11

161 12 0
                                    

Hari-hari berjalan tanpa memakai rem, alias cepat sekali. Tinggal 3 hari lagi sebelum mama dan papa pulang kerumah dan dalam waktu yang hampir 2 minggu ini, hyunjin dan jeongin tentu saja telah berubah. Mereka semakin dekat,  malah bisa dibilang tak terpisahkan. Setiap malam bahkan mereka berdua tidur bersama. Entah itu dikamar jeongin atau hyunjin.

Hyunjin awalnya tidak mau tidur bersama jeongin, namun percuma saja dia menolak. Setiap hyunjin tidur sendiri malamnya, paginya jeongin sudah ada disebelahnya. Iya, jeongin akan menyelinap ketika hyunjin telah tidur. Berangkat dan pulang sekolah pun hyunjin bersama jeongin. Intinya jeongin tak ingin berpisah dari hyunjin.

From : Bebek
Gue hari ini ada kerja kelompok. Lo pulang duluan aja.

Decakan keras keluar dari bibir jeongin. Setelah dirinya dan hyunjin menjadi dekat, jeongin paling tidak suka jika hyunjin tak ada disampingnya karena jika jeongin tak ada disamping hyunjin maka jisung yang akan mengantikannya.

Bel pulang sekolah baru berbunyi sekitar satu menit yang lalu, dan jisung sudah muncul di hadapannya saja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bel pulang sekolah baru berbunyi sekitar satu menit yang lalu, dan jisung sudah muncul di hadapannya saja.

Hyunjin tidak berbohong akan perkara kerja kelompok, dia memang ada tugas yang harus dikerjakan dengan kelompoknya dan kelompok yang dimaksud disini adalah seungmin.

Entah bagaimana tadi saat dikantin jisung menimpali bahasan tentang kerja kelompok yang akan dilakukan hyunjin dan seungmin, yang akhirnya berakhir jisung ikut juga nantinya.

Seungmin bilang kalau kerja kelompoknya di rumah seungmin saja soalnya seungmin si anak rumahan ini malas keluar jadi hyunjin iya-iya saja toh yang penting tugasnya selesai dan jisung sebagai anak yang hanya ikut karena ada hyunjin tentu saja tidak protes apa-apa asal hyunjin selalu bersamanya.

"Ayo naik. Kenapa diem aja? " Jisung heran pasalnya hyunjin sedari tadi diam ditempat nya dan tidak segera beranjak untuk menaiki motor jisung.

"Janji dulu lo ngga ngebut. " Tawa keluar begitu saja dari mulut jisung, sukses membuat hyunjin menatapnya kemusuhan.

"Ck, jangan ketawa jisungg. " Matanya dipelototkan, bibirnya mencebik pelan. Tak kuasa jisung menghadapi pemandangan terlalu lucu didepannya ini.

Tangannya secara otomatis tergerak untuk mencubit kedua pipi kanan kiri hyunjin. Melebarkannya sedikit lalu diuleni seperti membuat roti.

Tawa bahagia jelas tercipta dari mulut jisung yang tangannya masih setia menguleni pipi hyunjin sampai yang punya pipi tidak bisa berbicara karena bibirnya yang tergencet.

"JISUNGG!! " Lantas setelah jisung menghentikan adegan menguleni pipi hyunjin tentu kesempatan itu tak disia-siakan oleh si pemilik pipi yang kini telah memerah. Pukulan kencang mendarat apik di bahu jisung, tawa yang tadinya masih sesekali keluar dari mulut jisung berganti ringisan pelan tapi masih ada kekeh yang tersisa.

"Lo nyebelin banget sih!! " Kaki dihentak pelan oleh hyunjin, yang lalu tiba-tiba saja langsung beranjak naik ke sadel boncengan jisung. Hyunjin kesal tapi dia masih sayang nyawa, jadi hyunjin mengangkat tangannya memegang bahu jisung, mencengkram lebih tepatnya.

"Kok dibahu sih pegangnya, biasanya juga di pinggang. " Jelas perubahan itu membawa ketidaksukaan dari jisung. Hey ayolah jisung kan ingin dipeluk oleh hyunjin. Sudah cukup 2 minggu ini waktunya dengan hyunjin tidak bisa puas karena diganggu jeongin, jadi jika ada kesempatan seperti ini tentu jisung akan menggunakannya sebaik mungkin.

"Ngga usah banyak komen. Udah cepet jalan. " Tapi memang dasarnya hyunjin masih pundung dengan adegan menguleni pipinya tadi yang sampai sekarang masih memerah, jadi hyunjin menolak untuk memeluk jisung seperti dulu yang ia lakukan saat naik mogenya jisung ini.

"Ck, kalau nanti jatuh gue yang repot. " Tangannya dibawa menggapai tangan hyunjin yang masih bertengger dibahunya, diarahkan kepinggangnya lalu diusap pelan.

"Pegangan yang erat. Jangan sampe jatuh, tapi kalau jatuh ya gapapa sih nanti gue tinggal aja. " Motor dibawa melaju membelah jalanan busan. Perjalanan diisi dengan dumelan hyunjin yang masih merutuki sifat menyebalkan jisung dan jisung sama sekali tidak keberatan akan hal itu.

Ah sempurna sekali sore hari ini, kurang satu hal lagi sebenarnya bagi jisung agar sore hari ini terasa benar-benar sempurna. Yaitu, jeongin seharusnya tau bagaimana kakaknya ini dibawa pergi dengan suka rela oleh musuh bebuyutannya.

From jeongin :

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

From jeongin :

Kerkel dimana?

Jawab

Hyunjin kerkel dimana?

Gue anterin, tungguin gue nanti

(received 3 hour ago)

Hyunjin panik ketika baru saja ia membaca pesan dari jeongin. Adiknya itu memberinya pesan di jam pelajaran tadi yang pastinya hyunjin tidak membuka hp, pun saat pulang tadi karena jisung sudah langsung berada didepan kelasnya.

Panik yang dirasakan hyunjin bukan karena dia belum membalas pesan jeongin melainkan pesan terakhir jeongin yang bunyinya menyuruh hyunjin agar menunggu jeongin yang mana sekarang bahkan hyunjin sudah berada di rumah seungmin.

"Kenapa hyun? " Hyunjin yang grasak-grusuk tentu menyita perhatian jisung yang ada disebelahnya.

"Gapapa kok. Seungmin, bentar ya gue izin nelfon dulu diluar. " Setelah seungmin mengizinkan maka hyunjin tak membuang waktu lagi untuk bergegas keluar dengan tangan yang sibuk mendial nomor jeongin.

"Duh.. Angkat dong. " Perasaan bersalah memenuhi relung hati hyunjin. Membayangkan bagaimana jeongin yang menunggunya dan mencarinya (mungkin) waktu tau dia tidak ada dikelas benar-benar membuat hyunjin merasa tidak tenang.

"Kenapa? " Sapaan dingin seperti jeongin yang dulu membuat hyunjin meringis pelan, bukan ini yang diharapkan hyunjin ketika panggilannya diangkat.

"Jeongin.. lo udah pulang? " Hening beberapa detik sebelum deheman dari jeongin mengisi kembali rungu hyunjin.

"Lo... marah? " Lirih hyunjin berucap seolah takut yang lebih muda darinya ini marah, padahal jeongin tidak ada di depannya tapi hyunjin sudah merasa resah seolah di depannya kini terpampang dengan jelas wajah dingin jeongin. Padahal jika dipikir-pikir kenapa juga hyunjin takut, kan dia tidak berbuat salah kalau saja membuat jeongin menunggu itu memang tidak salah.

"Kenapa gue harus marah? " Nadanya, ingin sekali hyunjin bilang jika nada bicara jeongin yang menunjukkan bahwa jeongin memang marah, tapi kan.. nada jeongin sebelum dekat juga seperti ini.

"Kalau udah selesai cepet pulang, gue laper. " Telfon diputus sepihak oleh jeongin sedangkan hyunjin masih berusaha mencerna kalimat terakhir yang diberikan jeongin.

Tidak susah sebenarnya, jeongin hanya menyuruhnya pulang karena dia lapar dan hyunjin harus membawa makanan atau memasak nantinya ketika sampai, tapi yang perlu dipertanyakan kenapa jeongin tidak makan sekarang alih-alih menunggu hyunjin pulang? Kan jeongin bisa dengan mudah untuk pesan makanan online, kenapa harus repot-repot menunggunya coba. Sudahlah, yang penting sekarang hyunjin harus menyelesaikan tugasnya dengan cepat dan segera pulang.

Step BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang