7

190 15 0
                                    

Waktu serasa berputar begitu cepat bagi hyunjin. Tak terasa tiba-tiba saja sudah sebulan lebih dia dan mamanya menyandang marga Yang didalam nama mereka.

Sudah satu bulan lebih dan suasana di rumah ini perlahan berubah juga. Dulu yang masih canggung sekarang sudah hangat. Pun jeongin juga begitu, ya meskipun hanya pada mamanya saja. Pada hyunjin? Masih tetap sama. Dingin keras kepala dan menyebalkan. Malah bisa hyunjin bilang jeongin lebih dingin padanya sejak kejadian didepan pintu kamarnya itu.

Hubungan papa dan jeongin pun sudah membaik sejak hyunjin yang terkena pukul papanya dulu. Meskipun kabar kenakalan jeongin tetap sesekali melewati rungu hyunjin tapi untungnya tidak separah yang sudah-sudah. Jeongin tidak pernah lagi ikut tawuran atau hal-hal membahayakan yang lain. Kenakalannya di sekolah hanya sesekali mengisengi temannya kata jeongin.

Waktu berputar dengan cepat, satu bulan lebih telah berlalu dan hubungan keluarganya mulai menghangat pun hubungan pertemanan hyunjin disekolah. Hyunjin jauh lebih akrab dengan seungmin, dan jauh lebih dekat lagi dengan jisung.

Omong-omong tentang jisung, pemuda yang mirip sekali dengan tupai itu sering mengajak hyunjin keluar, entah sekedar jalan-jalan membunuh rasa suntuk karena belajar atau jalan-jalan mengunjungi tempat-tempat yang direkomendasikan jisung atau tempat yang ingin dikunjungi hyunjin dan karena kedekatan mereka itulah, hyunjin tak lagi ingin membunuh perasaan yang dulu pernah dipadamkannya dengan paksa.

Hyunjin menerimanya, tidak perduli apapun resiko yang ditaggungnya nanti. Intinya sekarang hyunjin hanya akan membiarkan perasaan ini tumbuh seiring berjalannya waktu.

"Nanti keluar mau ngga? " Jisung melempar pertanyaannya pada hyunjin yang berada tepat dihadapannya, sedang menyuap makan siang. Mereka hanya berdua hari ini, seungmin sedang izin karena ada acara keluarga.

"Kemana? "

"Nonton. Mau? " Jisung mengambil selembar tisu disampingnya, mengarahkannya kearah sudut bibir hyunjin yang terdapat sedikit noda makanan. Hyunjin terdiam sebentar, berusaha menetralkan detak jantung yang tiba-tiba saja berdetak lebih cepat dari semestinya.

"Boleh, mau nonton apa? " Setelah berhasil menetralkan seluruh anggota tubuhnya yang tadi terkena serangan kaku mendadak, hyunjin akhirnya bertanya.

"Lo lagi pengen nonton apa gitu? " Jisung sebenarnya hanyalah manusia biasa yang penuh akan tipu muslihat, ajakan menontonnya itu hanya lah bualan belaka agar bisa mengajak sang pujaan hati keluar rumah. Jisung tak merencanakan akan menonton apa nanti, tidak tertarik juga. Yang penting jisung bisa menghabiskan waktu lebih lama bersama hyunjin.

"Inside out 2 boleh? " Lamunan jisung terbuyar, anggukan segera dia berikan. Apapun akan jisung tonton asalkan ada hyunjin disampingnya

 Apapun akan jisung tonton asalkan ada hyunjin disampingnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kisah cinta anak muda digambarkan dengan begitu indah. Penuh akan canda tawa dan rona merah yang menghiasi pipi. Sesekali akan diselingi dengan pertengkaran kecil yang malah akan semakin memperkuat hubungan. Dan agaknya hyunjin tidak sabar mengecap bagaimana rasanya menjalin kisah percintaannya dengan jisung nanti (berharapnya memang nanti terjadi).

Lemari sudah kehilangan sebagian muatannya, yang mana sebagian muatan itu ditumpahkan diatas kasur hyunjin yang sekarang telah beralih definisi sebagai kapal pecah. Kamar hyunjin berantakan sekali, baju-bajunya yang seharusnya tersusun rapi dilemari telah tercecer diatas kasur, ada beberapa yang malah teronggok mengenaskan dilantai.

Sebenarnya ini terlalu berlebihan, hyunjin pun jelas mengetahuinya. Namun entah mengapa untuk hari ini hyunjin ingin tampil berbeda di hadapan jisung, ingin terlihat lebih menawan. Padahal acara mereka hanya menonton film saja, inside out pula.

Setelah lama berkutat dengan tumpukan baju akhirnya hyunjin menyerah juga. Memutuskan untuk berpakaian seperti biasa saja dan tidak terlalu berlebihan. Sedikit parfum sudah disemprotkan pada leher jenjangnya. Kemaja yang hyunjin gunakan juga telah dirapihkan berkali-kali agar tak ada kusut yang ingin menumpang disana. Setelah memastikan penampilannya cukup untuk dikatakan layak, hyunjin akhirnya melangkahkan kakinya untuk turun kebawah.

"Mau kemana? " Kernyitan tidak suka terukir didahi jeongin. Aroma parfum manis yang melewati hidungnya semakin memperparah kerutan yang tercipta. Hyunjin mundur satu langkah, tatkala jeongin yang muncul terlalu tiba-tiba tepat setelah hyunjin menutup pintu kamarnya. Banyak juga ternyata pertemuannya dengan jeongin di depan pintu kamar ini.

"Mau nonton bentar. " Tentu saja jawaban bentar itu jeongin tau hanya kebohongan. Mana ada orang yang akan menonton film hanya sebentar.

"Sama siapa? " Nadanya dipertajam pun pandangannya juga. Jeongin tiba-tiba merasa was-was. Takut jika nama yang tak ingin jeongin dengar keluar dari mulut orang di hadapannya ini.

"Jisung." Dan kata itu sukses membuat jeongin mengepalkan tangannya. Satu bulan ini jeongin memang terus memantau bagaimana hyunjin dan jisung yang semakin menempel layaknya perangko dan surat. Kemana-mana selalu bersama, dikit-dikit keluar berdua, itu membuat jeongin kebakaran hatinya tanpa diketahui oleh orang-orang tentu saja.

Jeongin ingin sekali menarik hyunjin masuk ke kamarnya, menyekapnya bersama dengan dirinya sendiri atau kalau perlu jeongin ingin mengikat hyunjin agar tidak bisa kabur. Tapi apa yang diinginkan tentu saja tidak terjadi, jeongin hanya mampu memandang tajam hyunjin seolah ingin mengulitinya, dan itu sukses membuat hyunjin yang sudah berpenampilan menawan mengigil ketakutan, lantas cepat-cepat pergi mengangkat kakinya menghindari eksistensi jeongin.

"Hyunjin berangkat dulu ya ma, pa. " Setelah meniti anak tangga dengan sedikit tergesa. Hyunjin menemukan mama papanya yang duduk bersebelahan dengan televisi menyala dihadapan mereka. Tadi setelah pulang sekolah hyunjin sudah meminta izin ke mamanya, jadi sekarang tinggal pamit saja.

"Iya, hati-hati ya sayang. Jangan pulang terlalu malam. " Usai kalimat itu diucapkan sang mama, hyunjin akhirnya berlalu keluar rumah.

Menghampiri jisung yang telah menunggunya dengan bersandar di pintu mobil yang hari ini dibawa jisung.  Jisung memang sudah bisa menyetir mobil, pun orang tuanya yang mengizinkan jisung untuk membawa mobil sendiri.

Melihat hyunjin yang telah datang, jisung dengan segera memasang senyuman terbaik yang dia punya. Membuka pintu untuk pangerannya agar bisa masuk kedalam, jangan lupakan tangan jsiung yang secara otomatis melindungi kepala hyunjin untuk meminimalisir kejadian hyunjin yang membentur atap pintu. Dan semua perlakuan manis jisung pada hyunjin tak luput dari pandangan tajam rubah yang tengah mengintip dari balik tirai jendela.

Gigi jeongin bergemeletuk melihat adegan lovey dovey antara jisung dan hyunjin. Ada rasa iri dan kecewa yang bercampur aduk dalam diri jeongin. Iri karena melihat jisung yang bisa menghabiskan waktunya dengan hyunjin dan bisa memperlakukan hyunjin dengan baik. Kecewa karena dirinya tidak bisa melakukan apa yang jisung lakukan.

Jika dipikir-pikir sebenrnya jeongin bisa saja melakukannya, toh dia adalah ADIK dari hyunjin, jadi sebenarnya jika dia mau dia bisa dengan mudah memperlakukan hyunjin lebih dari apa yang jisung lakukan, namun ya.. siapa yang bisa melakukan itu ketika statusmu adik namun perasaanmu malah sebagai seorang lelaki? Sial, jeongin butuh minum untuk meringankan pening dikepalanya. Kalian tidak lupa kan kalau jeongin memang berandalan? Meskipun umurnya masih belum legal namun jeongin sudah beberapa kali meneggak minuman memabukkan itu. Tentu saja tanpa sepengetahuan papanya.

Step BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang