06

855 59 0
                                    

⚠️TW⚠️

"MARK!"

Haechan berlari lalu memeluk kekasihnya itu. Sedangkan Mark menahan malu. Ya kali ga malu. Orang masih di depan gerbang.

"Malu-maluin njir." - Jaemin.

"Heh! Sirik lo?" - Haechan.

Atensi Mark beralih pada Jeno. Dia kelihatan mungil banget karena hoodie Jaemin kegedean. Tapi memang dia yang mau sih.

"Lo kemana tadi malam, Jen?" - Mark.

"Nanti gua cerita pas di rumah lo." - Jaemin.

Mark mengangguk lalu menggandeng tangan Jeno menuju ke fakultasnya. Ya kan mereka sama jurusan. Haechan yang melihat Mark menggandeng tangan Jeno pun cemburu.

Kan dia ingin juga. Haechan memandang Jaemin dengan mata yang berbinar-binar. Oh tidak. Sepertinya Jaemin tau.

"Jangan ngadi-ngadi ya, Chan. Gua tampol lo mampus." - Jaemin.

Lalu Jaemin pergi meninggalkan Haechan sendirian. Ada yang lebih penting buat Haechan. Bakso pedas di kantin fakultasnya.

"Gua ditinggal sendiri nih? Ga asik banget!" - Haechan.

~•~•~•~•~•~•~•~•~•~•~

Mark menarik Jeno ke toilet yang lumayan sepi.

"Kenapa sih?" - Jeno.

"Tadi malam,om Siwon ke rumah." - Mark.

"Hah?! Si tua itu? Mau apa dia?!" - Jeno.

Mark menunduk sambil menggenggam ujung bajunya. Dia tidak tau harus mengatakan apa.

"Apakah dia berbuat buruk pada bubu?" - Jeno.

Mark menggeleng. Jeno menatap Mark dengan tatapan horor.

"Mark... Jangan bilang.."

"Iya, Jen..."

Jeno memeluk kembarnya itu dengan erat. Mark menangis di bahu Jeno.

"Dia menarik ku ke kamar, Jen. Di depan bubu." - Mark.

"Shhh... Tenanglah, Mark." - Jeno.

"Kalau Haechan marah gimana, Jen? aku takut hiks..." - Mark.

"Haechan tidak akan tau, Mark. Semuanya akan baik-baik saja." - Jeno.

Tanpa mereka sadari, ada yang merekam mereka.

——(skip)——

Jaemin memperhatikan Jeno dari jauh. Anak itu sedang bermain ayunan di taman khas universitas.

"Jaem... Lo suka sama Jeno?" - Haechan.

"Ga tau." - Jaemin.

"Tadi gua denger ada yang lagi ngincar Jeno." - Haechan.

Tidak menjawab Haechan, Jaemin langsung meninggalkannya lalu menghampiri Jeno.

"Ah ga asik! Gua ditinggal mulu." - Haechan.

Jaemin mengalihkan tangan Jeno pada tali ayunan lalu membantu si manis berayun.

"Tadi katanya sibuk?" - Jeno.

Tadi pas dia ajak Jaemin main, si Jaemin malah beralasan sibuk karena banyak tugasan numpuk.

"Ga. Tugasnya nanggung." - Jaemin.

"Aku bisa ke bar ga nanti malam?" - Jeno.

"Enggak. Banyak om-om mesum." - Jaemin.

"Ih... Tapi Mark selalu ke sana bareng Haechan ga kenapa-napa." - Jeno.

"Lo lupa lo diapain?" - Jaemin.

Jeno menghentak kakinya lalu beredar dari sana. Jaemin mengerutkan keningnya. Kenapa Jeno sensitif sekali sekarang?

——(skip)—— ⚠️TW⚠️

Jeno berjalan sendirian. Dia ngambek sama Jaemin. Ga tau kenapa pokoknya mau ngambek.

"Jeno."

Jeno memandang lelaki dihadapannya. Siwon.

"O- om... Om mau apa?" - Jeno.

"Sudah lama tidak bertemu, Jeno. Jauh sekali Taeyong membawa kalian lari." - Siwon.

"Saya tidak ada urusan sama om." - Jeno.

Siwon menarik lengan Jeno yang ingin kabur darinya.

"Ayolah kita bersenang-senang dulu... Kau tau, kembaranmu itu benar-benar enak. Aku jadi penasaran tentang mu." - Siwon.

"Lepas! Lepas atau aku teriak!" - Jeno.

"Oh teriak saja. Kau pikir mereka akan percayamu? Aku ini orang ternama." - Siwon.

Buk!

Jeno kaget saat Siwon jatuh ke tanah. Dia memandang Jaehyun yang baru saja menumbuk Siwon.

"O-om Jae.." - Jeno.

"Kau tidak apa-apa, Jen?" - Jaehyun.

"Kau siapa hah?! Berani sekali ikut campur urusanku!" - Siwon.

"Ini urusanku juga. Dia anakku." - Jaehyun.

Siwon tertawa. Sedangkan Jaehyun merentangkan tangannya guna untuk melindungi Jeno.

"Apa kau yakin, Jae? Kau tidak tau ya? Apa Taeyong tidak menceritakan padamu? Si jalang itu, melahirkan benihku!" - Siwon.

Buk! Buk!

Jaehyun menghajar Siwon hingga lelaki itu tak berdaya lalu menghampiri Jeno.

"Jen? Ayo pulang." - Jaehyun.

Sepanjang perjalanan pulang, Jeno sama sekali tidak berbicara. Apakah dia anak Siwon sebenarnya?

"Jeno... Itu bubu udah nungguin." - Jaehyun.

Jeno memandang ke luar jendela mobil. Taeyong berdiri di depan pintu rumahnya. Jeno berbalik melihat Jaehyun.

"Om... Soal tadi, jangan kasih tau Mark ya? Dia belum harus tau." - Jeno.

"Baiklah. Oh iya. Jen, selepas ini, panggil saya daddy saja ya?" - Jaehyun.

"Apakah om akan benar-benar menjadi daddy kita? Maksudku, bubu kan..."

"Shh... Jangan berbicara seperti itu, Jen. Manusia itu tidak ada yang sempurna. Sudah, sana masuk." - Jaehyun.

Jeno mengangguk. Dia turun dari mobil mewah itu lalu segera masuk ke rumahnya.

"Mark mana Jen?" - Taeyong.

"Masih ada kelas, bu... Nanti dianterin sama mae Ten." - Jeno.

Ten? Taeyong tidak salah dengar kan? Ten itu sahabatnya dulu. Sama seperti Jaehyun. Tapi apakah Ten masih mengingatnya?

"Bubu ga papa?" - Jeno.

"Gapapa sayang... Om Jae bilang apa aja ke kamu?" - Taeyong.

"Ga ada... Dia cuman nyuruh aku memanggilnya dengan sebutan daddy... Aku ke kamar dulu ya, bubu." - Jeno.

"Iya. Hati-hati, sayang." - Taeyong.

Jantung Taeyong joget-joget mendengar Jaehyun yang menyuruh anaknya manggilnya daddy. Dapet berondong kah?

Ga ga... Taeyong ga bisa berharap dulu. Atau bisa? Entahlah. Taeyong ga mau berharap.

























Halo ges makasih udah mampir dan meninggalkan jejak 🙏🏻❤️❤️

STATUS - JAEMJEN/ DONGMARKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang