01

817 50 1
                                    

Jaemin sama Haechan lagi santai nyebat rokok di belakang bar. Sekarang lagi jam 2. Hari ini bar penuh jadinya mereka harus nongkrong di belakang bar.

"Bangsat! Kalah lagi gua." - Haechan.

Haechan melemparkan puntung rokok tadi ke tanah lalu menginjaknya. Jemarinya meraih kotak rokok di sakunya. Jaemin pantas menghalanginya.

"Itu udah tiga batang lho, Chan. Lo mau mati?" - Jaemin.

"Yah... Ga ada orang mati karena hisap rokok doang." - Haechan.

"Jantungnya mau di pake lama." - Jaemin.

"Iya-iya. Ga jadi." - Haechan.

Haechan menyimpan rokoknya tadi lalu kembali fokus pada hapenya. Begitu juga Jaemin.

"Chan, Jaem."

Jaemin dan Haechan menoleh pada laki-laki manis yang berjalan menghampirinya.

"Dery.. Lo sendirian?" - Jaemin.

"I—Iya... Tadi bareng teman-teman kuliah. Tapi mereka masih telat pulangnya." - Hendery.

"Terus mau apa lo nyari gua?" - Haechan.

"Bensin motor gua habis, Chan. Gua mau pinjam motor lo bisa ga? Lo pulangnya bareng Jaemin aja nanti." - Hendery.

"Gua bukan ga mau kasih ni, Der. Tapi bentar lagi gua mau balap sama Yangyang." - Haechan.

"Gua antar lo aja, Der. Ayo." - Jaemin.

"Nganterinnya terus ke rumah ya, seng." kata Haechan sambil fokus pada hapenya.

"Iya. Ayo, Der." - Jaemin.

Hendery mengikuti langkah jenjang Jaemin menuju ke motor ninja hitam miliknya.

"Nanti gua suruh staf gua isikan bensin lo. Sekalian hantar ke rumah." - Jaemin.

"Maaf ya, Jaem. Jadi ngerepotin lo. Gua harus pulang karena besok ada kelas pagi banget. Takut telat." - Hendery.

"Gapapa. Lo kan pacarnya abang gua. Sekali-kali lah bantuin." - Jaemin.

Agak sakit ya. Tapikan itu fakta. Jaemin memakaikan helm pada Hendery. Lalu merekapun berlalu dari bar itu.

Setelah puas bermain game di hapenya, Haechan pun memutuskan untuk ke arena. Kalau dibiarin Yangyang nunggu bisa diomelin sampai besok.

TINN TINN!!

Haechan kaget melihat seorang lelaki sedang berdiri di tengah jalan dan sebuah lori sedang melaju.

~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~

Jaemin menghentikan motornya di depan mansion mewah milik keluarga Seo. Hendery melepaskan helmnya dan menyerahkannya pada Jaemin.

"Makasih ya, Jaem." - Hendery.

"Ga masalah." - Jaemin.

"Jaem... Lo marah ga gua nolak lo terus pacaran sama Dejun?" - Hendery.

"Marah? Atas hak apa? Itu urusan hati, Der. Gua ga bisa maksa. Kita temenan gini aja gua udah bahagia banget." - Jaemin.

"Ya sudah. Kalau gitu, gua pamit ke dalam dulu ya. Makasih banyak, Jaem." - Hendery.

Jaemin melihat tubuh Hendery menghilang di sebalik pagar tinggi itu. Hendery menutup pintu rumahnya dan dikagetkan dengan saudara kembarnya yang sedang berdiri di tangga.

"Lo ngapain di situ?" - Hendery.

"Nungguin lo lah njir. Telpon ga diangkat mana udah jam 2." - San.

"Hape gua mati. Lo kenapa khawatir banget sih, San?" - Hendery.

STATUS - JAEMJEN/ DONGMARKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang