu semakin dewasa. Setelah memasuki bangku SMA, Haechan mendeklarasikan diri untuk memiliki kamar sendiri.

Butuh perjuangan ekstra bagi Haechan untuk memberikan penjelasan kepada abang-abangnya bahwa ia bisa tidur sendiri. Memangnya mereka kira dia masih kecil?

Lho? Dia kira memangnya sudah besar?

Akhirnya abang-abangnya mencoba faham, mungkin bungsunya sudah ingin punya privasi, jadi begitu cerita singkatnya.

Sekarang, ketujuhnya sedang berada di kamar si bungsu. Menunggui kelopak mata yang sejak tadi tertutup untuk segera terbuka. Mereka di telfon Doyoung karena saat itu hanya ada dirinya, Johnny dan Yuta saja di rumah. Menjelaskan secara singkat bagaimana keadaan adiknya ketika keluar dengan Mark.

Sesuai terkaan mereka, suhu tubuh Haechan mendadak naik. Padahal tadi setelah pulang sekolah untuk meminta izin pergi bersama Mark, semuanya baik-baik saja.

Tapi, sekarang?

"Eungh..."

Keadaan kamar yang hening menjadikan mereka mendengar jelas lenguhan kecil si bungsu. Badannya menggeliat pelan, merasakan tubuhnya yang tidak enak, Haechan meringis.

"Pusing?" tanya Taeyong dengan tatapan teduh sembari menyugar rambut adiknya yang lepek karena keringat.

Haechan menggeleng pelan sambil berusaha untuk bangun. Tak disangka, gerakannya itu membuat guncangan yang hebat. Pandangannya mendadak buram dan pusing itu datang lagi. Badannya mendadak jatuh ke belakang yang untungnya Taeyong sigap menangkap tubuh kecilnya.

"Tidur aja, dek."

"Mau pipis, buu.."

Mendengar itu, Johnny segera maju, "Sama bang Jo, ya?"

Haechan tak menolak, membiarkan tubuhnya dipapah Johnny. Ia pun tidak menyangka bahwa traumanya kali ini benar-benar membuat energinya habis.

Menunggu si bungsu yang sedang menyelesaikan urusan alamnya, yang lain kembali melamun.

Memikirkan kembali bagaimana bisa trauma adiknya datang lagi setelah sekian lama. Ya, mereka pun tau bahwa tidak sepenuhnya bisa hilang. Tapi, kenapa harus adiknya?

Mendengar suara muntahan yang tiba-tiba muncul dari balik kamar mandi membuat yang cemas semakin cemas.

Cklek

Terlihat Haechan yang pasrah di gendong oleh Johnny di punggungnya. Seolah mendapat serangan mendadak, semua sendinya terasa lemas ketika perutnya tiba-tiba mual minta mengeluarkan sesuatu.

Hh-hah..

Nafasnya terdengar berat setelah Johnny meletakkan tubuh kecilnya dengan hati-hati ke atas kasur dengan Taeyong dan Doyoung di kedua sisinya. Mereka khawatir, ingin membantu tapi tidak tau bagaimana.

"Mau pakai nebu?" tawar Doyoung ketika melihat adiknya kepayahan mengambil nafas.

Haechan menggeleng, memilih menenangkan dirinya sendiri. Tangannya meremat tangan kedua abangnya yang sejak tadi tak berhenti mengusapnya, menenangkan.

Bukan Matahari Bila Tak Menyinari | Lee Haechan NCT 127Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang