Cinta Kucing

498 67 0
                                    

Kangen, ngga?

Karena belum waktunya minal minul, jadi minta maafnya ntar aja disatuin sama idul fitri ya! Selamat membaca dan semoga hari kalian diberkahi!

+++

Kalo boleh memilih, abang-abangnya ingin Haechan tetap menjadi si bungsu kecil kesayangan mereka. Meski sekarang pun masih begitu, tapi lambat laun adik mereka sudah besar.

Melihat gelagat aneh si kecil yang lebih pendiam daripada biasanya, benar-benar membuat abang-abangnya merasa aneh.

Sangat bukan Lee Haechan sekali yang kalo diam pantatnya akan bisulan.

Bahkan makan malamnya juga sampai harus di antar Jaehyun ke kamarnya hanya karena beralasan masih kenyang sebab sudah makan sore dengan Jeno.

Perubahan si bungsu tentu menjadi bahan perbincangan di minggu pagi oleh ketujuh abangnya.

"Adek di bully di sekolah?" tanya Jungwoo memulai spekulasi.

"Ngga mungkin! Soalnya dia kan pinter, belum lagi juteknya naudzubillah banget kalo sama orang yang belum kenal. Aneh aja tiba-tiba di bully cuma karena itu," bela Johnny.

"Terus juga si Jeno bocah berotot itu temennya adek," tambah Mark.

"Jadi, kenapa?"

Doyoung yang sejak tadi hanya diam menyaksikan pendapat saudaranya mulai jengah. Kenapa mereka tidak tanya langsung ke yang bersangkutan saja?

"Ditanya aja ham hem mulu doy, gimana mau jawab?" kata Yuta.

"Ya, coba aja abang. Mark, tolong panggil adek dulu."

Butuh waktu lama bagi bocah beralis camar untuk membangunkan si kecil. Ternyata, Haechan sedang menyembunyikan bengkak di wajahnya karena menangis semalaman. Johnny baru sampai di rumah tadi subuh. Jadi, ia pun tidak tahu menahu tentang roomate-nya.

"Adek masih kenyang kok bang, nanti siang aja makannya," ucap Haechan tiba-tiba karena mengira dirinya disuruh sarapan.

"Kalo skip sarapan mau abang masakkin bubur ya!" ancam Doyoung, bercanda. Ada-ada saja adik bagongnya ini.

Hiks..

Paniklah mereka mendengar isakan Haechan. Kepalanya yang kecil disembunyikan di belakang punggung lebar Jaehyun. Dengan perlahan, Taeyong mendekat untuk mengusap kepalanya dan menepuk punggung sempitnya bermaksud menenangkan.

"Adek kenapa?"

"Huks.. di- hiks dia.. hiks.. DIA PERGII!!!! HUWAAAA ABAANGGGG!!"

Ketidaksiapan Taeyong dengan serangan pelukan si kecil, membuat tubuhnya sempat terhuyung ke belakang yang untungnya langsung ditahan oleh Jaehyun.

Ketujuhnya membiarkan si bungsu menenangkan dirinya sendiri. Tidak ada yang bersuara sama sekali semenjak Haechan menangis. Semuanya terdiam mendengarkan seksama sambil melanjutkan spekulasinya masing-masing.

"Huks.. ma- maaf abang.."

Taeyong tersenyum dan mengusak surai si kecil yang mulai memanjang, "Udah lega?"

Ditanya seperti itu sebenarnya Haechan pun bingung. Dari lubuk hati yang paling dalam, ia merasa masih ada yang mengganjal.

"Mau sarapan dulu?" tawar Jaehyun.

"Adek ngga lapar abaanggg!!"

Melihat adiknya yang mulai kembali dengan acara merajuknya, Yuta tiba-tiba memiliki ide untuk menjahilinya, dasar.

Bukan Matahari Bila Tak Menyinari | Lee Haechan NCT 127Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang