Ayah Sahabat

4.9K 13 0
                                    


Maya mahasiswa berusia sembilan belas tahun itu kini sedang berada di rumah salah satu sahabatnya yaitu Ranti. Ini bukan kali pertama Maya mengunjungi rumah sahabatnya, ia bahkan sudah beberapa kali menginap di rumah sahabatnya ini. Dari situ pula Maya juga dekat dengan keluarga sahabatnya terutama orang tua Ranti. Bahkan Maya sering bertukar pesan dengan ayah Ranti. Awalnya Maya hanya bertukar pesan untuk memberi kabar Ranti kepada ayahnya, namun dengan intensitas percakapan mereka yang terus meningkat obrolan Maya dengan ayah Ranti berganti menjadi obrolan-obrolan tak senonoh. Saling menggoda namun terkesan malu-malu. Seperti malam ini Maya dan ayah Ranti tengah bertukar pesan ditengah-tengah acara barbeque yang diadakan di rumah Budi. Menggoda yang lebih muda hingga menemukan kesepakatan untuk bertemu di kamar lantai tiga rumah itu setelah semua orang terlelap.

Maya, penampilan sehari-harinya yang selalu tertutup dengan jilbab panjang memberikan kesan wanita polos dan baik. Tak akan ada yang mengira jika kelakuannya sudah berani sejauh ini. Menggoda pria dewasa berkeluarga yang notabennya adalah ayah dari sahabatnya sendiri. Budi.

Kaki kecilnya kini melangkah masuk ke dalam kamar yang Budi maksud dalam obrolan online mereka. Sedikit takut, namun juga bersemangat. Ini tak ada dalam rencana hidup Maya. Menjalin hubungan gelap dengan ayah sahabatnya dan bertemu secara diam-diam tanpa pengetahuan dari istri maupun anak dari si pria. Maya benar-benar gila.

Maya lantas menutup kembali pintu setelah memasukkan pin yang Budi berikan. Mengedarkan pandangannya keseluruh sudut ruangan tersebut dan beranjak untuk duduk dipinggiran kasur yang terlihat begitu nyaman.

Maya begitu terpukau melihat bagaimana bentuk dari kamar yang akan ditempati Budi dan istrinya setelah rampung direnovasi. Semua terlihat sangat mewah. Dan Maya juga tau , ini semua pasti mengeluarkan biaya yang tak sedikit. Masih dalam posisi duduk, dengan perlahan kini jari tangannya mulai mengelus seprei yang terpasang rapi di ranjang besar tersebut. Ia merasakan betapa lembutnya kain yang dipilih, merematnya sedikit kencang dan membayangkan dirinya yang akan terkapar sebentar lagi diatas sana. Ditindih oleh Budi, atau bahkan dirinya yang akan menindih pria dewasa itu. Sama-sama bergerak liar dengan kelamin yang saling beradu dibawah sana. Sial, hanya membayangkannya saja sudah mampu membuat lubang Maya berdenyut gatal.

Baru saja ingin meraba kemaluannya sendiri, tiba-tiba suara pintu yang terbuka mengalihkan perhatiannya. Maya refleks bangkit, berdiri kaku di depan ranjang sembari menatap eksistensi dari pria dewasa yang berusaha membuka pintu dengan sempoyongan.

"Om," ucap Maya pelan. Ia mengampiri Budi dengan tergesa. Dan lelaki itu terlihat ikut berjalan sambil tersenyum kearahnya.

"Kamu sudah disini?" Budi bergumam. Memeluk tubuh si gadis dengan penuh nafsu sambil meremas pantatnya dengan sensual. "Kecil banget kamu May" lelaki itu mengecupi perpotongan leher Maya buas. Benar-benar tak terkontrol– nafasnya memburu, padahal pintu kamar tersebut masih terbuka dengan sangat lebar.

"O-Om kunci pintunya dulu shh" sedikit panik. Pasalnya aroma alkohol menguar begitu kuat dari tubuh sang lelaki. Maya khawatir, karena kondisinya yang tengah mabuk ia takut jika ada yang berani mengikuti Budi naik ke atas. Namun pria itu tak sadar.

"Gak ada yang liat. Jangan takut" Lelaki itu bergumam meyakinkan.

Tidak bisa. Jika Budi saat ini tak mampu membawa hubungan mereka dalam situasi aman. Maka Maya akan melakukannya. Dengan cekatan ia melepaskan pelukan sang dominan paksa. Berlari ke arah pintu lantas menutupnya dalam sekali dorongan hingga terkunci otomatis.

Setelah selesai menutupnya, ia baru sadar ternyata Budi mengikutinya dari belakang meremas payudaranya dengan kasar sehingga membuat tangan kecil si gadis bertumpu pada pintu.

"Jangan takut sayang," bisik Budi. Membawa tangannya masuk ke dalam bra Maya hingga ia mampu meremat gundukan itu secara langsung.

"Sshh, Om pelan-pelan"

Putingnya dipilin, lehernya dihisap, dan satu tangan kirinya mengelus kemaluan Maya dengan begitu lihai. Gadis itu total lemas. Dan ia Juga mampu merasakan sesuatu yang besar dan keras kini tengah bergesekan dengan pantatnya. Maya tau persis, itu pasti kejantanan milik Budi.

"Kamu diem aja saya giniin. Berarti gak nolak saya entot malam ini May?" Budi bersuara. Sedikit membuat Maya kaget karena pemilihan kata yang sangat jauh dari seorang Budi yang dikenal baik oleh orang-orang. Budi yang terlihat cuek namun sopan dan mengayomi keluarga beserta tiga anaknya. Tapi siapa peduli, dari awal memang Budi yang mau berselingkuh sudah menunjukan jika Budi yang orang-orang kenal bukan Budi yang asli? Dan mungkin saja, malam ini Maya akan kembali menemukan sisi gelap dari ayah sahabatnya itu.

"Engga Om" Jawab gadis itu dengan pelan.

Dan disanalah senyuman nakal Budi muncul begitu mendengar jawaban Maya. Sebuah jawaban singkat yang mampu menghapus keraguan dari si lelaki. Sebuah keraguan yang sempat muncul untuk tidak sampai meniduri karena usianya yang masih sangat muda. Tapi sekarang tidak lagi. Maya sudah jelas mau, atau bahkan menyerahkan dirinya dengan ikhlas untuk dipakai lelaki itu. Dan Budi jelas tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Membalik tubuh kecil sahabat dari anaknya dengan mudah sembari memberikan kecupan singkat di bibirnya.

"Saya bayar kamu pasti" Gumamnya dengan aroma alkohol yang begitu menyengat keluar dari mulutnya. Pria itu sedikit menunduk kaibat perbedaan tinggi badan mereka.

"Om lagi mabuk?

Budi menggelang "Kenapa? Takut?"

Maya mengangguk sebagai jawaban, melingkarkan tangannya di leher Budi sebelum akhirnya kembali berucap, "Takut Om lagi ga sadar sekarang."

"Saya seratus persen sadar." Lembaran kasar tangan Budi mengelus pipinya yang lembut penuh damba. "Saya sadar kamu Maya." Satu kecupan ia daratkan pada kening perempuan itu.

"Dan saya juga sadar sekarang lagi selingkuh dibelakang istri saya," suaranya berat sarat kan nafsu.

"Kamu gak perlu takut jika besok saya bangun dan lupa kita ngapain aja malam ini. Saya pasti ingat semuanya May. Apalagi ngelakuin yang enak enak"

Perkataan Budi yang seharusnya terdengar sangat menjijikan entah kenapa membuat Maya suka. Sensasi yang diberikan dalam hubungan gelap ini begitu menantang. Adrenalinnya terpacu bersamaan dengan nafsu yang kian membuncah ingin segera dituntaskan. Maya tak bisa membayangkan jika Ranti tau kelakuan ayahnya seperti ini.


-------------------------------------------------------------------

Akses full cerita (23 halaman)

trakteer.id/cariapadah

karyakarsa.com/cariapadah

ONE SHOOT ADULT STORY 21++Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang