10

178 13 0
                                    

Jeongin mengerjapkan matanya pelan, memfokuskan pandangannya untuk melihat satu sosok yang kini masih ia peluk dengan erat. Tatapannya berubah menjadi memuja, orang didepannya ini benar-benar cantik, sangat cantik.

Mata dengan bulu mata lentik itu memejam damai, hidungnya yang mancung tampak sempurna terpahat diwajahnya, pipi mochi yang memiliki rona merah muda samar, dan jangan lupakan bibir pink alami yang jujur saja selalu menganggu pikiran jeongin ketika matanya mengunci fokus pada bibir itu.

Gerakan pelan dari hyunjin membuat jeongin yang damai dalam sesi memujanya tersentak pelan, baru merasakan dan menyadari jika hawa dalam kamar yang teramat dingin dan lampu yang belum menyala. Astaga berapa lama mereka tidur.

Tangannya yang menjadi bantal hyunjin ditarik sepelan dan selembut mungkin. Setelah berhasil jeongin beranjak untuk menutup jendela kamarnya yang masih terbuka, salah satu penyebab mengapa udara dalam kamar terasa dingin sekali.

Setelah yakin jendela kamar telah tertutup dengan rapat, jeongin beralih mengatur suhu AC, meningkatkan suhunya agar hyunjin tidak merasa kedinginan.

"Je.. " Suara serak khas orang bangun tidur menghentikan jeongin yang akan membuka pintu kamar mandi. Dilihatnya hyunjin sekarang yang masih sibuk meregangkan tubuhnya setelah tidur dari siang tadi.

Hyunjin yang dalam keadaan bangun tidur dengan rambut acak-acakan dan muka bantal adalah kombinasi paling buruk untuk kadar toleransi lucu di diri jeongin, buku-buku tangan jeongin memutih karena kepalan tangan yang terlalu kuat. Jeongin gemas. Jeongin ingin berteriak pada seluruh dunia kalau hyunjin lucu sekali sekarang, tapi tentu itu tidak terjadi.

"Jam berapa sekarang? " Masih dengan wajah mengantuknya, hyunjin bertanya. Bahkan matanya pun masih susah untuk dibuka.

"Jam 8 malem. "

"HAH?! " Tanpa aba-aba dan persiapan apa-apa hyunjin meloncat begitu saja dari kasur, mengakibatkan selimut yang tadi memang sengaja dipasang jeongin membelit tubuhnya sampai jatuh nyusruk ke lantai.

Ringisan jeongin dan hyunjin keluar bersamaan. Tidak, jeongin tidak ikut jatuh kok, tapi melihat hyunjin yang nyusruk dengan sangat tidak elit itu membuat jeongin ngilu sendiri.

"Aduh.. sakit.. " Hyunjin mengelus pelan dagunya yang jatuh duluan menghantam lantai. Nyeri mulai menjalar, membuat hyunjin semakin meringis. Untungnya dia tak terluka, namun tetap saja nyeri sekali.

"E-eh.. " Badan hyunjin tiba-tiba saja terasa mengawang. Jeongin mengendongnya dan kembali merebahkan hyunjin dikasur.

"Syukur deh ngga ada yang luka. " Hela nafas lega keluar dari mulut jeongin setelah tangannya mengusap dagu hyunjin, meneliti apakah ada luka gores ataupun lebam disana.

"Lain kali hati-hati, jangan langsung bangun dari tidur. " Deja vu. Hyunjin pernah mengatakan ini pada jeongin, ah sebutan pernah sepertinya kurang pas karena kalimat itu memang hyunjin ucapkan tadi pagi pada jeongin dan sekarang malah dibalikkan secepat itu padanya.

"Gue mau mandi bentar, lo diem aja dulu disini. " Jeongin membawa langkahnya untuk kembali ke tujuan awal. Sedangkan hyunjin masih terpaku ditempatnya, masih duduk bersandar dikasur jeongin.

Hyunjin masih belum bisa mencerna kejadian yang baru saja ia alami, begitu tiba-tiba menurutnya, ditambah dengan hyunjin yang baru saja bangun tidur jadi semakin lengkaplah kelemotan otak hyunjin.

Setelah menghabiskan beberapa menit untuk tetap berdiam diri ditempat, akhirnya hyunjin memutuskan untuk ikut mandi karena badannya yang mulai terasa tak nyaman, tentu saja mandi dikamarnya sendiri :D

Setelah menghabiskan beberapa menit untuk tetap berdiam diri ditempat, akhirnya hyunjin memutuskan untuk ikut mandi karena badannya yang mulai terasa tak nyaman, tentu saja mandi dikamarnya sendiri :D

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Keduanya kini telah duduk berhadapan dimeja makan. Setelah mandi tadi hyunjin memutuskan untuk turun kebawah dan memasak makanan. Perutnya lapar mengingat tadi siang dia tak sempat makan jadi sekarang perutnya meronta meminta hak untuk diisi.

Dan jeongin turun juga setelah mengecek hyunjin yang tidak ada dikamar, pun perutnya yang ikut-ikutan meronta kelaparan.

"Lo udah sembuh? " Pertanyaan itu dilemparkan hyunjin ketika dia telah berhasil menelan satu suap nasi goreng yang dimasaknya.

"Hm, udah agak baikan. "

"Syukur deh kalau gitu. Meskipun udah agak baikan, tapi nanti obatnya minum lagi. " Jeongin hanya menanggapi dengan anggukan kepala, dan makan malam pun berlanjut dengan tenang.

"Ayo, temenin tidur. " Tarikan ditangannya tentu saja mengagetkan hyunjin. Hyunjin sedang membersihkan dapur dan jeongin tadi sedang meminun obatnya, tapi sekarang malah berpindah menjadi menarik tangannya pelan.

"Lo bisa tidur sendiri? " Sungguh, hyunjin masih heran dengan segala tingkah jeongin hari ini, tak pernah terpikirkan oleh hyunjin jika jeongin akan menjadi seperti ini.

"Temenin aja kenapa sih. " Dia yang meminta tapi dia juga yang sensi. Jeongin tidak menerima penolakan, tanpa menunggu balasan dari hyunjin, jeongin segera melangkahkan kakinya menuju kamarnya tentu dengan hyunjin yang terseret di belakangnya.

"Lo sebenernya kenapa sih? " Lagi-lagi pertanyaan itu yang keluar dari mulut hyunjin. Ya kalian bayangkan saja, orang yang dingin dan ketus pada hyunjin tiba-tiba saja berubah menjadi manja hanya dalam sehari saja.

"JANGAN-JANGAN LO MAU MENINGGAL YA? "

"AW..... " Jeongin tanpa ragu langsung menyentil dahi orang yang kini tengah dipeluknya sampai bunyi ctak terdengar keras di seluruh sudut kamar.

"Kenapa disentil?! " Seruan tak terima hyunjin mengundang dengusan sebal keluar dari bibir jeongin.

"Ya lo ngawur ngomongnya. " Tak perduli dengan hyunjin yang sibuk mendumel, jeongin malah mengeratkan pelukannya dan menyembunyikan kepala hyunjin didadanya.

"Udah, tidur bebek, gue ngantuk. " Jangan kira setelah kalimat jeongin itu hyunjin akan diam, yang ada hyunjin malah meledak karena dikatai bebek.

"Ck, diem. Gue ngantuk. " Pelukannya yang sudah erat semakin dipererat, tepukan-tepukan pelan pada pantat jeongin berikan. Sebenarnya ini yang adik siapa yang kakak siapa sih, terus yang tadi pagi sakit siapa juga. Kok sekarang malah hyunjin yang menikmati seluruh afeksi. Tapi hyunjin juga tak keberatan, hyunjin akhirnya tenang dalam pelukan jeongin.

Entah kenapa hyunjin baru sadar, pelukan jeongin nyaman dan membuatnya merasa tenang dan beberapa menit berlalu hyunjin berhasil terlelap dalam mimpinya, pun jeongin yang menyusul beberapa menit kemudian.

Step BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang