03

963 68 3
                                    

Jaemin berjalan sendirian. Sekarang jam 2. Tapi dia ga bisa tidur makanya keluar ambil angin. Ga sengaja, matanya menangkap sosok yang dia kenal sedang duduk di taman.

Jeno.

Lelaki manis itu sedang duduk bersama seorang laki-laki seumurannya. Apakah itu teman lelakinya? Jaemin pun menghampiri mereka.

"Jeno."

Jeno menoleh.

"Jaemin... Lo ngapain di sini?" - Jeno.

"Ini siapa, Jen?" - Jaemin.

"Mark. Abang gua" - Jeno.

Jaemin sekadar mengangguk. Oh. Kirain pacar. Eh. Kok Jaemin bernafas lega sih? Ingatkan kalau Jaemin masih suka Hendery? Atau udah enggak?

"Markeu! Jeno! Eh, Jaem!" - Haechan.

Jaemin memandang Haechan yang sedang memegang drink carrier di tangannya.

"Lo mau juga ga? Ini tadi beli 3 percuma 1. Kalau lo ga mau, gua ambil dua." - Haechan.

Jaemin langsung merampas cup itu dari Haechan. Mana mungkin seorang Na Jaemin menolak kopi. Haechan menyerahkan satu cup pada Jeno dan teh special buat Mark. Karena Mark tidak minum kopi.

Jaemin melepaskan jaketnya dan memakaikannya pada Jeno.

"Nanti kedinginan." - Jaemin.

Mark udah aman tuh. Dari tadi pake jaket Haechan. Mereka ke sini tadi pake mobil Haechan.

"Kalian kenapa ke sini?" - Jaemin.

Diam. Tidak ada yang menjawab. Haechan merangkul pundak Jaemin dan membisikkan sesuatu. Jaemin sekadar berohria aja.

Melihat Mark yang semakin menunduk, Jeno mengelus punggungnya. Gimana caranya cerita ke Jaemin? Haruskah Mark bilang karena dia cuba bunuh diri lagi? Atau haruskah Mark bilang Haechan menjumpainya?

Mark benar-benar rasa tidak berguna sekarang. Dia menyusahkan semua orang. Semua karena pikirannya berantakan.

"Tenang, Mark. Gua memang mau ambil angin." - Haechan.

"Iya. Haechan sama kayak gua. Kadang ga bisa tidur. Karena itu dia ambil angin di sini." - Jaemin.

Mendengar ucapan Jaemin dan Haechan, sepertinya Mark sudah sedikit membaik. Jaemin menarik tangan Jeno agar meninggalkan Mark dan Haechan berdua.

Dia kan teman yang baik. Makanya kasih peluang ke mereka. Atau sebenarnya dia yang mau berdua bareng Jeno?

Jaemin dan Jeno duduk di bawah pohon ga jauh dari Mark dan Haechan. Hening. Hingga Jaemin membuka suara.

"Kenapa lo bisa dirundung kayak kemaren?" - Jaemin.

"Karena gua ga punya ayah. Dari SD juga begitu. Makanya gua udah terbiasa." - Jeno.

"Mark juga?" - Jaemin.

Jeno mengangguk. Tangannya dimasukkan ke dalam saku jaket.

"Mark depresi karena itu. Makanya gua harus kuat, biar bisa jaga Mark dan bubu. Gua ga mau nyusahin bubu lagi." - Jeno.

Tanpa aba-aba, Jaemin menarik Jeno ke dalam pelukan hangat. Jeno terdiam.

"Lo ga perlu kuat di depan gua, Jen. Kalau sakit, lo bisa nangis." - Jaemin.

"Bukan gua yang minta lahir ga ada ayah, Jaem. Kenapa mereka hukum gua kayak gini?" - Jeno.

Baju Jaemin basah sekarang. Jeno nangis cukup kencang. Jemari panjang Jaemin terus mengusap punggung Jeno untuk menenangkannya.

STATUS - JAEMJEN/ DONGMARKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang