Happy Reading, sorry for typo.
Sebelum baca vote dulu ya, ramaikan juga dengan komentar kalian.Canggung, sebab kejadian tadi sore. Yura yang malu sampai merasa tak sanggup melihat wajah Gale, sementara Gale yang merasa bersalah karena menjadikan bayangan Yura sore tadi untuk fantasi nakalnya.
"Teh, kalian kenapa sih? Kok saling diem begitu?" Ayuna yang duduk di sampingnya berbisik di telinga Yura.
"Tsk! Diem kamu."
Ayuna memicingkan mata, sepertinya memang ada sesuatu yang terjadi antara mantan pasangan di depannya ini.
"Alta tadi seneng main di pantainya sama Papa?" Ayuna bertanya kepada Alta, dengan raut wajah ceria.
"Seneng banget, Aunty. Adek main air sama Bunda juga tadi!" balas Alta semangat empat lima, nyaris berdiri dari kursinya.
"Bunda juga ikutan main?" tanya Ayuna, seingatnya kakaknya tadi bilang tidak akan ikutan bermain karena sayang pakaiannya akan kotor.
"Adek yang buat, Adek lemparin Bunda air terus baru deh Bunda mau gabung. Ada yang lucu, Aunty," Alta menutup mulutnya tertawa melirik Bundanya.
"Apa? Ada apa?" Ayuna mencondongkan tubuhnya, menunggu cerita dari Alta.
"Bunda tadi jatuh, kebawa air sampe badannya basah semua. Untung Papa langsung peluk Bunda, jadi Bunda gak di bawa sama air."
Ayuna dan Ibu tertawa mendengarnya, tak hanya isi ceritanya yang lucu tapi cara Alta yang menjelaskan khas anak kecil, membuat cerita dua kali lipat lucu.
Sekarang Ayuna tahu garis besarnya, alasan kenapa Yura sejak tadi tak mau menatap Gale.
Ayuna tebak, pasti Yura terlihat kacau saat tubuhnya basah kuyup padahal kakaknya itu sudah merias diri dari siang tadi untuk terlihat sempurna dari ujung kaki hingga ujung kepala, selain itu Yura semakin malu karena bajunya yang jadi transparan karena basah.
Tadi siang Ayuna sudah bilang pada kakaknya yang keras kepala itu, memakai baju putih bisa mencetak dalaman tubuh saat basah. Yura dengan keras kepala menjawab, bahwa dirinya tidak akan ikutan bermain dan hanya memperhatikan saja. Begini kan hasilnya, dasar.
Yura berdecak pelan, sejak kapan pula anaknya bisa bercerita dengan rinci dan fasih seperti itu. Cepu sejak dini pula.
"Bunda mu itu keras kepala, Dek. Gak nurut sama Aunty, jadi gini kan."
"Emang Bunda gak nurut apa sama Aunty?"
Sebelum Ayuna bisa menjawab, Yura sudah lebih dulu memasukan lobster ke mulut adiknya yang terbuka.
"Teh! Tega banget, masih ada tulangnya ini."
Yura tersenyum manis sebagai respon, memberi peringatan pada adiknya untuk diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
AFTER ENDING
RomanceYura sudah selesai dengan kisah cintanya, meski tidak pernah terbayangkan olehnya bisa berakhir menjadi single mother sekaligus janda cerai di usia muda, Yura bahagia menjalani hidupnya bersama Alta- putranya. Ceritanya memang sudah mendapatkan akh...