9

179 15 0
                                    

"Sorry ya ji. Jeongin dari tadi pagi demam, terus tadi malah ikut belanja, jadi tambah parah demamnya. " Hyunjin baru berbicara ketika jisung telah kembali menormalkan ekspresi wajahnya. Seringai yang tadi terpasang, telah terganti dengan senyum lembut yang menawan.

"Gapapa kok, harusnya gue yang minta maaf dateng ngga bilang-bilang. " Raut sedih hyunjin tampilkan, dia sebenarnya ingin juga menghabiskan waktu dengan jisung. Namun apa daya, dirinya harus menjaga jeongin, tak mungkin juga hyunjin tega jika disuruh meninggalkan jeongin dalam keadaan sakit seperti ini.

"Maaf ya. " Lagi-lagi hyunjin mengucapkan maaf. Dirinya hanya merasa tak enak dengan jisung.

"Gapapa hyunjin. Kalau gitu gue pulang dulu ya? Ngga enak juga ganggu jeongin nanti. " Jisung melirik jeongin yang semakin mengeratkan pelukannya pada pinggang hyunjin.

"Gue pulang dulu. Ngga usah dianter  kasian nanti jeongin kebangun. " Setelah beranjak dari sofa dan mengusak rambut hyunjin pelan. Jisung berjalan ke arah pintu rumah, keluar dari kediaman Yang dan melaju dengan motornya.

"Tunggu pembalasan gue Yang. "

Padahal jisung tadi bilang kasihan jeongin nanti kebangun, tapi hyunjin akhirnya malah membangunkan jeongin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Padahal jisung tadi bilang kasihan jeongin nanti kebangun, tapi hyunjin akhirnya malah membangunkan jeongin. Bukannya hyunjin tak mau menjadikan pahanya sebagai bantal, ya meskipun pahanya mulai kebas, namun alasan utamanya membangunkan jeongin karena tidur disofa yang sempit ini pasti akan membuat jeongin tidak nyaman, malah bisa jadi akan membuatnya semakin sakit. Jadi hyunjin terpaksa membangunkan adiknya.

"Jeongin, bangun. Pindah kekamar gih. " Jeongin yang memang sedari tadi tidak tidur, mengubah posisinya menjadi terlentang. Menatap hyunjin yang kini juga balas menatapnya.

"Tidurnya dikamar aja. Nanti badan lo sakit kalau tidur disini. " Usapan pelan hyunjin berikan pada surai jeongin.

"Temenin." Huft, sepetinya hyunjin harus membawa jeongin ke rumah sakit. Sakit yang diderita jeongin bukan demam saja sepertinya, itu sebabnya sikap jeongin menjadi aneh seperti ini.

"Lo kenapa jadi manja gini sih? "

"Temenin tidur kak. " Kepala jeongin dibawa mendungsel lagi ke perut hyunjin. Nadanya pun penuh akan rengekan dan jangan lupakan panggilan kak yang tersemat.

"Oke fine, duduk dulu, gue mau beresin ini kedapur. " Jeongin bersorak dalam hati, segera dia mendudukan dirinya sebelum hyunjin berubah pikiran.

"Sini tiduran

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sini tiduran. " Jeingin menepuk-nepuk space kosong di sampingnya, tanda untuk hyunjin ikut tiduran bersamanya. Hyunjin yang memang sudah tidak bisa berpikir lagi tentang kenapa jeongin yang tiba-tiba seperti ini menurut saja. Merebahkan dirinya di samping jeongin yang kini sibuk menatapnya.

"Udahh cepet tidur. "

"Peluk." Belum sempat hyunjin ingin berbalik memunggunggi jeongin dirinya sudah ditarik kedalam pelukan adiknya ini. Terkejut tentu saja, mata hyunjin bahkan sudah melotot lebar.

"Sumpah gue ngga tau apa yang ngerasukin lo sampe jadi kek gini je, tapi serem tau ngga. Gue takut. " Kekehan pelan keluar dari mulut jeongin ketika dia tuntas mendengar setiap kata yang keluar dari mulut hyunjin.

"Gue gapapa kok, cuma pengen memperbaiki hubungan sama kakak sendiri. Ga boleh? " Tanya jeongin diakhir kalimat tidak dijawab dengan kata tapi hanya mendapat gelengan dari hyunjin. Setelahnya keadaan senyap, dan dua anak adam beda darah namun satu marga itu tidak mempermasalahkannya.

Tangan hyunjin bergerak menepuk-nepuk pelan kepala jeongin sedangkan tangan jeongin bergerak memeluk lebih erat lagi pemuda dengan status kakaknya ini. Kalau saja, kalau saja papanya dan mama hyunjin tidak menikah, apakah hubungannya dengan pemuda ini akan berbeda?

Step BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang